Entah hari ini atau kemarin, saya membaca sebuah status facebook secara sekilas. Isinya kurang lebih menyebutkan bahwa kehidupan nyata tidaklah seindah kisah-kisah romantis di dalam novel. Sebagai contoh, saya kutipkan sebuah adegan yang pernah saya tulis dalam sebuah cerita pendek berjudul “Lelaki dan Segelas Susu“. Berikut sebagian kutipannya :
Seorang perempuan berjilbab kuning memasuki kamar sambil membawa segelas susu di tangannya. Setelah menutup pintu kembali, perempuan tersebut menghampiri si lelaki dengan wajah tertunduk. Malu.
“Minumlah, Kak!” Pinta Nisa dengan lemah lembut.
Zul kemudian menerima gelas susu dan kemudian meminumnya perlahan.
Setelah separuh susu dalam gelas tersebut diminumnya, Zul memberikan gelas susu tersebut kepada Nisa.
“Minumlah, Dik!” Kali ini Zul yang mengajukan permintaan.
Dengan malu-malu, Nisa menerimanya dan kemudian meminumnya hingga habis.
Tak lama kemudian, keduanya melaksanakan shalat sunnah bersama-sama.
Setelah selesai, Zul bangkit dari duduknya dan berdiri di samping Nisa. Zul meletakkan tangan kanannya di atas kepala Nisa lalu mengucapkan sebuah doa, “Ya Allah sesungguhnya aku memohon kepada-Mu kebaikannya dan kebaikan yang telah Engkau adakan untuknya. Dan aku berlindung kepada-Mu dari keburukannya dan dari keburukan yang Engkau adakan untuknya.”
Lalu keduanya duduk bersebelahan di atas tempat tidur.
Zul kemudian mengulurkan tangannya ke arah wajah Nisa, bermaksud menyentuhnya. Tapi Nisa menolaknya.
“Sabarlah, Kak! Sesungguhnya aku adalah perempuan yang asing bagimu. Engkau pun adalah lelaki asing bagiku. Aku belum mengenal perangaimu, maka ceritakanlah hal-hal yang engkau sukai untuk aku kerjakan dan hal-hal yang engkau benci untuk aku hindari,” ucap Nisa.
Adegan yang romantis bukan? Adegan tersebut menjadi lebih romantis jika ditambahkan adegan sepasang pengantin tersebut melaksanakan shalat sunnah bersama-sama. Hm, mungkin cerita di atas akan saya modifikasi dan masukkan menjadi salah satu bab dalam draft novel “Pernikahan Kedua” yang entah terbit atau tidak.
Sayangnya, sebagai penulis cerpen tersebut, saya tidak mengalami adegan romantis tersebut di malam pengantin bersama Minyu. Karena satu dan lain sebab, tak ada segelas susu. Karena satu dan lain hal, tak ada shalat sunnah bersama-sama. Saya hanya bisa meniru adegan meletakkan tangan kanan di atas kepala Minyu sambil mengucapkan kalimat doa seperti di atas.
Tapi sesuatu yang romantis bukan hanya terjadi di malam pertama. Suami-istri tak hanya memiliki malam pertama saja. Akan ada banyak malam-malam berikutnya. Akan ada pagi, siang, dan sore yang mungkin tak bisa dipastikan berapa banyak di masa berikutnya. Maka bentuk romantis yang lain pun bisa saja terjadi. Optimislah! Sebab ada buktinya.
Tak ada segelas susu, maka sebatang coklat dan semangkuk kecil es krim bisa menjadi penggantinya. Dua makanan terakhir adalah makanan yang diminta Minyu di masa kedua dari tahapan “Enak, Enek, Anak” akhir-akhir ini. Mungkin dua atau tiga kali.
Ketika saya sedang berselancar di internet pada suatu pagi, Minyu meminta saya mengambilkan coklat yang disimpannya. Saya hentikan sejenak aktifitas yang saya lakukan untuk memenuhi permintaannya. Setelah sebatang coklat tersebut sudah berpindah ke tangan Minyu, saya pun melanjutkan aktifitas semula.
Tiba-tiba, Minyu mendekatkan tangan kanannya yang sudah memegang potongan coklat ke mulut saya. Saya buka mulut. Coklat pun langsung masuk. Jadilah coklat tersebut menjadi makanan yang pertama kali masuk mulut dan perut di pagi itu.
Di lain waktu, Minyu meminta saya mengambilkan es krim yang tersimpan di freezer. Di hari sebelumnya, kami sudah menikmati es krim masing-masing satu mangkuk kecil. Satu mangkuk lagi disimpan. Minyu pun menikmati es krim dengan rasa beraneka itu. Tanpa diminta, Minyu menyuapi saya es krim. Minyu melakukannya beberapa kali hingga es krim tersebut habis.
Apakah kejadian itu romantis? Bisa ya, bisa tidak. Semuanya bergantung kepada penilaian masing-masing. Jika yang demikian itu romantis, maka kejadian tersebut belum ada di novel yang saya tulisa atau baca dan sepertinya, lebih banyak Minyu yang melakukannya dibandingkan saya.
Tulisan Terkait Lainnya :
Iya, Sholat Sunah pertama setelah menikah memang hal paling romantis untuk mengawali ibadah terpanjang.
Jadi pilihlah tanggal di mana si bulan nggak datang 😀
jadi mau gimana pun itu dalam hubungan suami istri tetep kudu ada momen romantisme kan ya mas?
*semoga gak salah menyimpulkan
cuman ya kadar intensitasnya yang beda2 tiap pasangan kali ya 😀 *soktahu nih hihihi
romantisme itu mungkin ibarat bawang goreng di atas nasi uduk. secukupnya. biar lebih enak. tapi tanpa bawang goreng, nasi uduk pun bisa dinikmati 😀
wah wah wah… begitu ya perumpamaannya… i see i see
Kira-kira begitu. Dan gara-gara komen ini jadilah satu postingan lagi tentang nasi uduk 😀
sekarang mas rifki makannya coklat dan es krim melulu dong. hehe
ya kalau dikasih sama Minyu 😀
suap-suapan coklat ataupun es krim, romantis kok,
*tanya minyu kalau ga percaya 🙂
iya mbak. romantis 😀
wah minyu makan eskrim nya byk bget……kykny lg g doyan makan nasi ya? *soktau
kemarin2 nggak doyan nasi putih. sekarang seh udah doyan lagi, mbak
Wah jangan terlalu banyak, katanya ngak bagus bikin babynya gede dalam tanda kutip
iyah. itu untuk melawan rasa mual karena makan makanan yang lain nggak bisa masuk.
ohhhh ake sehat sehat ya awal kehamilan memang harus di nikmatin..
Iyah 😀
coba nanti dipraktekkan dulu ya mas, kalau sudah berhasil baru bisa kita tahu romantis apa tidak dibait-bait tersebut 😀
kalau yang di dalam petikan itu fiksi. nah sisanya itu non fiksi, jadi sudah dipraktekin
Waktu tali sepatu teteh copot meluluu, dan kangmas sambil tersenyum jongkok membetulkan tali sepatu teteh, kata orang itu romantis, betulkah..?? Fotonya ada di IG 😀
Kalau teteh kebalikannya Minyu, lebih banyak disuapin dan dibuatkan makan sama kangmas… *istri manja pisaaaan* 😀
Wah saya blm lihat fotonya. Nggak pake IG lagi 😀
Ah soooo… Kalau ditaruh di blog malu ngga yaah..?? Buka aib soalnya heu heuuu
😀
Kalau nggak pede ya nggak usah teh. Jangan dipaksakan.
Foto jilbab kuningnya aja dulu cukup menghebohkan 😀