
Dari tempatku berdiri, aku menangkap perubahan pada Danau Lingskat di hadapanku. Hidungku mencium aroma tak sedap dari air danau. Kedua mataku juga menangkap perubahan permukaan air danau yang semula tenang, tiba-tiba memperlihatkan gelembung-gelembung udara yang pecah di permukaan danau.
Belum sempat aku meneliti lebih jauh tentang apa yang terjadi, telingaku mendengar panggilan dari arah belakang. Kuputar tubuhku seratus delapan puluh derajat, kulihat seorang lelaki berlari ke arahku.
“Ivan, ayo pergi dari sini. Sebentar lagi, tempat ini akan membahayakan dirimu!” tanpa basa-basi, Anderson menarik lengan kananku.
“Maksudmu?”
“Nanti akan kujelaskan.”
Aku tidak bisa menolak ajakan Anderson.
Aku berlari di belakang Anderson menuju mobil, meninggalkan area Danau Lingskat yang beranjak gelap. Baik langit maupun air danau terlihat mulai menghitam pekat. Sesaat setelah kemi berada di dalam mobil, Anderson langsung memacunya dengan kecepatan tinggi.
Aku dan Anderson bersahabat. Kami mulai akrab sejak pertama kali bertemu di kampus yang sama saat kuliah di Paris. Kedatanganku ke Pulau Tromso ini juga untuk memenuhi undangannya beberapa tahun silam namun baru bisa aku penuhi saat ini.
“Masuklah dan tunggu di dalam!” pinta Anderson sesaat setelah membuka pintu bungker di halaman depan rumahnya. “Maaf, aku tak bisa menyambut dan mengajakmu menginap di dalam rumah. Sementara, kita tinggal di dalam sini. Lebih aman.”
Aku terdiam. Aku bingung dan tak bisa mengeluarkan kata-kata karena terlalu banyak pertanyaan di dalam pikiranku tentang Danau Lingskat dan tingkah laku Anderson.
Aku dan Anderson duduk berhadapan di salah satu ruang di dalam bungker.
“Apa kau melihat perubahan di Danau Lingskat?” tanya Anderson membuka pembicaraan.
“Aku merasakannya. Aku mencium aroma tak sedap dan permukaan air danau yang berubah.”
“Semua bermula beberapa bulan yang lalu ketika beberapa penduduk berenang di Danau Lingskat. Tiba-tiba mereka merasakan kesakitan dan berusaha keluar dari danau. Tapi naas, mereka mati mengenaskan. Belakangan di ketahui bahwa penyebabnya karena zat beracun dan radiasi yang terkandung di dalam air danau yang dialirkan oleh salah satu pabrik besar di Tromso.”
Rasa ngeri mulai menjalariku.
“Namun beberapa jam kemudian, mereka hidup kembali. Sebagai zombi. Mereka lalu mengejar dan menginfeksi manusia melalui gigitan mereka di malam hari. Di siang hari mereka akan masuk ke dalam Danau Lingskat. Sepertinya, Danau Lingskat menjadi penyelamat mereka. Fungsinya mirip seperti bungker ini bagi kita.”
“Apa mereka tidak bisa dibasmi?” tanyaku sambil menyeka butiran keringat yang membasahi keningku.
“Ada yang berhasil kami basmi. Namun jumlah mereka juga bertambah seiring adanya warga yang terinfeksi gigitan mereka.”
“Jadi sepanjang malam kita akan di sini?” terbayang di dalam pikiranku tentang kegagalan menyaksikan langsung keindahan aurora di Tromso.
“Di sini lebih aman. Besok pagi baru kita keluar.”
“Jadi besok kamu bisa mengajakku melihat keindahan kota, kan? Bukankah kita akan melihat matahari kembali? Sebab setelah malam kau akan merasakan siang. Karena di balik hitam kau akan menemukan terang. Kita hanya perlu menunggu beberapa jam saja, kan?” ada seberkas harapan yang kutangkap.
“Beberapa jam saja itu jika kamu tinggal di Indonesia, Van.”
“Maksudmu?”
“Saat ini kamu berada di Tromso yang memasuki musim dingin. Malam hari di sini bukan dalam hitungan jam, melainkan hari. Kurang lebih, lima puluh hari.”
*****
Jumlah 500 kata untuk MFF Prompt #58 : Darkness
Catatan :
Beberapa wilayah di Bumi akan mengalami malam yang panjang sekali di musim dingin dan siang yang lama sekali di musim panas. Tromso adalah salah satunya.
Baca Juga Prompt Lainnya :
- [Prompt#135] Pacar Sesaat
- [Prompt#121] Kutu-Kutu Hendak Menjadi Kupu-kupu
- [Prompt#120] Hanya Sejengkal
- [Prompt#119] Perbedaan
- [Prompt#118] Perjumpaan Kembali
- [Prompt#117] Senyum Ibu
- [Prompt#116] Lidah Perempuan
- [Prompt#115] Sayap yang Patah, Hati yang Terbelah, dan Jaring Laba-laba yang Lemah
- [Prompt#114] Ada Apa Dengan Cintana?
- [Prompt#113] Adin dan Sani
Kereeeeen!
terima kasih, mbak 😀
yaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhh…. nunggunya sampai jenggotan dong,,,
ha ha ha ha ha ha…
😀
Kurang lebih dua bulanan. Di wikipedia ada tuh catatan mengenai kota dengan.malam terpanjang
Wahhh. Keren mas. Eh bukannya ada kalimat yang harus dimasukkan juga ya dalam tulisan?
Ada. Udah saya masukin koq. Di kalimat terakhir yg diucapin Ivan
Keren banget…
Terima kasih 😀
Selalu bisa bikin orang geleng geleng kepala.
Endingnya keren bingitz 😀
Terima kasih… 😀
Aku baru tahu ada malam yang panjang jadi penasaran…?
Yang jelas bukan malam minggu, mbak 😀
Coba googling aja, mbak
Hahahha…
Sip makasih infonya..
sama-sama, mbak
Keren ceritanya … 😀
Tapi kasihan juga selama 2 bulan di dalam bunker.
terima kasih.
ya…. udah nasib 😀
Wogh, jadi inget film World War Z 😀
iya. ada zombie di situ. cuma settingnya bukan di kota yang malamnya panjang 😀
Ceritanya menarik, Bang. Inget Resident Evil, zombie di mana-mana, 😀
Beberapa kali baca FF Bang Jampang, selalu nemu nama-nama unik di dalamnya. 🙂
Oh ya Bang, aku penasaran, kenapa zombie-nya gak telap atau pantang banget keluar di siang hari?
Terima kasih,mbak.
Mungkin jenis zombi yg setipe sama vampire yg bakalan kesakitar dan hancur kalau kena sinar matahari
Mantapks ceritanya!
Terima kasih…
Wah jadi inget film vampire, di sebuah kota yang malamnya selama 1 bulan…lupa judulnya apa..
aku suka banget cerita horor kaya gini…
two thumbs up
kalau nggak salah 30 apa gitu
film 30 days of night, kayaknya. 🙂
iya itu 😀
oh ya, dialog ivan dan anderson yang menyelipkan ‘kalimat wajib’ kok terasa kurang pas yah. dalam situasi ‘genting’, selipan kalimat bijak itu jadi terasa sedikit janggal. Sama halnya dengan ujaran anderson bahwa mereka akan keluar ‘besok pagi’ padahal dia tahu yang disebut ‘pagi’ baru akan datang 50 hari lagi. 🙂
dialognya seh emang saya akui kurang pas dan maksa 😀
kalau yang besok pagi, sebab anderson sudah tahu bahwa besok pagi itu adalah 50 hari kemudian
*ngeles*
hehehe, baiklah 🙂
😀
baru tau ada yg ngerasain malem hari selama itu! heheh keyeeen
terima kasih, mbak 😀