Jum’at, 18 April 2014
Nak, menjelang waktu ashar, Abi menemani ummi beristirahat di dalam kamar. Sementara cuaca di luar sana mulai mendung. Tak lama kemudian, hujan pun turun.
Abi berbaring di samping Ummi yang sudah memejamkan kedua matanya. Abi mengusap perut ummi beberapa kali, berharap dirimu yang baru berusia tujuh minggu lima hari bisa merasakan sentuhan tersebut. Lalu Abi teringat dengan apa yang disampaikan oleh khatib dalam khutbah jum’atnya siang tadi. Sang khatib menjelaskan tentang kedudukanmu kelak setelah lahir ke dunia. Juga kedudukan Abi dan Ummi saat ini. Yaitu kedudukan seorang anak bagi kedua orang tua.
Nak, di dunia ini, setiap sesuatu adakalanya memiliki kedudukan ganda. Di satu kondisi, sesuatu tersebut memiliki kedudukan yang memberikan kebaikan. Di lain kondisi, sesuatu tersebut memiliki kedudukan yang memberikan keburukan. Seperti itulah kiranya kedudukanmu kelak, keududukan Abi, dan kedudukan ummi. Kedudukan seorang anak.
“Harta dan anak-anak adalah perhiasaan kehidupan dunia.“ (QS. Al-Kahfi : 46)
Nak, perhiasan adalah salah kedudukanmu di mata Abi dan Ummi kelak. Kehadiranmu akan memberikan warna hidup yang lebih indah bagi Abi dan Ummi. Penyejuk mata kami.
Kau akan menjadi harta yang tak ternilai. Harta yang kekal. Abadi. Baik dalam kehidupan Abi dan Ummi di dunia, maupun di kehidupan berikutnya. Ketika semua harta yang Abi dan Ummi miliki tak mampu menemani kepergian kami meninggalkan dunia fana ini, maka doa darimu akan selalu menemani Abi dan Ummi. Menjadi penolong kami. Semoga Abi dan Ummi bisa menjalankan tugas-tugas kami sebagai kedua orang tua. Memberikan yang terbaik untukmu. Untuk kehidupanmu.
“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu); dan di sisi Allah-lah pahala yang besar” (QS. At-Taghaabun : 15)
Tak hanya bisa menjadi perhiasan bagi kami, dirimu pun bisa menjadi fitnah bagi kami. Ujian. Bisa jadi, karena kehadiranmu, kami akan lengah dan lalai. Segala perhatian Abi dan Ummi akan tercurah hanya kepadamu. Untuk membahagiakan dirimu. Di saat yang bersamaan, kami lupa dengan kewajiban kami yang lain. Kami lengah dan lupa dengan kewajiban sebagai seorang hamba. Kami lalai dan tidak acuh dengan kewajiban kami yang juga memiliki kedudukan sebagai seorang anak.
Kehadiranmu bisa juga menghadirkan kesombongan dan takabbur di dalam diri kami. Kami memandang rendah orang-orang di sekitar kami yang belum atau mengalami kesulitan untuk memiliki keturunan. Bisa juga kami berbuat aniaya kepada orang lain dengan sebab kecintaan kami kepada dirimu. Sungguh, kami berlindung kepada Allahu ‘azza wa jalla atas yang demikian itu.
Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [QS. At-Taghabun : 14]
Kami juga berlindung dari musuh-musuh yang menjelma dari dalam dirimu. Abi dan Ummi akan berdoa agar dirimu tidak menjadi musuh yang akan mengganggu dan mencelakai kami di dalam menyusuri titian yang fana ini untuk menuju kehidupan yang berkekalan. Kami berdoa agar dirimu menjadi teman, kawan, dan sahabat yang baik dalam perjalanan ini hingga kita akan dipertemukan kembali di surga.
Nak, jadilah perhiasan bagi kami. Penyegar bagi jiwa-jiwa kami ketika kerontang. Penyejuk bagi hat-hati yang gersang. Penenang ketika samudera di dalam dada-dada kami bergelombang.
Nak, kami berdoa kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala agar dirimu tidak menjadi fitnah dan musuh yang akan menjerumuskan kami. Yang akan menjauhkan kami dari tujuan hidup yang hakiki. Yang menyesatkan kami dari kebenaran. Naudzu billaahi min dzaalik.
Ah, rasanya tidak adil jika kami selalu berdoa untukmu seperti di atas jika tidak kami imbangi dengan sikap dan perbuatan nyata. Ketahuilah, Nak! Saat ini, ketika dirimu belum terlahir dan mungkin ketika dirimu hadir ke dunia ini, kami adalah anak-anak dari kedua orang tua kami. Tak pantas rasanya jika kami memintamu untuk menjadi perhiasan kami, sementara kami belum bisa menjadi perhiasan bagi kedua orang tua kami, nenek dan kakekmu. Tak layak jika kami menuntutmu agara tidak menjadi fitnah dan musuh bagi kami, sementara kami masih saja menyusahkan dan mempersulit kehidupan ayah dan ibu kami.
Nak. semoga kehadiranmu memberikan kebaikan kepada kami. Pengingat bahwa kami juga adalah seorang anak yang harus berbakti kepada kedua orang tua. Pengingat untuk menjadi perhiasan bagi mereka. Pengingat agar kami tidak menjadi ujian dan musuh yang akan mencelakai mereka. Semoga dengan demikian, kelak dirimu akan menjadi sosok anak yang kami inginkan dan harapkan. Mengabdi sebagai seorang hamba kepada Penciptamu. Berbakti kepada kami sebagai orang tuamu. Menjadi harta dan perhiasan yang kekal untuk kami, bukan menjadi ujian dan musuh yang mengganggu hidup dan kehidupan kami.
Aamiin.
Wallaahul musta’an.
Tulisan Terkait Lainnya :
- Sabiq’s Diary : Ke Taman Safari
- My Dearest Syaikhan : Sudah Besar (2)
- Sabiq’s Diary : Truk Mainan
- Ketika Anak dan Ayah Bercerita Tentang Lebaran yang Seru
- Sabiq’s Diary : Bukan Demam Berdarah
- Sabiq’s Diary : Jalan-jalan ke Seaworld
- Sabiq’s Diary : Aku Sudah Bisa Berjalan
- Sabiq’s Diary : Belajar Berjalan
- Sabiq’s Diary : Minum Susu dan Yoghurt
- Sabiq’s Diary : Corat-coret
Aamiin …
yaa rabbal ‘alaamiin
surah at taghabun ini salah satu surah yang paling susah nempel di kepala
saya malah belum pernah nyoba 😀
ayo dicoba 😀
yang lain aja banyak yang lupa 😦
آمِيّنْ… آمِيّنْ آمِّيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
terima kasih, teh
setuju mas… anak, istri/suami adalah ‘cobaan’ dari Allah.. harus dijaga sebaik2nya biar ga menyilaukan kita 😀
mudah2an kita bisa me-manage. biar semuanya jadi baik dan baik untuk semuanya
Aamiin, semoga anugrah anak semakin menyadarkan berkah sebuah nikmat.
iya mbak. insya Allah
Subhanallah…. baca ini langsung ilang penat parah habis mudik kemaren. *maceeettt* tadinya rada2 nyesel mudik cuma sebentar capeknya nggak ilang2, tapi aku inget2 ibuku seneng banget pas kami datang kemaren… bener, kita juga anak, dan harus juga jd perhiasan orangtua kita ya, mas. Aamiin, aamiin! 🙂
Iya mbak. Semoga kita bisa.
Amin, kadang saya sebagai anak belum mampu membuat mereka bahagia.
Setidaknya, nggak membuat mereka bersedih
aiiih,,,,,,, kang sudah ada dedeknya yah??? waduh waduh,, alhamdulillah secepat itu kalian di percaya Allah untuk momongan,,, haduh kemane aje guee,, 😛
Alhamdulillah, baru hamil tujuh mingguan.
adem banget mampir kesini.. apa kabar dedek?? ga sabar deh lihat wajah imutnya ^ ^ hahahaha….
mohon doanya agar dede sehat selalu, mbak 😀
Aamiin ya Allah.. Sehatkan selalu untuk ibu, dedek bayi di perut, dan juga ayahnya.. 🙂
aamiin. terima kasih, mbak 😀
dua sikap yang dijaga… menjadi anak yang berbakti dan menjadi orangtua yang amanah… dua sisi yang terus ada melekat pada manusia ya mas…
insya Allah begitu 😀