Tema tantangan foto minggu ini adalah “Letters“, alias huruf atau aksara. Untuk bisa berpartisipasi dalam tantang ini, saya harus mendapatkan satu atau beberapa foto yang di dalamnya terdapat huruf atau aksara dari koleksi foto yang saya miliki.
Saya agak kesulitan untuk mendapatkan foto yang berisi murni berupa huruf atau aksara saja. Sebab, dari sekian foto yang mengabadikan susunan huruf atau aksara di dalamnya, ada wajah saya yang muncul di salah satu bagian foto, kadang di depan atau di samping. Ternyata, saya cukup narsis 😀
Akhirnya, setelah mencari di beberapa folder, saya menemukan beberapa foto yang hanya berupa susunan huruf atau aksara saja. Namun demikian, meskipun tanpa adanya kehadiran wajah saya di foto-foto tersebut, kadar kenarsisan diri ini tetap ada. Berikut penampakkan dan sedikit cerita di balik foto tersebut.


Tulisan “Jejak-jejak yang Terserak” pada kedua foto tersebut saya tulis di atas pasir pantai ketika saya mengunjungi Pantai Lampuuk, Banda Aceh. Jika ingin melihat keindahan Pantai Lampuuk dan beberapa objek wisata lainnya di Banda Aceh, silahkan lihat catatan perjalan saya di sini.
Niat saya ketika menuliskan kalimat tersebut adalah untuk mencari foto yang akan saya jadikan sebagai cover untuk buku “Jejak-jejak yang Terserak” Jilid II. Nantinya, foto yang dihasilkan akan saya edit sehingga menjadi lebih bagus. Sayangnya, tulisan saya di atas pasir tersebut kurang bagus dan sepertinya tidak layak juga untuk dijadikan sebagai cover buku.
Unsur kenarsisan pada kedua foto di atas adalah susunan aksara yang membentuk kalimat “Jejak-jejak yang Terserak“, sebab kalimat itu adalah judul buku saya yang juga saya jadikan sebagai judul blog ini.
Foto selanjutnya di bawah ini juga tak kalah unsur narsisnya. Memang tak ada penampakan wajah saya, tetapi susunan huruf atau aksara di foto berikut ini adalah nama saya yang ditulis dengan huruf hijaiyah.

Gantungan kunci tersebut merupakan hadiah dari tante saya yang pulang dari ibadah haji beberapa tahun yang lalu. Selama beberapa tahun itu pula, gantungan kunci itu menemani kunci si Thunder. Akhir tahun kemarin, si Thunder berpindah tangan kepemilikan. Sayangnya saya lupa untuk melepas gantungan kunci tersebut hingga akhirnya ikut terbawa oleh pemilik yang baru.
Mungkin foto terakhir ini yang tidak ada unsur kenarsisan saya. Tak ada wajah saya. Tak ada nama blog saya. Tak ada nama saya. Foto di bawah ini adalah foto Monumen Tsunami PLTD Apung I di Banda Aceh yang menggambarkan betapa dahsyatnya Tsunami yang terjadi di Aceh pada 26 Desember 2004 silam yang mampu menyeret sebuah kapal yang berbobot 2.600 ton sejauh 5 kilo meter di darat. Seperti apa besarnya kapal PLTD Apung I itu? Silahkan cek di coretan saya yang berjudul “Banda Aceh : Sejarah yang Gagah Perkasa, Alam yang Indah Memesona, dan Kuliner yang Menggugah Selera“.

Lihat Juga Weekly Photo Challenge Lainnya :
Foto yang latarnya hitam itu lumayan
Yang lain nggak yah? 😀
Latar hitam itu adalah layar komputer yang di matiin
tadinya mau nanya layar hitam itu,
fotonya keren 🙂
ada du foto yang saya ambil dengan teknik itu, kunci di atas sama bunga kertas yang jadi ilustrasi di cerita
https://jampang.wordpress.com/2013/09/16/maaf-dalam-sekuntum-bunga-kertas/:
ahh… udah lama g nulis di pair.. 😀
Saya baru sekali itu nulis di pasir 😀
masa?? ahh bohong.. 😛
Beneran 😀
percaya deh.. 😛
😀
motretnya pakai kamera atau ponsel kamera nih ? 🙂
Pake ponsel kamera, pak. Cuma selanjutnya diedit pake aplikasi seadanya 😀
hasilnya lumayan bagus 🙂
terima kasih, pak 😀