Unik Unique

barisan para sandal di halaman masjid
barisan para sandal di halaman masjid

Sal, kamu masih ingat sandalku yang berwarna hitdam dan selalu kupakai ke mana-mana bahkan ke kantor? Beberapa hari yang lalu aku kehilangan sandalku itu selepas melaksanakan shalat zhuhur berjama’ah di masjid kantor.

Sebenarnya kurang tepat juga dikatakan hilang sebenar-benarnya hilang dan aku tidak melihatnya lagi. Mungkin lebih tepatnya tertukar dengan sandal milik orang lain. Mengapa aku bisa bilang begitu, sebab ketika aku kembali ke masjid untuk Shalat Ashar berjama’ah aku melihat sepasang sandal berwarna hitam dengan merek yang sama dengan sandal milikku tergeletak di dekat anak tangga terakhir masjid.

Aku yakin bahwa sandalku pasti tertukar dengan sandal tersebut. Tapi aku tak membawanya sebagai ganti dari sandalku yang hilang. Sandal itu bukan milikku.

Sal, tak hanya diriku seorang yang pernah mengalami kejadian sandal yang tertukar. Beberapa temanku pun pernah mengalaminya.

Aku berpikir, yang menjadi salah satu penyebab mengapa peristiwa tersebut bisa terjadi adalah karena sandal yang aku dan mereka miliki tidak unik. Sandal-sandal yang hilang itu biasanya memiliki bentuk, model, warna, corak, dan ukuran yang mirip. Bahkan terkadang sama persis antar sandal yang satu dengan yang lain. Karena hal itu pula yang mungkin menyebabkan para pemilik sandal yang tertukar tidak menyadari bahwa sandal yang mereka kenakan bukanlah sandal mereka yang sebenarnya.

Sal, kita harus bersyukur bahwa kita tercipta dalam keadaan dan kondisi yang jauh berbeda dengan sandal-sandal tersebut. Jika sandal-sandal itu dibuat tidak dalam kondisi unik, sebagai manusia, Allah Subhanahu Wa Ta’ala menciptakan kita dalam keadaan dan kondisi yang unik satu sama lain. Bahkan di antara manusia kembar paling identik pun akan terlihat adanya perbedaan-perbedaan.

Jika sekian banyak sandal yang diproduksi oleh sebuah perusahaan yang sama, dengan bahan baku yang sama, oleh pegawai atau mesin yang sama, akan memiliki kwalitas yang sama, maka tidak demikian dengan manusia. Setiap anak, meskipun memiliki ayah dan ibu yang sama, dari kandungan yang sama, akan memiliki kwalitas yang berbeda-beda. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Kekurangan dan kelebihan itu adalah wujud kesempurnaan manusia.

Karenanya, Sal, jika kelak Allah mempercayai amanah kepada kita berupa beberpa orang anak, maka tak selayaknya kita membanding-bandingkan mereka satu sama lain. Tak sepatutnya kita menuntut bahwa semuanya harus memiliki kemampuan, kemauan, atau kehendak yang sama. Karena mereka terlahir dalam waktu berbeda. Begitu pula kondisi kita sebagai orang tua berada dalam kondisi yang berbeda-beda ketika mereka terlahir.

Karenanya pula, tak pantas jika diriku sebagai seorang suami, membanding-bandingkan dirimu dalam hal apapun dengan satu atau beberapa orang perempuan lain di luar sana. Tak pantas pula jika dirimu sebagai seorang istri, membanding-bandingkan diriku dalam hal apapun dengan satu atau beberapa orang lelaki lain di luar sana. Kecuali jika hal tersebut dapat membangkitkan rasa syukur di dalam diri kita masing-masing. Karena aku dan dirimu adalah unik. Tak ada orang lain yang bisa menyamainya diri kita secara utuh. Itu hal yang sudah pasti.

Sal, hari ini, ketika aku kembali ke masjid untuk shalat berjama’ah, aku melihat kembali sandalku yang hilang beberapa hari yang lalu. Kondisinya berbeda.Lebih bersih dibanding ketika menjadi milikku. Penampilan sandalku pun sedikit mengalami perubahan. Sepertinya, sang pemilik baru telah membersihkan dan menjaganya dengan lebih baik.

Kuharap, ketika kita sudah saling memiliki, kita bisa saling menjaga satu sama lain. Tentunya, agar kita menjadi orang yang lebih baik daripada sebelumnya. Aamiin.


Baca Juga Tulisan Terkait Lainnya :

10 respons untuk ‘Unik Unique

  1. rianamaku Agustus 8, 2014 / 23:00

    Mas aku baca ada kata Sal maksudnya apa ya…?
    Wah pasti masnya yang salah tuker sadar untung di rawat ya mas pasti orangnya TOP BGT dahhh..

    • jampang Agustus 9, 2014 / 10:37

      Sal itu dari nama Salimah Qalbiyah, mbak. tipe tulisan ini saya masukin kategori samara. cerita fiksi. tokoh aku yang menulis cerita di atas adalah Zulham, suaminya Sali. ini semacam versi lanjutan dari novel saya mbak 😀

      • rianamaku Agustus 9, 2014 / 22:45

        Owalah makanya aku dari tadi kok pas baca ngak mudeng kenapa sal, sal dan sal lagi…

      • jampang Agustus 10, 2014 / 10:40

        😀
        kalau yang ngikuti dari awal cerita perempuan berjilbab kuning di blog ini pasti ngerti

  2. aqied Agustus 9, 2014 / 13:36

    Kadang gak selalu tertukar karna mirip sih. Dulu pas di asrama sering banget pulang lulang dr masjid nyeker atau malah pke sandal yg beda dg yg dipake pas berangkat.
    Soalnya suka lupa berangkat ke masjid pke sandal apa. Begitu pulang baru nyadar “loh, td kayanya bukan pke sandal ini”. Terutama klo pke sandal2 umum.

    • jampang Agustus 9, 2014 / 22:03

      Jadi sebaiknya pilih/beli sandal yang nggak umum atau yg umum dimodifikasi agar tidak lagi seperti yg umum 😀

  3. arip Agustus 10, 2014 / 14:31

    Kalau semua manusia diciptakan sama, apa bedanya dengan sandal-sandal itu?

Tinggalkan Balasan ke arip Batalkan balasan