Ada dua buah kata ganti orang pertama yang sering digunakan di dalam setiap coretan blog ini, yaitu “saya” dan “aku”. Bagi yang sering membaca coretan-coretan yang dipublikasikan di sini, pastinya dapat melihat perbedaan penggunaan kedua kata ganti orang pertama tersebut. Biasanya, penggunaan kata ganti “saya” digunakan untuk jenis coretan non fiksi. Sedangkan kata ganti “aku” biasanya terdapat dalam coretan berjenis fiksi.
Khusus untuk coretan kali ini, untuk menyesuaikan dengan tema dari Giveaway yang menjadi alasan penulisan coretan ini serta untuk menghadirkan suasana atau nuansa yang sedikit berbeda, maka kata ganti orang pertama yang akan digunakan adalah “gue”.
—oooOooo—
Sebelum coretan ini, gue pernah mempublikasikan beberapa coretan mengenai pengalaman di seputar Ramadhan. Ada yang mengharukan, menyedihkan, bahkan menyiratkan kelucuan. Di antara coretan tersebut adalah :
- Maksud Hati Ingin Berbuka, Apa Daya Tubuh Terluka
- Yang Berguguran
- Sudahlah Kena Tilang, Pahala Puasa Pun Terbang
Untuk coretan kali ini, gue coba bercerita tentang beberapa kejadian yang harusnya gue syukuri. Sesuai dengan judul di atas, gue akan bagi coretan ini menjadi dua bagian, yaitu Ramadhanan Gue di Dunia Nyata dan Ramadhanan Gue di Dunia Maya
Ramadhanan Gue di Dunia Nyata
Alhamdulillah, gue tinggal di Indonesia. Gue nggak bisa ngebayangin seandainya gue tinggal di negeri lain seperti Inggris, Finlandia, Swedia, Rusia, atau Denmark ketika menjalankan ibadah puasa. Mengapa?
Beberapa waktu yang lalu, gue melihat sekilas sebuah tautan artikel atau gambar yang dishare oleh salah seorang kontak gue di facebook. Artikel atau gambar tersebut menampilkan perbandingan lamanya waktu puasa di beberapa negara di dunia, mulai yang paling pendek hingga yang paling lama. Sayangnya, setelah gue melakukan pencarian di facebook milik kontak yang gue pikir mengupload gambar tersebut, gue nggak menemukan gambarnya. Akhirnya gue melakukan googling dan menemukan gambar yang memberikan informasi yang kurang lebih sama seperti di bawah ini.

Dari gambar di atas terlihat bahwa lamanya waktu berpuasa bagi masyarakat muslim Indonesia yang sekitar tiga belas jam tidaklah selama dibandingkan masyarakat muslim yang tinggal di negara Finlandia, Rusia, dan Denmark. Gue nggak bisa ngebayangin seandainya tinggal di Denmark misalnya, begitu berbuka puasa di waktu maghrib, lalu dua jam kemudian harus sahur dan berpuasa lagi. Betapa beratnya puasa di sana.
Untuk kondisi yang ekstrim seperti di negara-negara tersebut, ada pendapat ulama yang membolehkan masyarakat yang tinggal di sana untuk mengikuti waktu yang berlaku normal. Sayangnya gue kurang tahu bagaimana prakteknya di lapangan. Pernah terlintas sebuah keinginan untuk merasakan langsung bagaimana waktu pelaksanaan shalat dan puasa di salah wilayah dengan kondisi tersebut seperti yang pernah gue ceritakan dalam coretan berjudul “Svalbard dan Aurora” beberapa waktu lalu. Namun saat ini, cukuplah gue bersyukur bahwa lamanya puasa yang gue laksanakan tidak selama di negara-negara tersebut.
Hal lain yang patut gue syukuri adalah kondisi gue saat ini yang tidak lagi menjomblo.
Beberapa hari yang lalu, pembuat komik “Jampang dan Eneng” a.k.a Mas Roel mengirim pesan berupa pertanyaan melalui WhatsApp, “Bulan Ramadhan gak ada gombalan ya?”
Saat itu gue langsung jawab kalau belum ada ide gombalan khusus di Bulan Ramadhan. Barulah keesokan harinya, muncul sebuah ide gombalan seperti berikut :
“Abang ngerasa Ramadhan kali ini beda dengan tahun lalu.”
“Beda gimana, Bang?”
“Sahur lebih semangat. Buka puasa lebih nikmat.”
“Kok bisa gitu, Bang?”
“Sebab Ramadhan kali ini, ada Eneng di sisi Abang.”
Selang beberapa hari kemudian, tayanglah komik Jampang dan Eneng Episode Ramadhan.

Sepertinya, komik di atas adalah salah satu yang “gue banget” dan bisa dibilang based on true story. Sebuah karunia besar yang harus gue syukuri dan gue jaga sebaik-baiknya. Istri gue langsung senyum-senyum pas gue kasih lihat gambar komik tersebut. Uhuyyyy!
Ramadhanan Gue di Dunia Maya
Pada hari pertama puasa, tanggal 29 Juni 2014 kemarin, gue mendapatkan sebuah kejutan begitu membuka dashboard blog di wordpress ini. Pasalnya, tampilan statistik pengunjung meningkat cukup drastis dibandingkan hari-hari sebelumnya. Selama beberapa saat, gue terjebak dalam sebuah euforia. Selanjutnya, gue mengecek apa yang menyebabkan jumlah pengunjung bisa bertambah sedemikian rupa. Ternyata, ada sebuah artikel yang dilihat oleh banyak pengunjung. Judulnya adalah “Puasa Nggak Boleh Pelukan? Ciuman Aja Boleh kok!”

Mungkin karena memang momennya adalah Bulan Ramadhan, bulan puasa, maka banyak pengunjung yang mencari tahu boleh tidaknya berciuman yang dilakukan oleh suami-istri (sebab kalau bukan suami-istri jelas tidak boleh :D) ketika keduanya sedang berpuasa. Di dalam coretan tersebut terdapat beberapa dalil dari hadits yang menjadi dasar boleh tidaknya melakukan hal tersebut.
Gue bersyukur jika memang banyak pengunjung yang datang membaca secara sengaja atau karena tersasar dan kemudian mendapatkan pengetahuan baru khususnya tentang hukum berciuman bagi suami-istri saat berpuasa. Gue bersyukur jika coretan gue di blog ini bisa memberikan manfaat bagi orang lain. Gue juga bersyukur, coretan bertema Ramadhan bisa menambah jumlah pengunjung yang kalau di bulan-bulan lain belum tentu bisa sebanyak ini.
Mungkin sampe sini aja cerita gue tentang Ramadhan kali ini. Semoga aja Ramadhan gue kali ini dan juga Ramadhan kalian semua, bisa lebih baik daripada Ramadhan di tahun-tahun yang lalu. Aamiin.
*****
Coretan ini diikutsertakan dalam :
ikutan aahh…. 🙂
Saya aku dan gue… pengen belajar ber-saya selalu akhirannya jadi aku ato gue, 🙂
Trafiknya melonjak gara2 ciuman ya, hehehe… Itu skala berapa *kepooo
Dulu ngga ngerti trafik2an, tp belakangan suka juga sesekali liat trafik…
Silahkan…. Silahkan…
Sesekali ajalah… Berikutnya bakalan normal lagi
Skalanya…. Ada deeeeh
nyimak aja kang majid 😀 http://cicakkreatip.com/2014/07/06/yamaha-r15-dan-yamaha-r25-motor-sport-racing-dan-kencang-menjadikan-warga-surabaya-sebagai-boneka-mainan-sesaat/
Silahkan….
selama ini selalu pake aku kalo nulis, tapi kalo ngmg langsung biasanya titin 😀
Kalau ngomong langsung saya nggak pernah pake “aku” 😀
Ah ini! Jadi pembully jomblo juga rupanya!
di mana bully-nya?
hhmmm…. lagi sensi kayanya nih 😀
Mau ikutan jugaaaaa, tapi kalo pake gue rasanya kok nggak aku banget ya bang 😦
ya nggak harus pakai “gue” koq. itu cuma saya nyoba aja.
nggak ada ketentuan harus pake kata ganti itu. ikutan aja
oooooh kirain harus bang, canggung kali rasanya jari harus mengetikkan kata g.u.e, jiwa sumatraku memberontak bang 😀
coba aja lihat tulisan peserta lain, sepertinya nggak ada yang pake gue.
kebetulan aja saya betawi… 😀
bacanya jadi aneh kalo bang jampang ngomong “gue” 😛
sukses yah bang GA-nya
😀
aneh ya mbak?
padahal keseharian, saya ngomongnya pake gue elo
jampang harus lu gue bukannya pan?
ya kalau ngomong ama yang sepantaran. kalau ama yang lebih tua pake “aye”
biasanya kalau ngomong sama teman pakai gw*kelamaan dilingkungan Betawi soale,
tetapi kalau nulis, kayaknya masih belajar *sekali2 perlu dicoba.
silahkan dicoba uni 😀
beeeh, kalo puasa 8.5 jam sih kayak ngelewatin sarapan aja ya 😀
😀
ya tapi mungkin cuacanya beda