
Aktifitas saya sehari-hari di kantor adalah menangani permasalahan yang diadukan oleh user terkait aplikasi atau sistem informasi yang mereka gunakan. User menyampaikan pengaduan tersebut melalui aplikasi berbasis web atau via telepon. Setelah permasalahan bisa saya selesaikan, maka saya akan menyampaikannya kepada user juga melalui aplikasi yang sama atau dengan bicara melalui telpon jika mereka mau menunggu atau konfirmasi ulang dengan menelpon kembali beberapa saat kemudian. Memang ada beberapa user yang datang dan bertemu langsung di kantor. Tetapi jumlahnya tidak banyak. Tidak setiap hari ada.
Dari uraian sekilas di atas, mungkin bisa disimpulkan bahwa pekerjaan saya sehari-hari hanyalah berhadapan dengan komputer. Mungkin hal itulah yang mendorong kantor saya mengadakan In House Training mengenai kemampuan berkomunikasi beberapa waktu yang lalu agar saya dan rekan-rekan lainnya bisa berkomunikasi dengan baik saat berhadapan langsung dengan user atau audiens. Misalnya ketika menjadi tenaga pengajar atau narasumber saat sosialisasi.
Seperti yang sudah saya singgung di coretan sebelumnya, tahun 2012 merupakan tahun yang di mana saya sering diminta untuk menjadi narasumber dalam beberapa kegiatan sosialisasi dan menjadi dosen pengajar di kampus yang sekian tahun silam saya belajar di dalamnya. Sementara di tahun 2013, kegiatan tersebut bisa dikatakan hampir tidak ada. Barulah di triwulan tahun 2014, saya melakukan kegiatan di mana saya bisa bertemu dan berbicara dengan user atau audiens. Saya dipercaya menjadi tenaga pengajar dalam beberapa pelaksanaan pendidikan dan pelatihan.
Menjadi tenaga pengajar, memberikan suasana yang berbeda dengan aktifitas keseharian saya di kantor. Jika keseharian saya berkomunikasi dengan bahasa program, maka saat menjadi tenaga pengajar saya bicara dengan bahasa manusia :D.
Selain suasana yang berbeda, menjadi tenaga pengajar juga memberikan kesempatan bagi saya untuk mengumpulkan angka kredit alias poin. Memang tidak besar, sebab satu jam pelajaran hanya dinilai sebanyak 0,03, namun setidaknya bisa menambah jumlah poin yang ada. Tak hanya poin, koin pun bisa saya peroleh. Alhamdulillah.
Jika kegiatan pendidikan dan pelatihan menyisipkan jadwal ujian atas materi yang disampaikan, maka sebagai tenaga pengajar harus siap dinilai dan menilai. Sedangka jika tak ada pelaksanaan ujian dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan maka tenaga pengajar hanya dinilai dan tidak memberikan penilaian.
Setelah materi selesai disampaikan sesuai dengan jadwal, para peserta diklat akan diminta untuk mengisi form penilaian atas baik atau tidaknya kinerja pengajar. Begitu pula setelah pelaksanaan ujian, lembar jawaban para peserta akan disampaikan kepada tenaga pengajar untuk dikoreksi dan dinilai. Dinilai dan menilai, keduanya saya rasakan minggu kemarin.
Beberapa hari yang lalu, saya mendapatkan sebuah amplop putih yang berisi hasil penilaian terhadap diri saya yang pengajar dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan beberapa waktu sebelumnya. Alhamdulillah, para peserta semuanya memberikan nilai yang baik kepada saya. Bahkan salah satunya saya mendapatkan nilai rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan nilai rata-rata keseluruhan pengajar.
Selain mendapatkan lembar penilaian pengajar tersebut, saya juga mendapatkan berkas lembar jawaban yang harus saya koreksi dan beri nilai. Alhamdulillah, malam sabtu kemarin saya sudah menyelesaikan tugas tersebut.
Menilai dan dinilai. Sepertinya kedua hal tersebut tak hanya terjadi dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan, tetapi juga dalam keseharian. Sebab saya dan anda adalah makhluk sosial yang selalu berinteraksi dengan individu-individu lain dengan sifat dan karakter berbeda-beda. Ketika berbicara langsung, ketika beada dalam satu ruangan atau perjalanan, ketika berinteraksi di dunia maya, kita akan menilai bagaimana orang yang menjadi lawan bicara dan teman perjalanan sebagaimana kita juga dinilai oleh mereka.
Saat para peserta memberikan penilaian, maka yang menjadi patokan adalah apa yang mereka lihat dalam diri saya. Mulai dari disiplin waktu, sikap, prilaku, nada dan suara, metode mengajar, dan lain-lain. Yang intinya, para peserta menilai dari apa yang mereka lihat, dengar, dan rasakan langsung saat saya berdiri di hadapan mereka. Para peserta tersebut tidak bisa menilai seperti apa sikap dan prilaku saya di kantor atau di rumah, sebab mereka tidak melihat langsung. Begitu pula sebaliknya, saat saya mengoreksi dan memberikan penilaian atas lembar jawaban para peserta, yang menjadi patokan adalah huruf dan kalimat-kalimat yang tertulis, apakah jawabannya benar atau salah, mendekati kebenaran atau jauh menyimpang dari materi yang pernah saya sampaikan. Saya tidak bisa menilai bagaimana sikap dan prilaku mereka sehari-hari di kantor, sebab itu saya tidak pernah bertemu dan bergaul dengan mereka di kantor yang sama.
Mungkin, penilaian yang objektif atas diri seseorang adalah ketika kita membersamainya selama beberapa waktu. Itu pun terbatas pada hal-hal atau poin-poin yang bisa kita lihat, dengar, dan rasakan ketika kita bersama dengannya. Ketika kita sudah berpisah, maka kita tidak mempunyai dasar untuk memberikan sebuah penilaian yang objektif tentang apa yang belum kita ketahui.
Beberapa tahun silam, saya pernah merasa kesal karena seseorang memberikan komentar terhadap diri saya. Saya tidak bisa menerima komentar tersebut. Ada rasa marah dan kesal yang muncul dalam hati. Lalu saya luapkan rasa itu ke dalam bait-bait puisi sebagai berikut :
apakah kau pernah bermalam di istana tempatku bertahta
atau mungkin berkunjung sesaat dan menyantap hidangan alakadarnya
jika itu belum pernah kau lakukan di suatu masa
maka kembali kubertanya
: siapa seh loe?apakah kau pernah bersamaku dalam sebuah safar
berjalan menyusuri luas bumi terhampar
jika itu belum pernah kau lakukan ketika bulan bercahaya atau di bawah matahari yang bersinar
maka kembali kubertanya dalam sadar
: siapa seh loe?apakah kita pernah bertransaksi
saling bertemu dalam sebuah jual-beli
jika itu belum pernah terjadi
teriakku dalam hati
: siapa seh loe?versi lengkapnya bisa dilihat di sini.
Tulisan Terkait Lainnya :
sabang bar
saya kan nggak cerita musibah…. tapi kejadian baik koq… jadi ya…. seharusnya bersyukur
hahah…. blessing in disguise..maaf nih bang belum update jampang dan eneng, sibug banget kuliah sama kerjaa
😀
gpp, mas. tenang aja. BTW tawaran yang via email itu ditindaklanjuti?
sudah, ada jawabannya tapi saya lupa apa. diliat aja bang, kayaknya saya belum sempet bikin banyak, kecuali sudah ada ceritanya …
saya lihat jawabannya di email. mau nyari2 di fanpage koq nggak ketemu di bagian mana 😀
*gaptek*
maaf baru bls , kamu kirim naskah mu aja ke kita dulu, materinya. Untuk gambar bisa sambil menyusul ini linknya http://mediakita.com/uncategorised/18-mengirimkan-naskah
ada di bagian messages kanan atas kalau masuk sebagai admin
sudah saya baca 😀
naskahnya kan belum cukup untuk 120 halaman … 😀
iya yah…. harus diperbanyak lagi nih.
yang udah ditangan masih yang ada di google doc itu yah?
iya… beberapa agak sulit di jadiin komik, selain karena kontekstual, ada juga yang sperti mirip dengan yang lain. ngomong-ngomong si abang jampang itu kalo beli motor. motornya apa ya?
yang sekarang saya pake…. honda verza, mas 😀
jadi abang jampang di komik pake honda verza juga ya…
saya seh ngikut aja mas 😀
hihih jadi ngobrol di marih …
😀
gpp. oh iyah…. sepeda motornya warna merah ada di sini fotonya
https://jampang.wordpress.com/2014/02/02/syaikhan-foto-dan-video-01-02-3014/
Ngajar di STAN ya Bang?
pernah di tahun2 sebelumnya dan belum lagi 😀
Terkadang penilaian seseorang cenderung subjektif sehingga kita seharusnya gak perlu kesal kan bang.. 🙂
Ya karena begitulah adanya. Kalau ada yg terasa kurang pas ya wajar aja sebab kita nggak bisa menyenangkan semua orang
orang lain yg bisa menilai kita….. bnr kan sob
Yup. Kita dinilai dan menilai
Penilaian org lain itu dpt d jadikan koreksi untuk memperbaiki/meningkatkan perilaku n sikap menjadi lbh baik krn ssh tuk menilai diri sendiri kecuali klo da cermin ajaib … 😀
yup. betul. segala sesuatu bsa diambil dari sisi baiknya
berarti sesekali masih memberikan pelatihan ya..
ya sesuai pelatihannya apa dan materi di dalamnya apa. kalau bidang saya dan dapat tugas ya jadi tenaga pengajar 😀
saya masih belum begitu terbuka kesempatan untuk ngajarnya nih mas.. saya juga masih kerasa kurang kemampuan ngajar dengan public speaking yg blm tertata… tapi ke depannya ada niatan lebih konsen lagi dengan pembimbingan mitra kerja (khususnya satker) untuk lebih paham lagi dengan perbendaharaan negara… semoga dibuka kesempatannya
aamiin. semoga sukses dan tercapai harapan dan keinginan
😀
Seru sekali pengalamannya Bang. Daridulu penasaran gimana rasanya jadi fasilitator training. Pernah sih tapi di bank mandiri lampung dulu. Eh kangen aja kali ya bukan penasaran.
kalau penasaran artinya belum pernah. jadi kangen kali lebih tepatnya 😀