Sosok Kartini Masa Kini

“Alangkah bahagianya laki-laki, bila isterinya bukan hanya menjadi pengurus rumah tangganya dan ibu anak-anaknya saja, melainkan juga jadi sahabatnya, yang menaruh minat akan pekerjaannya, menghayatinya bersama suaminya.”
(Kartini, 4 Oktober 1902)

*****

dr Prita Kusumaningsih dan Buku Karya Beliau
dr Prita Kusumaningsih dan Buku Karya Beliau (dari berbagai sumber)

Lelaki dan perempuan adalah dua sosok dengan kepribadian yang berbeda. Cara lelaki menggunakan akal pasti berbeda dengan cara perempuan mengerahkan pikiran. Cara perempuan menggunakan hati, pasti akan berbeda dengan cara lelaki menimbang rasa. Jiwa, badan, perasaan, dan pemikiran keduanya berbeda satu sama lain.

Jika nantinya seorang lelaki dan seorang perempuan telah menyatukan tujuan dalam sebuah pernikahan, maka tujuan keduanya adalah satu. Sama. Meraih ketenangan, ketentraman, dan kebahagiaan di dunia maupun di akhirat. Sebab itulah yang menjadi tujuan dalam sebuah pernikahan. Namun demikian, cara yang akan ditempuh oleh keduanya tidaklah sama. Lelaki sebagai suami memiliki cara yang akan dijalaninya karena memang dia menguasainya. Perempuan sebagai istri pun memiliki cara yang akan ditempuh karena memang cara itu yang dia kuasai.

Dua paragraf di atas adalah bagian dari sebuah surat yang pernah saya tuliskan untuk istri saya yang saat itu masih menjadi orang asing. Surat yang mungkin bisa dianggap sebagai sepucuk surat untuk calon istri.

Saya dan Minyu adalah dua sosok yang berbeda satu sama lain. Mungkin ada kesamaan, tapi tidak semuanya. Saya menyukai lagu dangdut, tetapi Minyu tidak. Minyu suka dengan telor balado, sementara saya tidak suka. Namun demikian, perbedaan itu tidak akan menjadikan masalah jika memang tidak ada yang mempermasalahkan. Alhamdulillah, seperti itulah kami berdua.

Apa yang diucapkan oleh Ibu Kartini di atas, sepertinya beliau memang lebih suka dipanggil dengan sebutan demikian, ada benarnya. Saya merasa lebih bahagia jika ada kesepahaman dalam sebuah pandangan antara saya dan Minyu. Mungkin alasannya berbeda tetapi tujuannya adalah sama. Contohnya adalah apa yang menjadi topik pembicaraan kami di awal bulan April ini. Yaitu tentang dokter kandungan.

Beberapa waktu yang lalu, saya dan Minyu melakukan tes kehamilan secara mandiri sebanyak dua kali, tanggal 25 Maret dan 6 April. Alhamdulillah, hasilnya positif. Langkah selanjutnya yang harus kami lakukan adalah memeriksakan kondisi kehamilan Minyu ke dokter kandungan.

Sebagai seorang suami, saya merasa cemburu jika ada lelaki lain yang melihat atau memeriksa organ paling pribadi milik istri saya. Sebagai perempuan, Minyu merasa malu jika harus memperlihatkan auratnya kepada lelaki lain. Akhirnya, kami sepakat untuk memeriksakan kehamilan kepada dokter kandungan perempuan.

Dari kejadian tersebut tersebut sudah terlihat perbedaan alasan yang mendasari pendapat saya dan Minyu. Saya merasa cemburu. Minyu merasa malu. Namun dari perbedaan alasan tersebut, muncul kesepakatan untuk memeriksakan kehamilan kepada seorang dokter kandungan perempuan. Saya bahagia. Mungkin seperti itulah yang tersirat dari ucapan seorang Kartini yang mengawali coretan ini.

Mungkin apa yang saya dan Minyu rasakan di atas telah menjadi bahan pemikiran para pejuang perempuan zaman sekarang, para kartini masa kini. Para pejuang perempuan dan para Kartini yang saya maksud di sini adalah para perempuan yang telah dan sedang berusaha menjadi dokter spesialis kandungan. Dalam pandangan pribadi saya, dokter kandungan perempuan adalah sosok pelindung bagi kaum perempuan, khususnya ketika mereka berada di masa hamil dan saat melahirkan. Sebab di dalam Islam, ada batasan mengenai siapa yang boleh melihat aurat seorang perempuan. Karenanya, saya lebih tenang bila memeriksakan kehamilan Minyu kepada seorang dokter perempuan.

Memeriksakan kehamilan, bukanlah suatu keadaan yang dapat dikategorikan darurat. Maka keberadaan dokter kandungan perempuan menjadi sangat penting. Bisa jadi, menjadi seorang dokter kandungan perempuan adalah salah satu ladang jihad kaum perempuan di masa kini.

Selain sebagai pelindung kaumnya, masih dalam pandangan pribadi saya, para perempuan yang memilih untuk menjadi dokter speasialis kandungan itu juga telah berjuang untuk mendobrak dominasi dokter kandungan laki-laki. Di masa lalu, profesi dokter dan mungkin di dalamnya termasuk dokter kandungan dimonopoli oleh laki-laki. Hal ini tak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di dunia.

Profesi dokter kandungan saat ini memang masih lebih banyak dipegang oleh laki-laki. Kesimpulan tersebut saya ambil setelah mengecek empat buah rumah sakit melalui website rumah sakit tersebut. Jika digambarkan dengan angka, maka jumlah rata-rata dokter kandungan perempuan di keempat rumah sakit tersebut adalah 30%.

Kondisi tersebut mungkin diakibatkan kenyataan bahwa untuk menjadi dokter spesialis dibutuhkan stamina yang tinggi, biaya yang lebih banyak, dan waktu yang lebih lama. Selain itu, ketika sudah praktek, seorang dokter kandungan harus siap bekerja dua puluh empat jam. Bukankah yang demikian artinya mereka, para dokter kandungan perempuan itu, memiliki semangat kartini di dalam dada dan jiwa mereka?

Berbicara soal dokter kandungan perempuan, saya jadi teringat dengan seorang dokter kandungan perempuan yang saya kenal di dunia maya. Seorang dokter yang tak hanya berkarya nyata dalam bentuk kegiatan kemanusiaan, tetapi juga dalam karya tulisan. Beliau adalah dr. Prita Kusumaningsih, Sp.OG.

Saya belum pernah bertemu langsung dengan dr. Prita. Interaksi hanya terjadi di dunia maya melalui saling berkunjung dan berkomentar di blog masing-masing. Beberapa tahun yang lalu, saya pernah mengikuti lomba menulis yang beliau adakan ketika kami sama-sama aktif ngeblog di Multiply. Lomba tersebut bertajuk Lomba Menulis Khusus Ayah dan tulisan saya yang berjudul “Ketika Diri Takut Berbahagia”  menjadi pemenang di salah satu kategorinya.

Muhammad, Bayi Gaza yang lahir di Indonesia [sumber]
Beliau pernah menuliskan cerita sebuah proses persalinan seorang bayi dari kedua orang tua yang berasal dari Gaza yang lahir di Indonesia yang beliau tangani. Cerita tersebut bisa dibaca dalam tulisan beliau yang berjudul “Muhammad, Bayi Gaza yang Lahir di Indonesia”.Sekelumit kisah di dalam tulisan tersebut memberikan sebuah gambaran proses kelahiran bayi yang kami inginkan nantinya. Normal. Alami. Jika kondisi kehamilan berjalan lancar, maka tak perlu ada tindakan mempercepat proses kelahiran. Apa yang dilakukan dan disampaikan oleh dr. Prita kepada pasiennya menggambarkan seperti itulah sikap dokter yang diinginkan oleh setiap pasien. Memberikan ketenangan, bukan ketegangan. Menyampaikan ketentraman hati, bukan kegundahan.Interaksi yang dilakukan oleh dr. Prita kepada pasiennya tak hanya terjadi di rumah sakit ketika memeriksa kehamilan dan proses persalinan, tetapi juga di rumahnya dan di rumah sang pasien tersebut. Tiga hari setelah proses persalinan, suami dari pasien yang dibantu oleh dr. Prita datang berkunjung ke rumah beliau. Dua pekan kemudian, giliran dr. Prita yang menyambangi sang pasien di rumahnya. Bersilaturahim.

Tak hanya bekerja dan membantu pasien di rumah sakit, dr. Prita juga aktif di dalam dunia kepenulisan. Ibu dari lima anak ini juga menjadi pengasuh konsultasi kesehatan di Majalah AULIA dan OASE serta penulis rubrik “Catatan dr. Prita” majalah Sabili. Beliau juga telah menerbitkan beberapa buah buku, baik solo maupun antologi. Berikut adalah di antara karya beliau :

  • Membentangkan Surga Di Rahim Bunda – Qultum Media, Juli 2011
  • Love Journey, Ada Cinta Di Tiap Perjalanan (Antologi) – Mozaik Indie Publisher, 2012
  • Carok, Catatan Rombongan Kereta (Antologi) – Mozaik Indie Publisher, 2012
  • Book Junkies, Catatan Para Pecandu Buku (Antologi) – Mozaik Indie Publisher, 2013
  • Membalut Luka Gaza – Salsabila, Maret 2013
  • Love Journey#2 : Mengeja Seribu Wajah Indonesia – Diva Press, Desember 2013

Menulis, adalah bagian dari semangat Kartini. Melalui tulisan, Kartini melakukan perjuangannya. dr. Prita Kusumaningsih, SpOG, adalah salah seorang Kartini di masa kini. Berjuang dalam membantu para pasien yang membutuhkan sesuai dengan profesi beliau sebagai seorang dokter dan berbagi ilmu melalui media tulisan.

Semoga, ke depannya, akan lebih banyak lagi para perempuan yang menjadi dokter Spesialis Obstetri & Ginekologi (Kebidanan dan Kandungan), sehingga para suami dengan tipe seperti saya dan para istri yang setipe dengan Minyu, tidak akan lagi mengalami kegalauan saat kebingungan mencari keberadaan dokter kandungan perempuan. Aamiin.

Salam takzim untuk kaum perempuan.
Salam takzim untuk kaum ibu.
Salam takzim untuk para pejuang perempuan.
Salam takzim untuk para dokter kandungan perempuan.

 


Tulisan Terkait Lainnya :

34 respons untuk ‘Sosok Kartini Masa Kini

  1. Pakde Cholik April 11, 2014 / 09:00

    Terima kasih atas partisipasi sahabat dalam Giveaway Ada Kartini di Dadamu di BlogCamp.
    Segera didaftar
    Salam hangat dari Surabaya

    • jampang April 11, 2014 / 09:37

      terima kasih, pak dhe

  2. danirachmat April 11, 2014 / 10:01

    Semoga sukses Bang giveawaynya. Semoga juga lancar-lancar untuk kehamilan Mba Minyu. 🙂

    • jampang April 11, 2014 / 10:07

      terima kasih doanya, mas

  3. ysalma April 11, 2014 / 11:17

    dokter kandungan yang dituju sudah sepakat,
    minyu dan bayi dalam kandungan selalu sehat,
    semangat Kartini juga terus menyemangati perempuan,
    sukses di GA-nya.

    • jampang April 11, 2014 / 11:35

      tapi bukan dr prita, mbak. lokasinya jauh dari tempat tinggal. sepakatnya untuk periksa ke dokter perempuan 😀

      terima kasih.

  4. eda April 11, 2014 / 11:25

    ihik..ikutan GAnya pakdhe juga..
    aku baru tau kalo mba prita punya blog.. biasanya menyepa di instagram aja 😀

    • jampang April 11, 2014 / 11:35

      mencoba keberuntungan lagi setelah berhasil di GA dua status kemarin 😀

      udah lama punya blog beliaunya

    • jampang April 11, 2014 / 13:01

      wuih… hebat… seperti cenayang 😀

  5. Firsty Chrysant April 11, 2014 / 12:53

    waaa… selamat atas kehamilan Minyu…

    aku juga suka baca blognya dr.prita…

    • jampang April 11, 2014 / 13:01

      terima kasih… terima kasih

  6. ayanapunya April 11, 2014 / 14:34

    waa selamat atas kehamilan istrinya, mas. lama kali saya nggak blogwalking ke sini. hihi

    • jampang April 11, 2014 / 17:00

      terima kasih, mbak.
      pastinya banyak ketinggalan berita 😀

      • jampang April 12, 2014 / 05:24

        ya bisa dibuka-buka lagi beritanya 😀

  7. nengwie April 11, 2014 / 15:35

    Mbak Prita memang idola teteh bangeuut…

    Semoga sehat2ya Minyu dan dedenya…ngidam apa niih..???

    • jampang April 11, 2014 / 17:01

      aamiin. terima kasih doanya, teh.
      ngidamnya nggak macam-macam koq. mualnya aja seh yang sering dateng 😀

  8. underpapermoon April 11, 2014 / 15:40

    Selamat atas kehamilan istri nya mas,
    emang bener juga sih sebaik nya memeriksa kan kandungan ke dokter yang perempuan. 🙂

    • jampang April 11, 2014 / 17:03

      terima kasih.
      iya, pengennya begitu 😀

  9. ibuseno April 11, 2014 / 15:46

    Selamat atas kehamilan Mbak Minyu…selamat juga GA nya, smoga menang 🙂

    • jampang April 11, 2014 / 17:02

      terima kasih, teh 😀

  10. capung2 April 11, 2014 / 20:36

    Memang masih jarang dokter SpOG perempuan, lbh banyak yg lelaki..

    • jampang April 12, 2014 / 05:19

      di rumah skait tempat dr prita praktek, dokter kandungannya semua perempuan, mas. kalau rumah sakita lainnya ya… 1 di antara 3 itu paling banyak

  11. rianamaku April 11, 2014 / 22:12

    alhamdulilah selamat ya mas mbayu minyu hamil di jaga dan sehat sehatya, semoga saya juga cepat menyusul.
    semoga sukses juga buat GA_nya.

  12. puteri amirillis April 13, 2014 / 06:22

    Dr Prita adalah dr kandungan wanita yang hebat ya mas. Juga seorang blogger dan penulis. Untuk dr kandungan lebih nyaman dg dr wanita.

  13. pritakusumaningsih April 13, 2014 / 23:50

    naah…rupanya disini sumbernya ya…Ketemu juga akhirnya. Tadinya saya sempat mbatin, sewaktu ada mention di twitter ttg tulisan ini : “kok mau nulis ttg seseorang gak bilang2 dulu sama ybs”. Tapi berhubung ini tulisan seorang ayah yang lagi ngidam, maka OK, deh. Asal….jangan lupa komisinya lho. *sst…kalau di PNS istilahnya gratifikasi ya*

  14. araaminoe Juni 7, 2014 / 12:39

    Hik hik hik … baca tulisan ini jadi terharu.. terima kasih Pak Jampang untuk tulisan yang menggugah hati..
    *bolehkah kapan2 asmie copas mutiara indah dari Ibu Kartini diatas?* terima kasih 🙂

    • jampang Juni 7, 2014 / 12:49

      Kalau memberikan manfaat, Silahkan aja, mbak 😀

  15. Yuli Yanika Januari 26, 2016 / 09:28

    Diam diam saya juga memperhatikan dr.prita hehehe..dan karna mau menuliskan tentang inspirasi beliau,saya coba searching,eh ini tulisan udah nongol duluan. yang artinya luar biasa banyak yg bisa terinspirasi dari diri beliau…

    • jampang Januari 26, 2016 / 09:57

      insya Allah begitu, mbak 😀

      menulis untuk lomba kah?

Tinggalkan Balasan ke pritakusumaningsih Batalkan balasan