“Minum ini dulu, Nay! Madu bagus untukmu.” Kutuangkan sesendok madu dari botol yang kubawa dari rumah, khusus untuk perempuan yang kini terbaring di tempat tidur. Di hadapanku.
Inaya berusaha mengangkat sedikit kepalanya untuk memudahkan diriku menyuapinya. Raut wajahnya menyiratkan rasa yang tak bisa kubayangkan. Wajar, sebab baru beberapa hari yang lalu, Inaya baru pulang dari rumah sakit setelah melahirkan anak pertamanya melalui operasi caesar.
“Terima kasih, Kak!” Ucap Inaya sambil merebahkan kembali kepalanya.
“Sama-sama.” Timpalku. “Si kecil tidurnya lelap sekali, yah?” Komentarku kemudian.
“Iya, Kak. Selepas kususui, dia pasti langsung tidur. Tidurnya juga lama.” Jawab Inaya dengan iringan senyum di bibirnya.
Pastilah dirimu sangat bahagia, Nay.
Ada rasa iri yang bergemuruh di dalam dadaku saat melihat Inaya mengusap-usap kepala bayi lelaki yang terlelap di sampingnya. Aku iri kepadanya karena bisa melahirkan anak di tahun pertama pernikahannya sementara diriku tak sanggup melakukannya di sebelas tahun usia pernikahanku. Namun aku bersyukur, Mas Huda masih tetap memegang teguh janjinya. Dirinya tak membuangku. Kami masih hidup bersama sejak benih-benih cinta bersemi di taman hati kami berdua dan dipersatukan dalam sebuah ikatan janji.
Ketika tunas ini tumbuh,
serupa tubuh yang mengakar.
Setiap nafas yang terhembus adalah kata.
Angan, debur dan emosi bersatu dalam jubah berpautan.
Tangan kita terikat… Lidah kita menyatu…
Maka setiap apa yang terucap adalah sabda pendita ratu.
Berbagai usaha telah kulakukan agar diriku bisa hamil dan mempunyai anak. Namun semuanya tidak membuahkan hasil. Hasil diagnosa dokter menyatakan bahwa Mas Huda sehat dan tidak memiliki masalah. Masalah justru berada di dalam tubuhku. Aku mandul.
“Maafkan Aku, Mas!” Entah sudah berapa kali aku memohon maaf kepada Mas Huda atas kondisi diriku.
“Tidak apa-apa, Ay.” Jawab Mas Huda. “Setiap pasangan yang sudah menikah pastilah menginginkan kehadiran seorang anak. Tetapi, anak bukanlah satu-satunya hal yang penting di dalam hidup berumah tangga. Kebersamaan kita juga penting. Kebahagiaan kita juga penting. Kehadiran anak mungkin bisa menambah kebahagiaan. Namun, jika kita ditakdirkan tidak akan memiliki anak, bukan berarti kita tidak bisa hidup bahagia, kan?”
Hahhh… Di luar itu pasir… Di luar itu debu…
Hanya angin meniup saja lalu terbang hilang tak ada.
Tapi kita tetap menari, menari cuma kita yang tahu.
Jiwa ini tandu… Maka duduk saja…
Maka akan kita bawa … Semua…
Karena kita adalah satu
“Assalaamu ‘alaikum!” Tiba-tiba terdengar ucapan salam dari luar rumah.
“Wa ‘alaikumus salaam.” Aku dan Inaya menjawab bersamaan.
“Nay, aku pamit dulu yah!” Ucapku.
“Lho, nggak ngobrol-ngobrol dulu dengan Mas Syam. Ngobrol bertiga kan lebih seru.”
“Enggak ah! Takut mengganggu.” Kutolak ajakan Inaya sambil bangkit dari tempat dudukku.
Segera kumelangkah keluar kamar. Di ruang tengah, aku bertemu dengan lelaki yang dimaksud oleh Inaya.
“Lho, mau ke mana, Ay?” Tanyanya.
“Aku pulang dulu, Mas. Sudah sejak tadi aku di sini menemani Inaya.” Jawabku.
“Terima kasih, Ay.” Ucapnya sambil mengecup keningku. Kubalas dengan mencium punggung tangannya.
“Oh iya, hampir lupa. Ini aku belikan madu untuk Inaya. Mudah-mudahan bisa membantu mempercepat penyembuhan dan memulihkan tenaganya.”
Kuserahkan botol madu di tanganku. Madu untuk maduku. Inaya, perempuan yang kupilihkan untuk menjadi istri suamiku, Syamsul Huda.
*****
Jumlah : 498 kata untuk meramaikan Prompt #45 : Ada Apa dengan Cinta
Baca juga prompt sebelumnya :
Wahhh…
Weehhhh…
😀
Mwakakaka!
Sip deh tapi!
dan semuanya pun bahagia…. termasuk yang komentar 😀
Kyaaaa!
eh…. balik lagi…. 😀
Jd ingat film india “chori-chori cupke-cupke” … 🙂
kaya gimana ceritanya?
Klo itu crt nya istrinya ngga bs hamil krn rahimnya d angkat wkt anak pertamanya keguguran, trus istrinya mencari perempuan yg mau d pnjm rahimnya tnp sepengetahuan keluarga besar.
Crt jlsnya silahkan lht filmnya d jamin mewek … 😀
bukan nikah lagi donk yah 😀
Yup … Namanya zina …
kalau pinjam rahim, mungkin bukan zina… tapi bayi tabung…. barang kali
Klo bayi tabung itu bknnya ttp pake rahim sendiri cm pembuahannya itu d luar nnt klo berhasil br d masukin k rahim istri.
Klo ngga slh pnjm rahim ngga zina klo ce yg d pnjm rahimnya itu d nikahin dulu krn sel sperma msk k ce itu.
Barangkali jg … *loh kok jd ngobrolin ini* 😀
bayi tabung ada yang boleh ada yang nggak. yang boleh itu kalau sperma dan sel telurnya berasal dari suami-istri. sebab ada juga proses bayi tabung di mana sperma atau sel telrnya berasal dari lelaki atau perempuan yang bukan suami-istri.
kalau dinikahi dulu… ya nggak zina donk.
Gak pake racun, kan? Wkwkwkwk
kan nggak ada kata racun sama sekali. jadi madu 100% 😀
huaaaaa,,,,,,,, :((
lho…..???
waaaaaah..hiks..
kenapa, bund? 😀
perempuan hebat 🙂
iyah 😀
Heeebat… hehe
terima kasih…. #eh
astaga, astaga, astaga….
aku speechless bacanya, mas. :((( antara nyesek, galau, tapi legit. Ah, sudahlah. *melipir*
jadi campur-campur gitu yah 😀
Yang penting keren. 😀
terima kasih 😀
Ini salah satu hikmah berislam. Dan cerita ini memberikan solusi tanpa menggurui
pasti ajaran islam itu baik, tinggal orang-orang aja mau memahaminya dengan baik atau nggak.
*kaya yg bikin cerita udah paham aja :D*
Wah,ternyata..tadi sempet mikir dimadu,tapi prolognya entah kenapa bikin nggak menduga kearah sana, eh ternyta beneran gitu.. Berhasil mengecohku:).Salut aku ada istri yg begitu..
😀
harusnya tetap dengan dugaan pertama, mbak. biar nggak terkecoh
Katanya tidak apa2, katanya anak bukanlah satu-satunya hal yang penting di dalam hidup berumah tangga, katanya kebersamaan dan kebahagiaan berdua lah yang penting, tapiiii…. :(( maaf mas komen nya pake perasaan 😀
suaminya memang bilang begitu. tapi di akhir… kan si istri yang mencarikan perempuan lain…. dan meminta si suami menikahinya….. ya gpp pake perasaan mbak 😀
Ummmm… Mas, aku nggak suka dengan pemakaian nama yang dijadikan twist itu. Semacam memang sengaja menyesatkan pembaca. 🙂
Keep writing.
😀
iya mbak. gpp.
saya cuma mikir, setiap orang bisa punya panggilan yang berbeda untuk orang lainnya
soalnya ada juga yang manggil saya dengan sebutan yang beda meski nama saya cuma satu kata 😀
sempet mikir pas dicium kening sama suami adiknya… ternyata benar..
tapi itu bukan suami adik kandungnya. kan tidak boleh mengumpulkan kakak-adik dalam satu rumah kecuali di zaman dhulu 😀
Ya tetep saja mengundang tanya karena dicium kening sama bukan muhrim… hehe…
kan bisa jadi… si lelaki itu adalah kakaknya si perempuan. kan boleh nyium 😀
*ngeles mulu*
hehehe… mira ketemu ade mira ga pernah gitu… :p
iya juga seh.
nyerah aja deh 😀
Kok ya kepikiran sampe madu segala ya? Nice, Bang.
tadinya saya mau buat kalau cinta lama yang bersemi kembali dan mengakibatkan perselingkuhan… tapi sad ending. kalau madu ini kan lebih baik lah 😀
terima kasih, mbak
ah nyesek bacanya 😦
maaf jika kurang berkenan
dih….sakiiit 😦
maka hanya perempuan hebat saja yang bisa melaluinya 😀