
Hari Kamis minggu lalu saya mendapat tugas ke Palembang. Perjalanan dan tugas kali ini agak sedikit berbeda dengan penugasan sebelum-sebelumnya. Jika biasanya saya mendapat tugas ke kota yang cukup jauh sedikitnya selama tiga hari dengan perhitungan satu hari berangkat, satu hari bertugas, dan satu hari pulang, kali ini saya hanya mendapatkan tugas dua hari saja. Satu hari berangkat, satu hari pelaksanaan tugas sekaligus pulang.
Saya berangkat berdua dengan salah seorang rekan kerja. Di bandara kami checkin di waktu yang berbeda sehingga tidak mendapat duduk saling bersebelahan. Di pesawat, dua buah kursi di sebelah kanan saya kosong. Salah satunya kemudian dimanfaatkan oleh salah seorang pramugari untuk duduk ketika pesawat akan terbang dan mendarat. Tadinya saya ingin bertanya kepada mbak pramugari itu kalau seandainya tidak ada kursi kosong, duduknya di mana. Namun saya urung melakukannya 😀
Sekitar pukul setengah empat, kami tiba di Palembang dan langsung menuju hotel. Setelah istirahat sejenak, kami keluar hotel untuk jalan-jalan. Setelah berjalan kaki beberapa menit, kami tiba di International Plaza yang merupakan mall pertama yang ada di kota Palembang. Mall ini berdiri pada tahun 1996. Walaupun tergolong tua, mall ini masih tetap berdiri dan ramai pengunjung. Sebagian pedagang yang ada di mall ini menjual handphone dan aksesorisnya. Setidaknya itulah yang saya lihat.
Sambil menunggu kehadiran seorang kawan lagi, kami menikmati pisang bakar di salah satu sudut International Plaza. Selanjutnya kami bertiga makan malam.
Awalnya saya ingin menikmati pempek langsung di daerah asalnya, namun rekan saya berkeinginan lain. Kami akhirnya memilih menikmati Martabak Har dengan kesepakatan bahwa Martabak Har tidak ada di tempat lain, sementara pempek bisa dinikmati di Jakarta.
Selanjutnya, kami menuju Sungai Musi dan melihat Jembatan Ampera. Ternyata, di pinggir Sungai Musi sangat ramai. Banyak mobil yang parkir di sepanjang jalan di pinggir Sungai Musi. Begitu pula banyak sepeda motor yang parkir di lokasi lain. Banyak juga pedagang yang menjajakan barang dagangan, termasuk beberapa pedagang kerak telor yang merupakan makanan khas daerah Betawi.
Dari sisi Sungai Musi, saya bisa melihat Jembatan Ampera yang terkenal itu. Saya baru mengetahui bahwa Jembatan Ampera memiliki keunikan yang tidak dimiliki oleh jembatan lain yang serupa di mana ketika ada kapal yang akan lewat di bawahnya, bagian jembatan yang berada di antara dua tiang tersebut akan terangkat ke atas. Sayangnya, proses tersebut tidak bisa lagi dilakukan.
Ketika waktu menunjukkan sekitar pukul sepuluh malam, kami meninggalkan Sungai Musi dan kembali ke hotel untuk istirahat.
Keesokan harinya, kami melakukan tugas kami dan selesai sekitar pukul tiga sore. Kami segera menuju bandara karena jadwal pesawat ke Jakarta yang akan kami tumpangi akan berangkat pada pukul enam sore.
Ternyata, pesawat kami terlambat. Hampir dua jam. Sebagai kompensasi, setiap penumpang mendapatkan konsumsi berupa nasi padang. Tak hanya terlambat, saat pesawat mengudara, ternyata AC pesawat tidak berfungsi dengan baik. Otomatis suhu di dalam pesawat menjadi panas dan banyak penumpang yang menggunakan kipas atau benda lain yang dijadikan sebagai kipas.
Namun demikian, Alhamdulillah, pesawat bisa mendarat dengan selamat di Bandara Soekarno-Hatta. Selanjutnya saya langsung naik bis DAMRI ke arah Blok-M yang sedang menunggu penumpang di shelter. Rencananya saya akan turun di Slipi, ternyata saya tertidur. Akhirnya saya turun di Blok M dan melanjutkan dengan taksi menuju rumah.
Meskipun saya tidak bisa menikmati pempek di daerah asalnya, sekali lagi Alhamdulillah karena saya bisa melaksanakan tugas dan selamat ketika berangkat dan kembali.
wah padahal baru kemarin bilang mau makan empek – empek di tempat asalnya, sayang ya mas…
Wah Gimana itu rasanya naik pesawat yang panas pasti ngak nyaman ya mas..
tapi saya masih bisa tidur, mbak 😀
Aku pernah bbrp kali memperhatikan, pramugari/ra ada kursi kursus dekat pintu keluar. Jika tdk dipakai bangku bisa dilipat 😉 . Sayangnya kaca jendela pesawat tidak bisa dibuka ya bang, spy bisa masuk sedikit angin sepoi2 😆 .
ooo…
saya sempat lihat juga salah seorang pramugari duduk dg senderan di pintu darurat kalau nggak salah 😀
kalau dibuka pesawatnya bisa goyang-goyang terus mbak 😀
Jembatannya nge-pink
kata orang setempat, warna sesungguhnya seh ungu
nggak kebayang kalau nggak ada AC di pesawat mas….itu dari berangkat sampe nyampe????
iya mbak 😀
pas udah nyampe ada yang komentar seperti habis naik kopaja 😀
Wahhh tepe2 ma pramugarinya … 😀
Itu jembata ampera pas malam ya? bagus …
nggak jadi koq 😀
iya, pas malam hari
jembatannya cantiiikk kalo malem..
pempek itu salah satu makanan paporitku mas..
apalagi kalau kameranya bagus, lebih cantik lagi 😀
sepertinya dulu pernah lihat foto jembatan kalau lampunya lebih banyak dan lebih terang.
kalau saya, ada ya dimakan… kalau nggak ada ya nggak terlalu dicari 😀
waaah baru mau minta oleh2 mpek2 hehehe..gagal mpek2 palembang ya mpek2 gang kangkung juga enak mas 🙂
gang kangkung kebayoran lama?
Iya Mas, udah pernah nyoba ?
belum. saya baru tahu koq 😀
Pempek di Palembang Foods depan lapangan blok s, Highly Recommended mas…
wah belum pernah ke TKP itu 😀
Jadi teringat Suramadu. Nah loh, nggak ada apa apanya kali Vin 😀
😀
kan sama-sama jembatan. ada juga koq foto suramadu di blog ini *iklan*
Hehe. Banyak kenangan di Suramadu, jadi mudah keinget. Ciyeeh 😀
ciyeeeh…. kenangan indah yah?
bukan kenangan seperti cerita fiksi ini kan?
https://jampang.wordpress.com/2012/06/11/lelaki-dan-suramadu-5859/
Sampun dibaca 🙂
Selalu saja bisa membawa pembaca menikmati ceritanya ^^
Dan syukurlah, kenanganku tak seperti kenangan itu. serta mudah mudahan, jangan seperti itu 🙂
aamiin. semoga kenangan indah saja yang terjadi 😀
Aamiin Ya Rabb 🙂
🙂
kalau saya pernah pesan pempek online langsung dari palembang. bila dirasakan memang jauh beda rasanya dengan buatan bukan dari palembang. btw pempek ini makanan favorit saya, hehe
salam kenal
katanya seh memang ada beda, makan di warung/tempat dengan di bawa pulang atau di rumah.
salam kenal juga