Politik
(1) (pengetahuan) mengenai ketatanegaraan atau kenegaraan (spt tt sistem pemerintahan, dasar pemerintahan); (2) segala urusan dan tindakan (kebijakan, siasat, dsb) mengenai pemerintahan negara atau thd negara lain; (3) cara bertindak (dl menghadapi atau menangani suatu masalah); kebijaksanaan.
Beberapa waktu yang lalu, saya membaca sebuah pernyataan seseorang yang mengatakan bahwa politik itu kotor. Dengan cara berpikir logika saya yang apa adanya, saya menyimpulkan bahwa jika politik itu kotor, maka apa pun yang dihasilkan dari kelanjutan kegiatan berpolitik adalah kotor. Jika di tahap kemudian terpilih seorang presiden, maka presidennya juga kotor. Jika kemudian presiden memilih orang-odang untuk duduk menjadi menteri yang akan membantunya bekerja, maka kabinetnya juga kotor. Jika kemudian terpilih para anggota dewan, maka mereka juga kotor. Seandainya para anggota dewan tersebut melahirkan undang-undang atau peraturan, maka undang-undang atau peraturannya juga kotor. Bisa jadi selain kotor, najis juga.
*****
Tanggal 4 Januari 2014, sekitar pukul sebelas lewat beberapa menit, saya berada di dalam sebuah Mushalla. Di hadapan saya duduk seorang lelaki yang dengan pakaian serupa dengan apa yang saya kenakan. Beliau bercelana panjang warna hitam, mengenakan dasi, jas, juga peci.
“Saudara Rifki, sudah siap?” Tanya beliau.
“Sudah.” Jawab saya mantap.
“Karena semuanya sudah lengkap, kita bisa mulai akad nikahnya. Saya yang akan menjadi wali dari mempelai perempuan.” Kira-kira seperti itu penjelasan beliau.
Beliau adalah petugas dari Kantor Urusan Agama. Di dalam acara akad nikah siang itu, beliau hadir bukan hanya sebagai pencatat proses pernikahan saya tetapi juga menjadi wali dari calon istri saya sebab Minyu tak memiliki seorang kerabat yang bisa duduk menjadi walinya. Ayah Minyu sudah meninggal. Begitu pula kakeknya dari garis ayah. Tak ada saudara laki-laki yang satu ayah. Begitu pula tak ada paman dari garis ayah.
Dalam kondisi seperti itu, maka yang berhak menjadi wali adalah sulthon, yaitu penguasa, raja, atau presiden.
Jika terjadi sengketa antara mereka, maka penguasa menjadi wali untuk orang yang tidak memiliki wali. (HR. Ahmad 24205, Abu Daud 2083, Turmudzi 1021, dan yang lainnya).
Di Indonesia ini, tak mungkin seorang presiden turun langsung untuk menjadi wali nikah seorang perempuan di antara rakyat yang dipimpinnya. Wewenang tersebut kemudian didelegasikan kepada seorang menteri agama. Seorang menteri agama pun tidak mungkin turun tangan menjadi wali. Wewenang tersebut kemudian dilimpahkan kepada Kantor Urusan Agama yang ada di tiap kecamatan. Ketentuan tersebut ditetapkan dalam sebuah peraturan atau undang-undang.
Di Indonesia, pemilihan presiden dilakukan melalui proses politik. Tindakan politik yang kemudian dilakukan oleh presiden terpilih adalah menunjuk para menteri di kabinet, termasuk menteri agama. Para anggota dewan juga terpilih melalui proses politik. Tindakan politik mereka berikutnya adalah membuat atau menetapkan undang-undang. Undang-undang Perkawinan adalah satu produknya.
Jika politik itu kotor dan najis, maka semua proses di atas itu juga kotor dan najis. Termasuk produk undang-undangnya. Jika produk undang-undang yang menyatakan wewenang untuk menjadi wali hakim berada di KUA itu juga kotor, itu artinya pernikahan saya juga kotor alias tidak sah. Jika pernikahan saya tidak sah, maka hubungan yang telah saya lakukan adalah zina. Celakalah saya jika demikian adanya.
*****
Seseorang pernah mengatakan kepada saya tentang perumpamaan politik menurut pandangan beliau. Politik itu ibarat gelas yang bening. Bersih. Apa yang kemudian diisikan ke dalamnya akan mempengaruhi penampilannya. Jika yang diisi adalah air yang bersih dan jernih, maka gelas akan terlihat bersih dan jernih. Jika yang terisi di dalamnya adalah air selokan, maka warna gelas menjadi kotor.
Mungkin, saat ini, gelas politik itu terisi dengan air dari selokan sehingga terlihat kotor. Untuk membersihkannya, bukan gelasnya yang dipecahkan. Cukup tuangkan air bersih dan jernih ke dalamnya terus-menerus hingga kemudian air selokan itu terdorong keluar dan digantikan oleh air yang bersih dan jernih.
Politik mungkin sama dengan internet. Baik atau buruk dampak yang dihasilkan tergantung siapa yang menggunakan. Jika pengguna internet itu orang-orang baik, maka yang tampil di dalam internet adalah kebaikan-kebaikan. Sebaliknya, jika pengguna internet itu orang-orang buruk, maka keburukan juga yang menjadi dampaknya. Maka seperti itu pula kiranya dengan dunia politik.
Jika politik saat ini terkesan kotor, maka itu disebabkan karena orang-orang yang berkecimpung di dalamnya adalah orang-orang yang memiliki kepribadian, sifat, dan karakter yang kurang baik. Untuk membersihkannya, sama seperti dengan membersihkan isi gelas di atas, cukup dengan mengganti orang-orang di dalamnya dengan orang-orang yang kepribadian, sifat, dan karakter yang lebih baik.
Karenanya, kenalilah, telitilah, dan pilihlah parta dan orang-orang yang bersih di Pemilu 2014 nanti, agar gelas politik tersebut menjadi bening, jernih, dan memberikan banyak manfaat untuk Indonesia yang lebih baik.
Tulisan Terkait Lainnya :
berarti, kenalilah dengan cermat wakil yang akan kita pilih di tanggal 9 mendatang,
biar kesan kotor itu berangsur ke arah jernih.
Betul, mbak π
politik menjadi kotor krn oknum2 didlmnya yg berusaha menghalalkan segala cara dalam meraih apa yg diinginkannya.
Dan jangan pilih lagi oknum-oknum seperti itu π
Two thumb!
Thanks!
Barusan sy kirim email π
Sudah dilaksanakan… Tapi mungkin kurang OK juga π
wah kok ekstrem sekali perumpamaannya Bang… Undang-undang itu bikinannya mereka, tp perjanjian di hadapan Allah tentu beda ceritanya Bang. Nggggg, btw saya kok masih males ya kenalan sma the candidate, bawaannya udah sebel aja…
Ya karena itu contoh yang terkait dengan diri saya.
Maksudnya beda cerita antara undang2 dan janji di hadapan Allah itu apa, mbak?
ya itu td Bang, tentu beda soal nikahannya abang sma undang-undang yg diciptakan oleh pejabat yg korup ^^
Di atas saya tidak menyinggung pejabat yang korup, mbak. Saya hanya mengaitkan proses politik yang mulai dr memilih anggota dewan dan.presiden sampai dengan penunjukkan petugas KUA sebagai wali dalam pernikahan saya.
Jd menurut mbak, politik itu, siapa pun pelakunya tetaplah kotor. Sementara pernikahan saya tetap sah?
Begitukah?
nggak gituuu bang Jampang, pernikahan abang Pasti sah dan suci karena Allah-lah saksinya dan abang melaksanakan ibadah kan, tp masalah UU dsb sih urusannya si pejabat, kan dia yg salah π
Bang maaf ya kalo aku rada2 ora mudeng sama analoginya π
Iya mbak. Gpp koq. Tenang aja.
Memang Allah jadi saksi sebab Maha Melihat. Namun rukun nikah itu kan ada beberapa. Kalau nggak ada salah satunya jd nggak sah. Di pernikahan saya, istri nggak punya wali dari keluarga dab kerabat seperti yg saya ceritakan di atas. Penggantinya adalah wali hakim, sulthon, alias penguasa. Nah, di Indonesia, presiden adalah penguasa. Khusus untuk masalah pernikahan, presiden melimpahkan wewenang jika menjadi Wali dlm pernikahan itu kepada penghulu KUA.
Aiihhh… cakep benerrrr ini jurnalnya. Setujuuuu! Bener banget!
Eng.. tapi aku masih bingung nih, milih siapa ya, yg kira2 bisa dan mampu utk nuangin air yg bersih? π
Yaaa… Dicoba cari aja mbak π
postingan yang mantab. inspiratif.
satu postingan menggandeng banyak point. baguuuuuusss. keren
Terima kasih π
aku ra kondo politik najis lho, tapi aku ora sudi melu nyoblos pemilu meneh mas
Setiap orang punya pilihan. Tidak memilih juga sebuah pilihan. Ada yg memilih karena ingin perubahan. Ada juga yang tidak memilih karena ingin perubahan dengan cara itu. π
tapi menurutku analogi presiden sebagai wali – penghulu KUA kui lumayan lebar gap nya untuk bisa sampe ke kesimpulan pernyataan zina, iki podo wae semacam aku tuku sebotol coca – cola = membunuh anak2 palestina, hanya karena coca-cola donatur zionisme israel.
kan salah satu rukun nikah itu harus ada wali dari pihak perempuan kan, mas? Tanpa wali, nikahnya nggak sah, karena nikahnya nggak sah, statusnya bukan suami istri. hubungan badan yang dilakukan bukan oleh suami-istri, bukannya zinah, mas?
Saya suka sekali tulisan ini mas.. tak share di FB ya… π
Terima kasih, mbak.
Silahkan. Semoga bermanfaat.
Oh iya… Saya punya FB juga lho π
Sudah tau sih mas.. tapi memang belum tak add π
Perlu kah? xixixixi….
π
Ya nggak tahu juga seh perlu apa nggak
Hehe… sudah saya add mas…
saya sudah terima π
Terima kasih… π
sama-sama
setuju…tapi, aq ga tau harus milih sapa ini nanti yg bisa ngilangin air kotor ituuuu… *parah* takutnya ga bersihin malah bikin tambah keruh dan bau..Ya Alloh moga ga salah pilih… π
kalau perlu istikharah dulu mbak π
inspiratif sekali… sy mau ambil air dr sumur nomor 3, untuk ngisi gelas kaca, biar lumpurnya pd hilang…
semoga perubahan ke arah yang lebih baik bisa terwujud. aamiin
Saya setuju dengan semua isi pesan dalam jurnal ini. Cakep.
terima kasih, pak