
Ada sebuah ungkapan yang menyatakan bahwa bisa jadi rezeki orang mengalir melalui tangan kita. Karenanya Islam menganjurkan umatnya untuk bersedekah dan mewajibkan untuk menunaikan zakat dengan segala persyaratan dan ketentuannya. Sebaliknya, mungkin juga rezeki kita bisa jadi mengalir melalui tangan orang lain. Rezeki itu, dengan segala bentuk dan rupanya, akan sangat berharga ketika datang di waktu yang tepat. Hadir ketika teramat sangat dibutuhkan. Saya punya kisah yang mungkin cocok dengan teman “Rezekiku Rezekimu” dari GA yang saya ikuti kali ini. Sebuah kisah tentang rezeki yang bersumber dari sebuah kenarsisan diri ini.
Suatu ketika, di tempat saya nge-blog dahulu, sebut saja Multiply (nama sebenarnya), diadakan lomba menulis yang bertajuk “Narsisku Bahagiamu”. Tema dari lomba ini adalah untuk berbagi kepada para pedagang kecil atau penjual jasa. Hadiahnya yang berupa uang tunai nantinya akan diberikan kepada para pedagang kecil atau penjual jasa tersebut, sedang pesertanya cukup mendapat hadiah hiburan berupa buku.
Tulisan yang disertakan adalah tulisan yang menceritakan tentang profile pedagang kecil atau penjual jasa disertai tambahan persyaratan yang cukup seru, yaitu harus berfoto sambil bergaya ala pedagang kecil atau penjual jasa yang angkat ceritanya. Makin mirip, makin tinggi poin penilainnya. Begitulah kira-kira kurang lebih peraturannya.
Dalam lomba tersebut, saya mengikutkan tiga buah tulisan. Dua buah tulisan menceritakan tentang dua profil pedagang dan satu buah tulisan menceritakan tentang seorang profil petugas cleaning service. Dari ketiganya, hanya dua yang lolos persyaratan, yaitu tulisan menceritakan tentang dua profil pedagang. Keduanya adalah pedagang nasi uduk dan penjual tabloid dan majalah. Kisah penjual tabloid dan majalah yang kembali saya angkat dalam coretan kali ini.
Mas Gondrong, begitulah teman-teman saya biasa memanggil lelaki penjual majalah dan tabloid yang sering datang ke kantor saya. Nama asli Mas Gondrong adalah Akhmad Suja’i, seperti yang tertera di KTP beliau. Lokasi berjualan lelaki yang sudah berkeluarga dengan satu orang istri dan tiga orang anak ini hanya di dua tempat, yaitu di kantor saya dan perkantoran lain di daerah Kalibata. Jika berjualan di Kalibata, dagangannya dilengkapi dengan koran, sedangkan jika ke kantor tempat saya bekerja hanya membawa majalah dan tabloid.
Mas Gondrong ini agak unik cara berdagangnya. Majalah atau tabloid yang dibeli darinya tak harus dibayar tunai. Pembelinya boleh menunda pembayaran. Pembyaran bisa dilakukan beberapa hari kemudian ketika Mas Gondrong datang kembali ke kantor.
Seperti yang saya sebutkan di atas, tulisan saya tentang profil Mas Gondrong lulus persyaratan dan dinilai oleh panitia penyelanggar. Beberapa waktu kemudian, pengumuman pemenang diumumkan. Dari kedua tulisan saya itu, tidak satu pun yang menjadi pemenang. Mungkin memang belum rezeki kami berdua.
Namun demikian, selain mengumumkan tulisan yang menjadi pememang, para panitia menyampaikan sebuah kabar gembira yang mungkin lebih menggembirakan dibandingkan pengumuman para pemenang lomba. Kabar gembira itu adalah bahwa semua peserta dan orang-orang yang profilnya ditulis untuk lomba mendapatkan hadiah. Hadiahnya juga lumayan. Saya mendapatkan beberapa buah buku sementara Mas Gondrong mendapatkan uang tunai beberapa ratus ribu rupiah.
Alhamdulillah…
Beberapa hari kemudian, panitia mentransfer uang hadiah ke rekening saya. Beberapa hari berikutnya, ketika Mas Gondrong datang kembali ke kantor, saya langsung menyerahkan uang hadiah tersebut.
Ada keraguan terlihat di wajah Mas Gondrong ketika saya menyerahkan uang tersebut. Namun setelah saya yakinkan bahwa itu adalah hadiah dan sudah menjadi haknya, Mas Gondrong menerimanya.
Beberapa saat kemudian, rekan saya yang membeli majalah dari Mas Gondrong memberi kabar bahwa hadiah tersebut adalah rezeki anak Mas Gondrong yang keempat yang masih berada dalam kandungan istrinya.
Rezeki, memang Allah yang sudah mengatur. Dan sudah menjadi kewajiban setiap hamba untuk selalu bersyukur atas apa yang diterima dan dirasakan. Sebab rezeki tak selalu hadir dalam bentuk uang atau materi. Semoga kita bisa menjadi hamba-hamba yang selalu bersyukur. Aamiin.
*****
Tulisan Terkait Lainnya :
- Rezeki : yang Dijamin, yang Digantung, dan yang Dijanjikan
- Kucing dan Rezeki
- Rezeki Seorang Blogger di Bulan Desember
- Bersegeralah, Berlombalah, dan Berjalanlah
- Menulis : Hobi, Terapi, Rezeki, dan Berbagi Inspirasi
- Jangan Remehkan Para Sopir
- Narsisku Rezekimu
- Botol Bekas dan Relativitas
- Manusia Merencanakan Allah Menentukan [2]
- Evolusi Para Penjemput Rezeki
pengen punya semangat nulis kaya gini niihh…. Ga cuma rajin posting tapi juga rajin ikutan GA…
saya ikutan GA karena bisa jadi pendorong buat nyari ide dan bisa nulis, uni.
kadang butuh pemicu 😀
betul itu hehehe.. kayak aku. dan sepertinya lagi arsip bulan mei di blog-ku isinya GA semua huahahaha 🙂
kan siapa tahu bisa menang dan dapat hadiah 😀
oya giliran Jampang en Eneng dong yang bikin GA…. 🙂
pengennya begitu. cuma belum tahu seperti apa formatnya.
hadiahnya udah ada seh… buku indie saya yang pertama. stocknya masih banyak 😀
Iya, Abang ini ada aja idenya buat ikut GA,
sukses dalam menjemputnya rezki GA-nya.
karena ada GA jd nyari ide 😀
terima kasih, uni
postingan yang kayak gini nih yang bikin semangat nulis lagi :)))
kalau gitu, silahkan menulis lagi 😀
ini mirip2 narsisku bahagiamu itu ya, dulu sy juga ikut yg pedagang sekoteng Mas, kalau yg ini sayabingung..mantaaap jg udah menang GA nya ya mas
GA ini temanya rezekiku rezekimu,teh. Jd saya nulis cerita prngalaman waktu ikutan narsisku bahagiamu di multiply dulu
aku pikir itu Eko Trias, mas.. eh, kenal nggak sama pak Trias? 🙂
wah… nggak kenal, mbak 😀
Hai, hai… Lovrinz datang 🙂
Waw … rezeki memang tak pernah nyasar ya. Suka sekali tulisannya. Sangat menginspirasi. Siapa tahu ke depannya Lovrinz juga bisa bikin GA seperti ini. Kereeennn
Makasih ya atas partisipasinya. 🙂
pasti mbak bisa 🙂
terima kash… sama-sama, mbak