Patriot

cover novel Sang Patriot dan logo DJP
cover novel Sang Patriot dan logo DJP

Judul dan gambar cover novel berjudul “Sang Patriot”, membawa ingatan saya ke beberapa tahun silam ketika menyaksikan sebuah film yang berjudul hampir sama yaitu “The Patriot”. Sebuah film kolosal dengan latar cerita kemerdekaan Amerika dari penjajahan Inggris. Sebuah film yang menceritakan seorang Benyamin Martin, seorang mantan tentara yang kemudian menjadi seorang petani dan kembali ke medan perang setelah seorang tentara Inggris membunuh salah satu anaknya.

Benyamin kemudian memimpin sebuah milisi di mana para anggotanya adalah para petani dan rakyat biasa untuk berperang melawan tentara Inggris. Berkat kepandaian dalam mengorganisir para anggotanya, Benyamin berhasi membentuk sebuah milisi yang tangguh sehingga mampu membuat tentara Inggris kerepotan. Pada akhirnya, Amerika berhasil melepaskan diri dari penjajahan Inggris di tahun 1779.

Perjuangan melawan penjajahan juga terjadi di bumi nusantara ini. Para pahlawan dan patriot telah mengorbankan keringat, air mata, dan juga darah untuk merebut kemerdekaan negeri ini dari para penjajah. Sebagian para pahlawan tersebut tercatat dalam sejarah. Nama mereka diabadikan bersama gelar pahlawan nasional yang diberikan. Namun, di belakang mereka, lebih banyak para pahlawan yang namanya tak sempat tercatat oleh manusia yang hidup di masa sesudahnya. Namun bumi persada ini adalah saksi bisu sejarah perngorbanan dan perjuangan mereka.

Sosok pejuang, patriot, ataupun pahlawan selalu hadir di setiap masa. Mungkin mereka hadir dalam sosok dan wujud yang berbeda. Namun kesamaan di antara sosok tersebut adalah perjuangan yang mereka telah mereka lakukan, baik untuk negeri yang mereka cintai ataupun untuk orang-orang yang mereka sayangi sepenuh hati.

Sebagai seorang anak, tentunya saya akan menjadikan kedua orang tua saya sebagai sosok seorang patriot, pejuang, dan pahlawan. Dengan segala keterbatasan yang ada, keduanya telah memeras keringat dan membanting tulang untuk kehidupan saya dan adik-adik saya yang lebih baik. Lebih baik daripada kehidupan yang keduanya jalani di masa sebelumnya.

Rangkain puisi di bawah ini mungkin bisa memberikan seidikat gambaran tentang apa yang telah dilakukan oleh ayah dan ibu untuk saya dan adik-adik saya.

Tentang Ayah

selepas shubuh
ia mulai mengayuh
menempuh
jarak nan jauh
di atas sepeda tua yang tak lagi utuh

dengan pakaian yang hampir lusuh
tersiram peluh
membelah terik yang seperti ingin membunuh
demi ribuan rupiah atau beberapa puluh
yang akan dibawa pulang dalam saku yang tak bisa penuh

agar aku bisa merasakan masa depan yang utuh

Tentang Ibu

kedua telapak tangannya menguning
karena kunyit yang semalam diparut dan disaring
kemudian dimasak bersama rempah lain yang digiling
lalu dituang ke dalam beberapa botol bening
dijinjing
dibawa berkeliling

tak perduli bila ada yang bergunjing
tak jera meski pernah jatuh terbanting
tak mengeluh meski kampung sedang sepi dan hening
tak putus asa meski hasil dan lelah tak sebanding

agar di masa depan aku tak terasing

Selain sebagai seorang anak, di dalam dimensi kehidupan yang lebih luas, saya adalah seorang Pegawai Negeri Sipil yang bekerja di kantor pajak. Dengan kata lain, saya adalah petugas pajak. Sebagai petugas pajak, saya punya penilaian lain tentang siapa yang layak mendapatkan sebutan sebagai patriot.

Di masa kini, peperangan dengan mengangkat senjata tak lagi terjadi di negeri ini. Bentuk perjuangan selepas berhasil merebut kemerdekaan adalah mengisinya dengan pembangunan di berbagai bidang. Perjuangan tersebut tidak hanya dilakukan oleh golongan tertentu dan di wilayah tertentu saja di negeri ini. Perjuangan tersebut bisa dilakukan oleh semua kalangan di seluruh pelosok. Dari kota hingga desa. Caranya adalah dengan membayar pajak.

Sekitar 80% pemasukan negara berasal dari penerimaan pajak. Pajak tersebut tidak hanya dibayar oleh konglomerat kelas kakap ataupun pengusaha yang memiliki perusahaan besar, namun para petani, pedagang, pegawai, dan buruh juga bisa melakukannya.

Pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang yang dilakukan oleh setiap warga negara yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Sesuai falsafah undang-undang perpajakan, membayar pajak bukan hanya kewajiban, melainkan juga adalah hak dari setiap warga Negara untuk ikut serta dalam kegiatan pembiayaan negara dan pembangunan nasional.

Pajak berbeda dengan retribusi. Retribusi merupakan iuran kepada pemerintah yang dapat dipaksakan dan mendapati jasa balik secara langsung yang dapat ditunjukkan. Paksaan disini bersifat ekonomis, karena siapa saja yang tidak merasakan jasa balik dari pemerintah dan tidak dikenakan iuran itu.

Jika seseorang yang sudah membayar pajak tidak akan menerima kompensasi secara langsung dan nyata atas apa yang dibayarkannya. Sebab bisa jadi, uang pajak yang telah dibayarkan oleh wajib pajak digunakan untuk pembangunan sarana dan prasarana pebangunan di tempat lain, bukan di sekitar tempat di mana wajib pajak tinggal. Hal tersebut yang membedakannya dengan retribusi yang memberikan kompensasi langsung yang bisa dirasakan oleh orang yang membayar restribusi. Retribusi parkir misalnya. Seseorang yang membayar parkir sudah merasakan kompensasi langsung berupa tempat di mana dirinya bisa memarkirkan kendaraan miliknya.

Karena tidak merasakan kompensasi langsung itulah, maka banyak yang enggan untuk membayar pajak atau menganggap remeh peranan pajak. Selanjutnya muncul para pengemplang pajak yang berusaha untuk menghindari pembayaran pajak atau mengurangi besaran pajak yang seharusnya dibayar. Tentu saja, kelompok ini tidak bisa dianggap sebagai sifat patriot.

Yang layak mendapat julukan sebagai patriot, pencinta dan pembela tanah air, adalah para wajib pajak yang membayar pajak sesuai dengan ketentuan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Mereka yang membayar sejumlah uang kepada negara meski menyadari bahwa imbalan atau kompensasi dari pembayaran tersebut tidak akan mereka rasakan secara langsung. Mereka yang telah menyadai kewajiban dan hak mereka sebagai warga negara di bidang perpajakan. Mereka adalah sosok patriot bangsa.


 


Tulisan Terkait Lainnya :

16 respons untuk ‘Patriot

  1. fenny April 1, 2014 / 07:35

    Berarti saya termasuk patriot dong … 😀

    Smoga pajak yg d bayarkan d kelola dgn baik n hslnya d rasakan oleh smua …

  2. Rahmat_98 April 1, 2014 / 08:19

    Saya termasuk juga nih..
    Semoga pajak yang kita bayarkan akan berguna bagi pembangunan negeri tercinta…

  3. tipongtuktuk April 1, 2014 / 08:57

    ayah dan ibu adalah patriot kita, Bang … he he he …

    • jampang April 1, 2014 / 10:08

      Give away yang telat 😀

  4. eda April 1, 2014 / 10:18

    byk kali petugas pajak yg ngeblog 😀
    orang bijak taat pajak ya mas…aku termasuk dong 😀
    sukses GAnya

    • jampang April 1, 2014 / 10:28

      Ya kan pegawai pajak jumlahnya banyak, mbak 😀

      GA-nya telat. Tapi tetep saya setorin seh. Berharap ada pemakluman dr oenyelenggaranya 😀

  5. capung2 April 1, 2014 / 14:20

    orangtua yg baik adlh seorang patriot buat anak2nya..

    puisinya mantabs !

    • jampang April 1, 2014 / 14:45

      terima kasih, mas 😀

  6. dian sigit April 1, 2014 / 16:28

    saya juga rajin bayar pajak lho brati sy juga patriot yaa 😀 salam kenal mas

    • jampang April 2, 2014 / 05:14

      iya mbak. patriot bangsa. lanjutkan

      salam kenal juga 😀

  7. ysalma April 2, 2014 / 08:32

    Benar-benar postingan seorang patriot 🙂
    Ayah Ibu patriot kehidupan anak,
    pembayar pajak patriot pembangunan.

    • jampang April 2, 2014 / 08:38

      iya mbak. sayangnya telat diikutkan ke lombanya. tapi dengan semangat patriot tetap saya daftarkan 😀

Tinggalkan jejak anda di sini....

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s