Saat ini, ruang kerja saya berada di lantai lima. Sebelumnya, ruang kerja saya pernah berada di lantai empat selama beberapa tahun. Saat itu, saya pernah menggunakan tangga ketika naik. Saya sempat menghitung jumlah anak tangga yang harus saya naiki dari tempat parkir sepeda motor di basement. Jumlahnya kurang lebih 148 anak tangga. Tapi sayangnya, kebiasaan tersebut tidak bertahan lama. Sebab sekarang, saya selalu menggunakan lift untuk naik dan turun.
Lift yang saya gunakan adalah lift yang normal. Bukan lift yang aneh yang pernah saya gunakan di suatu gedung atau hotel lain di Jakarta. Yang saya maksud normal adalah, semua angkanya urut dari satu hingga enam belas. Tidak ada angka yang hilang, baik angka empat atau angka tiga belas.
Sebelumnya saya pernah bercerita tentang beberapa kejadiandi dalam lift kantor. Salah satunya saya beri judul “Senang Melihat Orang Susah dan Jika Ada Yang Mudah, Kenapa Cari Yang Susah?”Β Sekarang saya ceritakan kembali kejadian yang mungkin lucu. Setidaknya lucu bagi saya dan beberapa orang yang berada di dalam lift bersama saya. Sekaligus melanjutkan serial “Rasanya Ada yang Beda“.
Suatu ketika, saya akan melaksanakan shalat di masjid kantor. Entah shalat Zuhur atau Ashar. Saya dan seorang teman menunggu salah satu pintu lift terbuka untuk turun ke lantai dasar. Tak lama kemudian, pintu lift terbuka dan kami pun masuk.
Pintu lift tertutup dan bergeak turun. Pintu lift terbuka di lantai empat. Beberapa orang masuk ke dalam lift dengan tujuan sama, turun ke lantai dasar untuk shalat di masjid. Pintu lift tertutup dan lift bergerak lagi.
Tak lama kemudian, pintu lift terbuka kembali. Lalu beberapa orang masuk kembali. Tapi, rasanya ada yang beda! Ternyata orang-orang yang masuk adalah para pegawai yang berada di lantai tujuh. Ternyata tidak ada satu pun yang di dalam lift tersebut yang menekan tombol angka satu.
Kira-kira, adakah pesan moral dari cerita di atas?
Serial Rasanya Ada yang Beda lainnya :
- [Rasanya Ada yang Beda #16] Jeruk Baby
- [Rasanya Ada yang Beda #15] Berbusa
- [Rasanya Ada Yang Beda #14] Back From Future
- [Rasanya Ada Yang Beda #13] Isi di Luar Amplop
- [Rasanya Ada Yang Beda #12] Sebelum Buya Mendadak Imam
- [Rasanya Ada Yang Beda #11] : Jangan Lupa Pencet Tombolnya!
- [Rasanya Ada Yang Beda #10] : Umur Bulan Februari 2014
- [Rasanya Ada Yang Beda #9] : Belum Nambah Pulsa
- [Rasanya Ada Yang Beda #8] : Belum Terlalu Buncit
- [Rasanya Ada Yang Beda #7] : Bukan Coklat
ada … klo pas masuk lift lihat tombolnya dulu … hehehe π
kalau dilihat doank, lift bingung mau naik atau turun π
Kenapa bisa begitu ya?
yang lantai 4 pencet tombol lift di luar. tapi begitu di dalam, nggak ada yang mencet tombol lantai 1, sementara rekan di lantai tujuh sudah mencet duluan. kira-kira begitu, pak
aku banget itu…
sering banget salah lantai π
π
ternyataaaa…..
Khan udah nyala angka 1 nya bukan..?? Kalau sudah nyala mah ngga usah dipijit lagi bukan..??
belum nyala, teh. lift hanya terbuka pas saya pencet. saya masuk. pintu tertutup dan saya nggak sempat mencet. dan angka satunya belum nyala π
Wakakaaa… kayaknya ada sesuatu yang harus ditukar mas, dulu dibuat jalan kaki agar mas selalu sehat badannya, sekarang sering naik lift ada olah raga yang hilang mas
π
oalahraga naik tangga seh masih. cuma nggak sebanyak dulu, dari basement ke lobby tetep naik tangga dan jalan kaki
*ngeles*
Komen saya ketangkep aki-aki π¦
π
udah dilepasin
Mungkin harus inisiatif, jangan cuma nunggu karena ngerasa orang lain pasti udah mencet.
iya. harus tetep cek dan recek π
Aku ra paham :p
itu pengalaman masuk lift tapi nggak mencet tombol lantai tujuan, jadinya nyasar ke lantai lain.
paham? π
Aku ra minat :p
rapopo