Apa yang terlinta di dalam pikiran Anda ketika mendengar kata “kredit” atau “credit”?
Kalimat pertanyaan yang kurang lebih sama seperti di atas saya ajukan melalui status facebook pagi tadi. Selepas shubuh. Tak banyak yang merespon. Di antara sedikit respon itu, hutang adalah jawaban terbanyak.
Sepertinya kata “kredit” atau “credit” memang identik dengan hutang. Saya juga memiliki kewajiban berupa hutang kepada bank dan koperasi. Alhamdulillah, beberapa waktu yang lalu hutang saya lunas dan piutang pun impas. Namun karena salah satu doa saya terkabul, akhirnya saya mempunyai hutang lagi. Insya Allah tak lama, hanya tiga bulan.
Dalam kegiatan saya sehari-hari, kata “kredit” atau “credit” tak hanya berkaitan dengan hutang. Ada dua hal lain yang juga terkait dengan kata tersebut.
Pertama, di dalam lingkungan kerja. Kata “kredit” atau angka kerdit untuk lebih tepatnya, terkait dengan penghitungan prestasi atas pekerjaan atau kegiatan yang saya lakukan sehubungan dengan jabatan sebagaga tenaga fungsional pranata komputera a.k.a programmer. Jika disamakan, mungkin penghitungan angka kredit jabatan saya ini mirip dengan penghitungan angka kredit para guru. Untuk bisa naik pangkat dan golongan, seorang guru harus mendapatkan sejumlah angka kredit tertentu. Begitu pula saya dan rekna-rekan kerja yang memiliki jabatan yang sama.
Saat ini, saya kekurangan sekitar 24 poin untuk bisa naik pangkat atau jabatan. Padahal, tahun ini adalah tahun keempat saya berada di dalam pangkat atau jabatan yang sama. Jika tidak bisa mengumpulkan kekurangan angka kredit tersebut dalam tiga semester ke depan, saya bisa kena teguran dan bisa jadi jabatan saya dicopot. Semoga saja saya bisa memanfaatkan waktu tersebut sehingga jumlah angka klredit saya memenuhi syarat untuk naik pangkat dan jabatan dan tidak mengalami pencopotan jabatan.
Kedua, di dalam kegiatan ngeblog. Biasanya, saya selalu menambahkan ilustrasi berupa gambar di bagian atas coretan saya. Bisa jadi itu gambar milik saya sendiri atau pun gambar hasil googling yang langsung saya pasang ataupun saya edit terlebih dahulu.
Untuk foto atau gambar milik saya pribadi, saya tidak memberikan penjelasan sumbernya dari mana. Pastinya seh dari koleksi pribadi. Ada di memori handphone saya ataupun di harddisk komputer di kantor, harddisk laptop atau harddisk eksternal milik saya.
Namun sepertinya, tidak menambahkan keterangan tersebut juga sepertinya kurang adil. Sebab biasanya, jika di dalam foto tersebut terdapat diri saya yang sedang bergaya narsis, misalnya seperti foto di sini, tentunya bukan saya seorang diri yang mengabadikan momen tersebut. Pastinya ada orang lain yang melakukannya dengan kamera miliknya kemudian saya minta filenya atau orang tersebut melakukannya dengan menggunakan handphone saya. Mungkin seharusnya saya menambahkan keterangan “foto oleh ABC” atau “photo by ABC”. Nyatanya tidak. Hiks. Mohon saya dimaafkan. Sebab, bisa jadi ketika saya melihat kembali foto-foto tersebut, saya ingat dengan teman-teman yang foto bersama saya tetapi saya melupakan teman yang mengambil gambar atau foto tersebut.
Sedangkan untuk foto atau gambar yang saya peroleh dari hasil googling, jika tidak ada keterangan bahwa itu bebas digunakan, maka saya akan mencantumkan nama sumber web utamanya di bagian bawah gambar. Jika gambar atau foto tersebut sudah diberi water mark dan di bawahnya juga tertulis nama web atau situs pemilik gambar tersebut, biasanya saya tidak lagi mencantumkan keterangan tambahan.
Seperti halnya saya sendiri, mungkin banyak blogger yang melakukan hal serupa, menambahkan ilustrasi gambar dan lupa menyebutkan sumbernya dari mana. Saya ambil contoh adalah foto saya di atas. Bagaimana proses pengambilan foto tersebut pernah saya ceritakan di sini. Foto tersebut kemudian dijadikan sebagai tema untuk MFF prompt #42 : Bunga Kertas. Iseng-iseng saya membuka cerita yang dibuat oleh partisipas tersebut dan menelitinya. Dari data seluruh partisipan yang mengikuti prompt tersebut saya menyimpulkan :
yang mencantumkan credit dengan benar | 42,86% |
yang mencantumkan credit tetapi salah | 9,52% |
yang tidak mencantumkan credit | 42,86% |
yang tidak menggunakan ilustrasi | 4,76% |
Bagaimana dengan anda?
Tulisan Terkait Lainnya :
utang hehehe
sama donk kayak jawaban beberapa orang di FB saya 😀
atau Tasik 🙂
apa itu, teh?
Tukang Kredit, kebanyakan kan dr Tasik 🙂
😀
baru ngeh. di sinetron dul anak sekolahan, logat tukang kerditnya logat sunda
Iya, Tasik kan sunda
yup
Pengeluaran, karena kebetulan saya bikin budget, jadi kalo inget kredit ya inget budget 😀
kalau saya, 99% foto yang ada di WP hasil jepret sendiri, jadi ga perlu repot2 bikin kredit, kecuali jika saya ambil dari foto orang lain.
mas wib mah emang fotografer 😀
Waaa,.. kalo saya ikut komen seperti saya buka aib, nyimak aja dehhh 😀
ya, silahkan saja. di sini bebas menyimak koq. berkomentar juga tidak masalah, asal sopan 😀
Hehhee,… 😉
😀
Jadi?
jadi….lah muslimah yang baik 😛
SKS juga Kredit kan yaa.
Betewe2 kalo di bank syariah istilah kredit diganti Pembiayaan. Contohnya BPR-BPRS. Kalo Konven kepanjangannya Bank Perkreditan Rakyat. Kalo BPRS jadinya Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.
*ngelantut
Typo: ngelantur
gpp 😀
wah… info baru nih. selama ini saya tahunya P itu uya Perkreditan 😀
Kredit = Cicilan 😀
Soalnya kalau belum menyelesaikan SKS, seorang mahasiswa belum dinyatakan lulus….
cicilan hutang yang harus dilunasi ya, mas
Yups… kalau gak lunas bisa-bisa di usir bang 😀
😀
mudah2an nggak sampe diusir 😀
Amien…
Mudah-mudahan gak harus di kejar-kejar debt collector 😀
jangan sampe, mas 😀
Saya kepikir kredit tadi ya menyebutkan sumber gambar atau artikel yang kita pakai. Hehehe.
Semoga sukses ya bang untuk kredit jabatannya. 🙂
berarti cocok dengan inti dari isi coretan ini 😀
terima kasih, mas
awal-awal ngeblog sempat memang pinjam dari google,
tapi kemudian lebih memilih gambar sendiri walau buram-buram gimanaa gitu,
semoga kreditnya terpenuhi, ntar naik jabatan syukuran ya 🙂
kalau koleksinya banyak seh enak, mbak 😀
terima kasih doanya
Kredit = hutang dgn pembayaran cicilan.
klo saya tidak suka membeli barang dgn cr kredit, sdh kapok. Lebih baik jika ingin suatu barang dikumpulkan dahulu dananya baru deh beli. Tp cr ini tdk mdh berlaku untuk membeli tanah/rumah yg ujung2nya kredit jg … 😀
angka kreditnya tinggal sedikit lg tuh ka … saya jg ada pengumpulan angka kredit disebutnya SKP (Satuan Kredit Profesi) 5 thn=140 SKP
ya mudah2an aja dapat kerjaan yang bisa dapat angka kredit besar 😀
Aamiin … Saya lbh sk kumpulin SKP melalui seminar drpd kerjaan coz sulit pengakuan SKPnya … 🙂
kalau seminar juga ada angka kreditnya, tapi itu penunjang, bukan utama.
Yup betul memang penunjang, mungkin nanti saya cr th prosedurnya kerjaan d hitung angka kredit …
Semoga angka kreditnya tercapai n naik jabatan ye bang jampang … 😀
aamiin. terima kasih
Semoga tercapai 24 poin nya bang Jampang, saat ini masih Maret ko masih ada bbrp bulan lagi sblm akhir tahun, semoga naik jabatan yaa 😉 .
terima kasih doanya, mbak
sya terkadang ska lupa mencantumkan credit photo.. 😀
idem donk 😀
Klo asmie nempelin gambar cm ksh tlsn ambil dr google, tanpa mencantumkan link soale gak bisa carane he he he..
(maukah mengajari saya? 😉 )
cara yang biasa saya gunakan adalah seperti ini penulisan kode atau tag HTMLnya :
<a href=https://jampang.wordpress.com>sumber</a>
kredit ya ngutang. hehe
saya udah jarang pakai gambar lagi kalau nulis. kecuali buat review sama kalau ada koleksi pribadi
saya ngerasa kurang afdhol kalau nggak pake gambar 😀
kredit panci.
kredit poin.
kredit card.
credit title.
macem-macem maknanya, tergantung kata yang disandingnya.
kredit card yang saya nggak bahas…. tapi itu bisa disamakan dengan kredit panci kan yah… sama-sama ngutang 😀
*maksa*
Saya ga pake ilustrasi,krn bunganya g cucok dg cerita saya…*alasan
gpp, mbak
Wah punya saya ga ada ya mas,maafkan…
ya gpp mbak. jadinya kan nggak perlu pasang-pasang credit di ilustrasi. iya kan… dan tentunya, postingan akan lebih ringan dibuka 😀