“Abi, aku punya buku banyak!” ucap Syaikhan sambil membawa beberapa buku yang lumayan tebal ke hadapan saya. Syaikhan lalu membuka halaman salah satu buku, kemudian bertanya, “Yang ini bagaimana, Bi?”
Saya lihat ada banyak gambar dengan aneka warna di halaman yang diperlihatkan Syaikhan kepada saya. Lalu saya menjelaskan apa yang harus dilakukan, “Ini mencocokkan jumlah benda dengan angka di sebelahnya.”
“Syaikhan, ini hari Minggu. Masa belajar terus?” Ingin saya bertanya demikian kepada Syaikhan. Namun urung saya lakukan.
“Syaikhan, main di luar yuk!”
“Main apa, Bi?”
“Main bola atau main apa aja.”
“Ayo, Bi!”
Lalu kami pun main di luar rumah.
*****
Saya lebih senang menemani Syaikhan bermain di luar dibandingkan belajar, sebab saya bertemu Syaikhan hanya di hari libur. Saya merasa kurang bijak jika di hari-hari biasa Syaikhan sudah belajar dengan buku-bukunya di sekolah Taman Kanak-kanak kemudian di hari libur dirinya juga harus bergelut dengan buku pelajaran. Hari libur waktunya bermain. Sebab bermain tak kalah penting dengan belajar bagi anak seusia Syaikhan.
Bagi saya, dengan bermain Syaikhan bisa belajar. Dengan bermain bola, Syaikhan bisa belajar mengenai bentuk bola yang sebenarnya. Tak hanya berupa gambar yang dilihatnya di buku. Syaikhan bisa belajar bagaimana cara menendang bola dengan pelan atau keras dengan kakinya, melempar dan menangkap bola dengan kedua tangannya.
Dengan bermain di luar, Syaikhan bisa belajar tentang cuaca. Dirinya bisa merasakan panas dan hujan. Saya pernah mengajak Syaikhan berjalan-jalan di bawah cuaca yang panas dengan mengenakan topi. Dengan cara itu, secara tidak langsung, Syaikhan bisa mengetahui fungsi dari topi dan payung yang dikenakannya, yaitu untuk melindungi dirinya dari panas matahari. Di lain waktu, kami juga pernah berlari-lari di bawah rintik gerimis agar tubuh kami tak kebasahan karena tak membawa payung.
Zaman ketika saya masih anak-anak jauh berbeda dengan zamannya Syaikhan sekarang. Dahulu, banyak tempat yang bisa dijadikan tempat bermain bagi saya dan teman-teman. Di lahan kosong yang cukup luas, kami jadikan tempat untuk bermain bola atau layang-layang. Di lahan tanah yang tidak begitu luas kami manfaatkan sebagai tempat bermain kelereng. Di tempat yang banyak ditumbuhi pepohonan dan alang-alang, kami jadikan tempat untuk bermain petak umpat. Berbagai pohon baik berbuah atau tidak, kami panjat dan duduk-duduk di salah satu cabangnya. Jalan besar di depan rumah, kami jadikan tempat bermain bentengan dengan menjadikan dua buah tiang listrik sebagai benteng yang harus dipertahankan.
Satu hal lagi yang tak kalah pentingnya saat bermain itu adalah, saya bermain dengan banyak teman sebaya secara aktif. Bergerak.
Sementara saat ini, hampir bisa dikatakan sangat sulit untuk menemukan tempat atau lahan yang bisa dijadikan tempat bermain bagi anak-anak. Ada, tetapi tidak banyak. Permainan yang ada pun sifatnya cenderung indvidualistis. Bermain sendiri dengan berhadapan dengan mesin, benda mati yang yang tak memiliki rasa dan emosi.
Melihat kondisi tersebut, saya menaruh harapan kepada #KidsToday Project, yaitu proyek yang bertujuan untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anak dengan menghadirkan kembali kegiatan bermain dalam keseharian anak. Mungkin dengan menghidupkan kembali aneka permainan tradisional anak-anak tempo dulu.
Tulisan ini diikutsertakan dalam
#KidsToday Project Blog Competition yang disebarluaskan melalui Mommies Daily.
Tulisan Terkait Lainnya :
- Pasbul
- Pertarungan di Arena Karet Gelang
- Masjid Wangi
- Temani, Jangan Biarkan Sendiri!
- Bermain Bersama Syaikhan dan Abi
kasian banget ya kalo ada anak-anak yang suka dilarang main di luar rumah sama ortunya..
iya uni. padahal masa anak-anak emang waktunya bermain. dalam bermain itulah perkembangan anak mulai berproses
Mari bermain anak-anak,
sukses di kompentisinya.
masa kanak-kanan harus lebih banyak bermain, biar pas dewasa sudah merasa puas dan hidup dengan serius 😀
saya adalah kite runner.
dulu…
😀
saya selain main layangan… juga suka ngejar layangan putus
yup, seru sekali.
dulu…
saking serunya… saya sampe ngancurin pot tanaman tetangga 😀
wah, seru ya…main di luar emg jauh lbh menyenangkan anak 🙂 aku jg ikutan, mampir mas
iya mbak. lebih seru 😀
yuk naaak..’melantai’ (baca: ngepel) :))
😀
itu namanya bermain sambil bekerja
Naaahhh, aku pengen tuh, permainan anak2 tempo dulu nge-heitz lagi. Gobak sodor, petak umpet, egrang, congklak, lompat tali, layangan, pokoknya apa aja deh, asal tak ada bau2 TV sama gadget! Anak2 jaman sekarang badannya ringkih, keenakan duduk depan TV atau kompi, jadi kurang gerak. 😦
iya. mainan dulu aktif bergerak dan berkelompok. bermain sekaligus bersosialisasi. beda sama mainan modern
Kadang waktu bermain dengan orangtualah yang paling lekat dalam kenangan masa kanak-kanak Bang. Ohya Bang, kalau lagi ada waktu senggang, enjoy Liebster Award dariku yaa 🙂 Keep blogging ! >> http://ekaazzahra.wordpress.com/2014/05/13/having-fun-with-the-liebster-award/
iya. pengennya seh saya nemenin terus. cuma kan nggak bisa 😀
sudah dilihat, mudah2an bisa ngerjain meski nggak janji
Kangennya permainan zaman dulu …
Permainan yg membuat kita byk gerak, kreatif, mengajari rasa kebersamaan n byk teman … 🙂
Iya. mainan zaman dulu lebih banyak manfaatnya drpd mainan sekarang yg harganya lebih mahal
Bermain adalah kebutuhan dasar anak, hak anak, naluri anak…sudah sepantasnya kita support dan kondisikan lingkungan yg aman.
yup. betul, mbak.
terima kasih sudah berkunjung