
Semalam, sebelum tidur, saya menceritakan mimpi saya di malam sebelumnya kepada Minyu. Dalam mimpi tersebut, saya menggendong seorang bayi yang berusia sekitar 4-6 bulan. Selain menggendong, saya juga terlihat mengganti popok bayi tersebut di atas sebuah meja. Sepertinya, tempat kejadian peristiwa tersebut adalah sebuah ruang kerja atau kantor.Dari mimpi tersebut, saya berprasangka baik dengan apa yang akan terjadi di masa depan. Saya optimis, insya Allah, dede bayi yang kini berada di dalam kandungan Minyu akan lahir dalam keadaan selamat, dalam keadaan sehat wal afiyat. Lalu di usia tertentu, saya akan mengajak Minyu dan anak saya tersebut untuk mengunjungi kantor tempat saya bekerja.
Dari soal mimpi yang menjadi bunga tidur saya tersebut, obrolan kami berlanjut kepada rumah idaman. Saya lontarkan sebuah pertanyaan mengenai rumah yang bagaimana dan seperti apa yang menjadi impian Minyu.
Pertanyaan saya dijawab oleh Minyu. Rumah impian Minyu adalah rumah yang memiliki halaman baik di depan dan di belakang. Halaman tersebut ditanami dengan berbagai jenis tanaman bunga yang beraneka warna. Rumah tersebut juga memiliki sebuah garasi sebagai tempat memarkir kendaraan yang kelak akan kami miliki. Mungkin juga bisa dijadikan ruang serba guna untuk pelaksanaan acara keluarga.
Jawaban Minyu tersebut mengingatkan saya dengan sebuah coretan yang pernah saya buat. Coretan fiksi yang mengisahkan tentang sepasang suami-istri yang membahas rumah yang mereka idam-idamkan. Jawaban Minyu mirip dengan jawaban Sali, tokoh sang istri dalam cerita fiksi tersebut. Sementara keinginan saya akan sebuah rumah impian diwakili oleh sosok Zul yang menginginkan halaman ruman ditanami dengan pohon-pohon yang menghasilkan buah.
“Ya, gak apa-apa. Nanti di pojok-pojok halaman ditanami pohon buah,” usul Minyu mengakomodir keinginan kami berdua tentang apa yang akan ditanami di halaman rumah idaman kami tersebut.
“Pohon durian?” tanya saya menggoda.
“Yeeee… Kebesaran!” jawab Minyu sambil mencubit pipi saya.
“Tapi rumah yang model itu harganya mahal!” ucap saya selanjutnya.
Saat mengucapkan kalimat tersebut, terlintas dalam ingatan saya bayangan sebuah rumah yang berlokasi dekat rumah Nenek Minyu. Modelnya memanjang dengan dua lantai. Dindinngnya bercat putih. Di bagian depan dan belakang terdapat halaman yang bisa diisi dengan tanaman bunga dan buah. Rumah tersebut dipasarkan dengan harga satu setengah milyar.
“Ya, siapa tahu bisa beli. Mimpi yang baik bisa aja terwujud.” Kalimat Minyu terucap dengan nada penuh optimis.
—oOo—
Katanya, mencari rumah dapat diibaratkan dengan mencari jodoh. Ada yang mudah, ada pula yang selalu gagal setelah sekian kali mencoba. Ada yang bisa bertahan lama, ada pula yang hanya berada di tangan dalam hitungan beberapa tahun saja. Saya pernah mengalaminya.
Sekitar tahun 2009, saya pernah memiliki sebuah rumah berukuran kecil yang kemudian direnovasi menjadi dua lantai. Sayangnya, jodoh saya dengan rumah tersebut tidak bertahan lama. Rumah tersebut harus dijual karena desakan keadaan yang saya hadapi.
Beberapa tahun kemudian, saya mencari jodoh. Jodoh berupa sosok perempuan yang mungkin cocok menjadi pasangan hidup dan jodoh berupa rumah yang juga cocok dengan keinginan dan kemapuan saya secara bersamaan.
Saya bertemu dan berkenalan dengan beberapa orang perempuan, namun belum ada yang cocok. Saya juga melihat beberapa rumah di berbagai lokasi, hasilnya juga serupa. Ada rumah yang saya suka tetapi harganya di luar jangkauan. Ada rumah yang harganya bisa saya penuhi dengan bantuan kredit bank, tetapi lokasinya tidak memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh pihak bank.
Bahkan di awal tahun 2013, usaha saya untuk memiliki rumah berujung kerugian materi. Saat itu saya sudah menyepakati sebuah perjanjian dengan developer rumah dan juga pihak bank. Dokumen yang dibutuhkan sudah saya lengkapi semuanya. Setelah pembayaran uang muka yang saat itu bisa dicicil sudah saya lakukan beberapa kali, saya mendapat kabar bahwa dokumen yang sudah saya serahkan ternyata hilang atau dihilangkan oleh pihak developer atau bank.
Jelas saya kecewa. Puncak dari kekecewaan yang saya rasakan adalah, saya membatalkan perjanjian tersebut dan meminta kembali uang muka yang sudah saya bayar. Alhamdulillah, uang muka bisa kembali seluruhnya. Sementara uang tanda jadi tidak bisa dikembalikan.
Di awal tahun 2014, saya sempat membuat resolusi. Ada tiga hal tang ingin saya wujudkan di tahun ini. Menikah, memiliki rumah, dan melanjutkan kuliah.
Alhamdulillah, resolusi pertama bisa saya wujudkan. Saya telah menemukan sosok perempuan yang berjodoh dengan saya, Minyu, di akhir bulan Oktober 2013. Di awal tahun 2014, tepatnya tanggal 4 Januari, kami menikah.
Ada yang bilang, jika orang yang menikah maka hartanya akan bertambah. Mungkin apa yang saya alami selanjutnya adalah salah satu perwujudannya meski belum seratus persen. Tujuh bulan setelah menikah, saya dibukakan jalan untuk memiliki sebuah rumah. Caranya cukup mudah sehingga saya tergoda. Pemilik rumah mengizinkan saya untuk membayar 2/3 harga jual rumah terlebih dahulu. Jumlah tersebut sesuai dengan jumlah uang yang ada di tangan saya. Sisanya bisa saya bayar sekaligus dua atau tiga tahun lagi. Jadi tanpa cicilan bulanan.
Rumah tersebut, memang bukan rumah dengan wujud yang saya dan Minyu impikan, tapi mungkin bisa menjadi sebuah batu loncatan untuk memiliki rumah impian di kemudian hari. Inverstasi dalam bentuk properti adalah yang paling menjanjikan di mana dari tahu ke tahun pasrti akan mengalami kenaikan, baik harga tanah maupun bangunan.
Jika Allah berkehendak, insya Allah, di tahun-tahun berikutnya saya dan Minyu bisa memiliki rumah dengan wujud seperti yang kami impikan. Rumah yang memiliki halaman depan dan belakang yang ditanami dengan aneka tanaman, juga garasi sebagai tempat kendaraan milik kami nanti.
Yang perlu kami lakukan adalah terus berusaha dan berdoa untuk mewujudkan rumah impian. Sebab langkah pertama untuk mewujudkan sebuah mimpi adalah “bangun”.
Demikian cerita mimpi saya dan Minyu.
Tulisan terkait Lainnya :
waah…sy juga lagi nyari rumah sekarang ..
sukses kontesnya
semoga segera ketemu, mbak š
terima kasih
smoga segera bertemu rumah impiaannya. smoga menang kontesnyaa ^^
aamiin… aamiin yaa rabbal ‘alamiin
terima kasih doanya, mbak
Asyiikk aku juga pengen punya rumah yg halamannya luaaasss ^-^
inget rumah nenek waktu saya masih kecil dulu. halamannya luas dan banyak pohon buah-buahan š
Menang kontes dan bertemu rumah impian, semoga.
aamiin.
terima kasih, uni.
Benar sekali, Sob, yang penting langkah pertama itu telah “dibangun”. Semoga terkabul ya… aamiin…
iya, katanya melangkah saja dulu. soalnya kalau nggak melangkah, nggak akan sampai tujuan š
aamiin. terima kasih doanya
Lagi mimpi juga punya rumah sendiri hehe
bukannya udah punya rumah yang di sekitar pejaten?
Saya juga pengen beli rumah. Rada nyesal nggak dari dulu2 kepikirannya
saya kebanyakan mikir dan maunya. maunya rumah yang deket sama orang tua, deket sama kantor… cuma harganya pasti tinggi dan tiap tahun pasti naik. kalau mau yang agak jauhan seh mungkin lebih cepat terealisasinya
kalau saya dulu pengennya beli sama suami š
š
ya udah… tunggu aja, siapa tahu suami datang sekalian sama sertifikat rumah
kayaknya mau beli sekarang aja. buat aset pribadi š
wah…. mantap itu. lanjutkan š
rumah dengan halaman yang berbunga-bunga. asli bikin betah… š
nah seperti itu yang Minyu inginkan š
Minyu udah pesan minta dibeliin wadah pot yang bertingkat-tingkat buat ditero di teras rumah yang kecil
Alhmdlh.. udah punya rumah walo kecil..
Sukses lombanya !
terima kasih, mas
Sama bang, aku juga pengen rumah yag halamannya luas, ada pohon jambu dan mangga. Biar gampang klo pengen ngerujak, hehhe. Tapi mesti cari suami dulu baru bisa mweujudkan mimpi, uhhuuhuuu…
kalau uang ada, ya nggak harus nunggu suami dulu kan? š
hadeeeeeehhh, itu dia masalahnya bang. makanya menunggu nikah dulu biar rezeki dimudahkan Allah, gituu…
semoga segera dipertemukan dengan lelaki idaman ya mbal š
semoga Allah memudahkan. aamiin
samaan ini mimpinya pengen punya rumah yg halamannya luas, semoga terwujud yaa, dan mennag kontesnya
aamiin. terima kasih, mbak
Pengen punya rumah yang di luar Jakarta minimal bogor … harga msh murah n lumayan juga buat invest n pulang2an klo mulai suntuk … š
ya. itu solusi juga buat cepet punya rumah
kalau rumah Alhamdulilah sudah ada cuma mau renofasi aja kok duitnya ngak pernah ngumpulll….
yang penting ada dulu, mbak š
iya bisa buat neduh kalau hujan dan panas ya mas..
iya mbak š
Home is more than a fancy building. Home is where your heart is.
tapi kan, yang namanya hati, ada di dalam tubuh yang perlu perlindungan dari panas dan hujan, mas š
yang terpenting memang adanya hati yang lapang, biar rumah bisa terasa lapang juga. kalau hati sempit, rumah luas juga terasa sempit.
Bang, rumah saya alhamdulillah ada halaman depan dan belakang tapi di kampung, gak komplek, di Depok..
Sempat galau pernah kepikiran utk dijual bhkn sudah ada pembeli yang melihat, tapi akhirnya batal dijual *galau banget*.
Orang Jawa bilang ’eman-eman’. Itung2 bwt aset.
wah, enak tuh. tinggal rajin aja ngerawatnya biar rumah tambah adem dan nyaman
Wah, makin semangat dalam mengejar rumah impian š hehe
semoga bisa tergapai impiannya, mas
Wah resolusinya terkabul 2/3, sesuatu banget perlu disyukuri.
Semoga menang kontes dan segera punya rumah impian, aamiin.
aamiin. terima kasih, mas