
Di dalam kehidupan setiap orang, akan muncul sebuah kejadian atau peristiwa yang dialaminya untuk kali pertama. Hari pertama masuk sekolah, mendapatkan gaji pertama, cinta pertama, malam pertama, dan sebagainya. Hal tersebut pun berlaku dalam hal kepemilikan barang dan benda. Seseorang akan memiliki sebuah benda, apa pun itu, untuk kali pertama.
Suatu peristiwa yang dialami pertama kali oleh seseorang biasanya akan memberikan kesan mendalam baginya. Kenangan peristiwa tersebut akan tetap tersimpan di dalam memori ingatannya. Bahkan adakalanya seseorang akan mengalami kesulitan untuk move on karena terus terbayang-bayang dengan peristiwa yang pertama kali dialaminya. Cinta pertama, misalnya.
Bayangan tentang peristiwa pertama itu akan kembali muncul ke permukaan ketika ada sesuatu yang menjadi pemicu. Seperti apa yang akan saya ceritakan di dalam coretan ini. Bayangan peristiwa dan kejadian yang pernah saya alami bersama hanphone pertama yang saya miliki yang kembali muncul karena dipicu oleh sebuah Giveaway cerita tentang handphone pertama.
Handphone pertama yang saya miliki adalah Nokia 2100 dan menjadi handphone yang paling lama berada di tangan saya dibandingkan handpho-handphone penggantinya. Berikut adalah kisah dan riwayatnya.
Ketika saya mulai bekerja, sekitar tahun 2001, ibu dan tante saya pernah memaksa saya untuk membeli handphone agar mudah dihubungi kapan saja. Tetapi saya menolak dengan alasan bahwa saya belum butuh, meskipun semua teman saya di tempat kerja sudah memiliki handphone. Saya merasa bukan orang penting dan tidak suka keluyuran di jalan. Jika ingin mengetahui di mana keberadaan saya, maka lokasinya cuma tiga tempat, yaitu kantor, rumah, dan perjalanan di antara keduanya. Kantor dan rumah sudah memiliki telepon, sehingga jika saya berada di salah satu tempat tersebut, saya dapat dihubungi. Jika tidak ada di keduanya, berarti saya sedang dalam perjalanan berangkat ke kantor atau pulang ke rumah.
Sekitar bulan Ramadhan tahun 2003, salah seorang paman saya menghadiahkan sebuah handphone. Nokia 2100. Handphone yang mendapat julukan handphone sejuta umat karena banyaknya orang yang memiliki handphone tersebut di saat itu. Tak masalah. Hadiah itu merupakan rezeki bagi saya. Pantang untuk menolak rezeki. Maka di hari itu, saya resmi memiliki sebuah handphone untuk pertama kali.
Handphone yang sudah di tangan dan sudah memiliki nomor tanpa pulsa tersebut langsung saya isikan pulsa senilai Rp. 75.000. Selanjutnya, saya mulai menghubungi beberapa nomor teman yang sudah pernah saya catat sebelumnya di selembar kertas dan saya simpan dalam dompet. Saya hubungi mereka dengan mengirim SMS maupun menelpon langsung. Mungkin karena begitu bersemangat, pulsa sebanyak itu langsung ludes. Penyebab utamanya adalah karena nomor-nomor yang saya hubungi berbeda operator 😀
Saya mencoba kembali menelusuri coretan-coretan di blog ini yang berisi cerita tentang handphone pertama yang saya miliki itu. Alhasil, saya menemukan beberapa catatan tentang peristiwa yang dialami oleh si Nokia 2100.
..:: Coretan 5 Oktober 2006 ::..
Saya pernah menjatuhkan handphone tersebut. Beberapa kali. Tidak ada yang rusak. Hanya saja, fitur getarnya tidak berfungsi lagi. Akibatnya, jika di silence, maka saya tidak akan mengetahui jika ada yang menghubungi.
..:: Coretan 15 Desember 2006 ::..
Di suatu pagi, di hari Rabu, ketika saya selesai mandi dan bersiap-siap untuk berangkat ke kantor, saya menyadari bahwa dompet dan handphone saya tidak berada pada tempat biasanya. Ternyata, di malam harinya, saya lupa mengeluarkan kedua benda tersebut dari saku celana. Pagi itu, celana tersebut dan pakaian kotor lainnya sudah masuk ke dalam mesin cuci. Keduanya sudah basah terendam air. Isi dompet masih kering karena terlindung, sementara handphone saya sudah terendam air. Ketika diangkat, handphone sudah mati.
Setelah dikeringkan, saya coba mengaktifkannya di sore hari sepulang kerja. Layarnya hidup. Tapi hanya bisa melihat menu, tak ada sinyal. Tak bisa menerima atau pun menelpon. Tamat sudah riwayat handphone saya. Begitu pikir saya.
Selama dua hari handphone saya tidak menyala. Saya sempat berpikir, mungkin sudah waktunya handphone tersebut diganti dengan yang baru
Namun di hari ketiga, ketika saya coba mengaktifkan kembali, ternyata handphone tersebut bisa berfungsi kembali. Ia bangkit dari mati surinya. Alhamdulillah.
..:: Coretan 26 Januari 2007 ::..
Bersama Nokia 2100, saya pernah kehujanan bersama-sama. Suatu sore, selepas sholat Maghrib, saya segera melanjutkan perjalanan pulang dari kantor. Hujan gerimis yang sejak tadi membasahi bumi sudah reda. Karenanya, saya putuskan untuk tidak mengenakan jas hujan.
Tiba-tiba, di dalam perjalanan, hujan turun lagi. Saya tetap melaju di atas sepeda motor. Tanpa jas hujan, sudah dapat dipastikan pakain saya basah semua. Air hujan menembus jaket hingga sampai ke kulit.
Tiba di rumah, saya keluarkan barang-barang yang ada di dalam saku dan tas. Sapu tangan, sarung tangan, dompet, dan yang terparah adalah handphone juga basah.
Karena kebasahan, handphone saya kembali tidak bisa normal beroperasi. Layarnya aktif, tetapi tombol-tombol di baris paling bawah tidak berfungsi. Saya tidak bisa meng-unlock handphone yang dalam kondisi terkunci. Hampir terlintas dipikiran saya bahwa hari itu kali terakhir saya menggunakan handphone yang sudah beberapa tahun menemani saya.
Keesokan paginya, sebelum berangkat, saya menyiapkan kelengkapan ke kantor. Mulai dari sapu tangan, sarung tangan, dompet, tas, dan handphone. Ketika saya menekan bintang untuk mengaktifkan kembali, ternyata handphone saya bisa berfungsi lagi. Alhamdulillah.
Si Nokia 2100 juga pernah tertinggal selepas melaksanakan shalat. Saya baru menyadari bahwa handphone tidak ada di saku celana ketika sudah berada di ruang kerja. Panik. Jatuh di mana? Pikir saya.
Akhirnya saya minta salah seorang kawan saya untuk menelpon ke nomor handphone saya. Ternyata masih aktif. Setelah tersambung, terdengar suara dari seberang sana. Suara itu milik satpam lantai enam dari gedung tempat saya bekerja.
Saya pun segera ke lantai enam, menuju meja satpam. Ketika melihat saya datang, satpam tersebut mengeluakan handphone saya dari dalam laci mejanya. Sesaat kemudian, handphone sudah berpindah kembali ke tangan saya. Alhamdulillah, masih rezeki saya.

..:: Coretan 15 Juli 2007 ::..
Setelah menemani selama kurang lebih empat tahun, di tahun 2007, saya mengganti Nokia 2100 dengan handphone yang lebih keren dan canggih. Bukan karena handphone tersebut rusak, melainkan untuk mengganti dengan handphone yang ‘lebih pantas’ untuk saya miliki. Nokia 2100 saya hibahkan kepada adik saya. Sementara penggantinya adalah Sony Ericsson K750i.
Begitulah kisah dan riwayat handphone pertama saya. Nokia 2100. Bagaimana dengan Anda? Anda punya cerita unik tentang handphone pertama Anda? Silahkan tulis di blog anda untuk mengikuti :
Tulisan Terkait Lainnya :
Hape pertamaku tahun baerapa yaa..lupaa..sebelum kawin itu, thn 1998-an, Ericcson ungu yg ada antenanya…
aku pernah punya juga HP yg kyk mas rifky ini, eeeh jatuh hilang di taxi
teman yang biasanya saya pinjem HPnya buat kirim SMS juga ada antenanya. mereknya siemens kalau nggak salah.
yang hilang itu udah ada gantinya yang lebih keren kan? 😀
Dulu aku juga pencinta siemen.. dari yg ada antena sampe yg gak ada.. teruuuusss si emen, akhirnya beralih ke soner sampai thn 2008, terakhir pake LG kemudian samsung..halah nyebut merk semua hahaha
😀
gratis… gratis…
sekalian aja buat ceritanya, teh. ngeramein GA-nya. siapa tahu beruntung
Lg males mas 🙂
😀
Waduhhh itu HP mandi mulu om, tapi tahan banting banget ya om, nggak rusak2…
itu link aku udah bisa om di mr.linky 😀
gerah terus kali, makanya suka mandi 😀
sipppplah
Pake kipas angin om 😆
Ntar masuk angin 😀
Dulu kurus ya kang..?? *salah fokus* 😀
dulu kang jampang kuruuss,, hahahah *salah fokus juga* 😛
Berarti ada kenaikan yang signifikan setelah menikah itu laki-laki cenderung lebih “berisi” hahaha…
*bukan bahas Hp iniiiiih….!! 😄😄😄
ralat teh,,,, wanita jauh lebih ‘berisi’ setelah menikah,, kadang yang lagi frustasi juga bisa jauh jauh berisi,, haha 😆
Ssssttt…yg itu jangan dipertegas lagi, sowieso itu maaaah hihi
Hayoooo siapa yg pernah frustasi…??? jangan aaah… bawa senang aja 🙂
Iya. Ada juga perempuan yg lebih berisi dibanding saya 😀
Ganti topik sesuai isi postinganan di atas doooonk
Iyaaaaa….
Badanku duluuuuu
Tak beginiiiiii….
Puas… Puas?
😀
iya bang jampang masih kurus yah, malah foto yang sebelah kiri mirip bebi romeo..#eaa..*ikutan nimbrung*
Tadinya mau bilang mirip siapaaa gitu yg nyanyi Bunga Terakhir gitu…
Pernah ngerasa begitu ngga sih Kang..?? Mirip2 bebi gitu..?? 😀
Saya seh nggak merasa, teh. Tapi dulu ada beberapa teman yg bilang begitu ke saya 😀
😀
Masa seh?
Dulu teman saya juga ada yg bilang mirip bebi romeo, mbak 😀
Dulu saya emang kurus, teh. Pas kuliah cuma 45 kg. Setelah bbrp tahun kerja jadi 60 kg. Sekarang 70-an kali 😀
beruntung jga ya, walo sempat mati suri tapi msh bs berfungsi lagi hapenya 😀
Iya mas. HPnya kuat bertahan 😀
hape pertamaku NOKIA 3310 itu juga second belinya, tapi senengnya beli pake uang keringat sendiri hasil nabung berapa bulan :))
Pastinya ada perasaan bangga bisa beli pake uang sendiri ya mbak.
Kebanyakan hp pertama merek-nya Nokia ya. Hape pertama saya juga Nokia, dibelikan sama bapak sbg hadiah masuk SMA. Hihihi
Iya nokia dulu paling top 😀
HP pertama saya juga Nokia tapi lupa serie berapanya … sayang banget sama HP itu sampai2 sudah kyk bungkus gado-gado karena sudah diikat karet … 😀
Karetnya dua, pedes 😀
pake gado-gadonya ngga …. hehehe 😀
Tapi memang ya HP dulu sama HP sekarang beda banget … HP dulu walau sudah jatuh berkali-kali sampe2 mandi berkali2 dalamnya tetap bagus….
Sepertinya bukan hp aja. Barang2 lain juga rada mirip begitu juga
yup … betul banget … di rumah msh ada juga nih barang2 zaman babe bujangan yang masih kokoh n kuat dibandingkan barang-barang yang baru sekarang dibeli …
nah… bener kan 😀
Hp pertama ku motorola yg layarnya masih kayak layar kalkulator
hmm…. saya jarang lihat HP merek itu 🙂
baru nyadar.. untuk hp pertama tuh bisa long-lasting juga sebelum kemudian beranjak dan lebih keseringan gonta ganti… memang awal punya hp walau masih sederhana itu ada sesuatu istimewanya kali ya jadi tahan lama hehehe…
bisa jadi karena pemakaiannya yang apik dan didorong juga oleh kwalitas barang yang bagus
aku lupa hape pertamaku… hahaha..
aku gagal sebagai orang yang menghargai kenangan… 😦
tapi kalo make hape jadul masih keren ya.. om 😀
kalau hape pertamaku dulu siemens mas..lupa deh serinya pokoknya yg warna biru donker dan kuning tu heheh..
sukses ngontesnya mas 🙂
temen sekantor saya dulu siemennya juga warna biru, mbak. sering saya mintain pulsa kalau mau kirim SMS 😀
terima kasih
tes tes. halo.
iya halo… 😀
lha kalau nulis tes komen kok bisa. tadi ga bisa padahal nulis panjang banget haha…
aku dulu juga pakai SE-K. keren banget kameranya ya. sayang rusak juga. terakhir layarnya jadi tampil dobel dan ga bisa dipakai ngapain pun.
iya kameranya paling bagus di kelasnya. rusak juga karena kehujanan mbak
ini nih kerennya hp jadul. udah kerendem juga msih bisa hidup lagi. :))))
Makasih ya mas udah ikutan GA saya :))
sama-sama, mbak
hehehe beda setahu ya, HP pertama saya bertahan selama 3 tahun. Itu pun kalau nggak ke ambil orang mungkin panjang umur dan di museumkan hahaha 🙂
Bisa jadi. HP jadul awet-awet 😀
Hape Jadul emang awet. Bisa gak ngecas berhari-hari *tapi jangan dipake biar tambah awet, hehehe
😀
dijamin awet kalau nggak dipake2, mbak
Hapenya super sekaliiiii 😀
tahan banting… y keren itu pas kena air berkali2 tapi ttp masih bisa idup…
iyah. tapi sekarang udah nggak ada 😀