
Sal, seandainya dirimu bertanya kepadaku, apakah aku menyukai rambutmu dalam keadaan panjang atau dipotong pendek, maka aku akan menjawab bahwa aku menyukai rambutmu yang panjang. Tapi tidak juga terlalu panjang. Yup, aku suka rambutmu yang panjang, tapi tidak terlalu panjang.
Lalu jika dirimu bertanya lagi tentang alasan mengapa aku menyukai rambutmu yang panjang, maka aku akan jawab, sebab ketika aku mengucapakan kata “sayaaaaaang”, aku bisa membelai rambutmu dari pangkal hingga ujung rambutmu. Sementara jika rambutmu pendek, tanganku sudah sampai ke ujung ramnutmu, sementara mulutku baru berucap “Say”. Lalu aku akan tertawa.
Tapi aku tidak akan memaksakan kehendak bahwa rambutmu harus panjang. Aku juga tidak akan melarang jika kau menghendaki rambutmu dipotong pendek. Rambutmu panjang atau pendek, kau tetap terlihat cantik di mataku.
Rambutmu adalah milikmu, Sal. Kau yang mengetahui kondisi yang akan memberikan kenyamanan lebih dengan rambutmu. Apakah panjang atau pendek. Seperti semalam ketika dirimu mengabarkan akan ke salon di pekan ini untuk memotong rambutmu, lalu kau bertanya kepadaku sependek apa baiknya rambutmu itu dipotong.
“Sebahu? Seleher?” tanyamu.
Aku tak memberikan jawaban pasti. Aku menyerahkan keputusannya kepadamu. Sebab dirimu yang lebih mengetahui mana yang terbaik.
“Kalau Lia rambutnya segini!” ucapmu kemudian sambil meletakkan kedua tanganmu di leher sebagai isyarat ukuran panjang salah seorang temanmu.
“Hei! Hentikan, Sal!” kupotong kalimatmu.
Maafakan aku jika saat itu kalimatku terdengar sedikit keras dan mungkin mengejutkanmu.
“Kita sedang membahas rambutmu, bukan rambut temanmu, Sal,” kulanjutkan kalimatku. “Sebaiknya, kamu tidak menggambarkan ciri-ciri fisik teman perempuanmu di hadapanku. Nanti bagaimana jika aku membayangkan teman perempuanmu itu?”
“Oh iya, maaf!” jawabmu.
Sal, aku pernah mendengar sebuah hadits yang berbunyi sebagai berikut. “Janganlah seorang istri menceritakan seorang perempuan lain lalu menyifati (kecantikan) wanita itu kepada suaminya seakan-akan ia (suami) melihatnya.” (HR. Bukhari 5240, dari hadits Abdullah bin Mas’ud).
Sal, ini tentang pikiranku. Pikiran seorang lelaki. Pikiran seorang lelaki mudah sekali terbang untuk membayangkan sosok perempuan. Jangankan ketika mendengar gambaran ciri fisik, ketika mendengar nama seorang perempuan pun, pikiran lelaki bisa terpancing untuk membayangkan bagaimana ciri fisik perempuan tersebut.
Sebab itulah, Sal, Allah Subhanahu Wa Ta’ala tidak menyebutkan nama perempuan di dalam Al-quran dengan sebutan nama langsung kecuali untuk Maryam. Biasanya Allah hanya menyebut istri Abu Lahab, istri Firaun, dan sebagainya. Hal ini menurut para ahli tafsir bertujuan untuk melindungi pikiran kaum lelaki. Karena bisanya ketika mendengar nama seorang perempuan, pikiran mereka langsung berkelana dan bisa saja terlintas, ‘kalau namanya saja sudah bagus, pastilah cantik orangnya’. Seperti itulah ucapan seorang ustadz yang pernah kudengar dalam sebuah ceramah di masjid kantor.
Dan hadits yang kusebutkan di atas kiranya cukup menjadi penguat dari ucapan ustadz tersebut. Karenanya, Sal, cukuplah kita membahas tentang rambutmu saja. Tak usah melebar kepada rambut milik perempuan lain.
“Sini! Sini!” kau meminta aku mendekatkan wajahku. Aku langsung berpikir, mungkin sebentar lagi aku akan mendapatkan kecupan saya darimu sebagai hadiah dari sikap dan nasihatku.
“Nanti begini kalau bayangin perempuan lain!” ucapmu gemes sambil mencubit pipiku.
Cerita Samara Lainnya :
Wah kebalikan sama suami aku suka rambut aku pendek dan aku suka rambut yang panjang..
Ohh jadi kita jangan membadingkan diri kita dengan wanita lain di depan suami kita ya mas, kalau aku sering membandingkan suami sama pemain bola yang keren hahhaha dan malah jadi obrolan candaan…
seperti hikmah tidak disebutkan nama perempuan di dalam al-quran dan hadits di atas, sebaiknya begitu mbak.
suaminya suka nggak dibanding2kan?
mungkin mbak sama suami tipenya yg suka bercanda soal pemain bola kali, makanya asyik-asyik aja 😀
Iya mas tipe kita memang suka bercanda , suami mah biasa aja tu hahahha lempeng juga.
kadang yang lempeng itu menghanyutkan 😀
Wah jadi mikir ne…
Hahhahaha
😀
just kidding, mbak
iyah, td baca tulisan yg ngebahas anting.
gaksuka bgt kalo ada yg ngebahas apa yg harusnya taknampak, meski mungkin buat sebagian org biasa saja.
termasuk akhwat yg memposting foto masa kecilnya, waktu SD misalnya yg tentu blm pake jilbab.
sebaiknya yang upload foto itu dihindari.
😀
soal anting, dulu saya bikin cerita tentang anting dan diprotes. katanya nggak baik.
mksud titin juga habis baca tulisan mas rifky 😀
iyah, suka ngingetin ke yg kenal baik kalo ada yg aplot foto masa kecilnya.
oooohhh 😀
bagus itu. emang kalau perempuan mengingatkan perempuan lain lebih enak dan lebih baik daripada kaum lelaki yang mengingatkan
hal sepele yg sering dilupakan wanita/istri…asyik ngobrol sampe lupa batasan mana yg boleh dan tidak untuk dibicarakan di depan suami..
jadi inget kapan hari abis negur tmn kntr, gara2 upload foto teman yg lagi ga pake jilbab di group…padahal di group juga ada teman laki2… 😦
terimakasih sudah mengingatkan… 🙂
sama-sama, mbak.
semoga bermanfaat
Membanding2kan nnti biasanya akan mengarah kpd siapa yg ‘lebih’ dan siapa yg ‘kurang’ 😀
biasanya seperti itu mas. jangka panjang efeknya akan ke arah sana 😀
brarti ngomong sayangnya panjang sampe 6 harakat dong yaa… 🙂
iyah. kaya baca mad aridh lissukun 😀
Naahh… kalau udah gitu nyerah deehh… 😛
siapa yang nyerang? koq nyerah? 😀
Terkadang ane juga sampe lupa bang, membandingkan si bunda sama Rinjani, eh ujung-ujungnya malah jadi bahan olok-olokan 😀
Terima kasih udah diingetin…
😀
asal jangan marah-marah aje ye, bang
Yah… Baru kemaren ngupload foto khayla belum pake jilbab… 😀
Tapi belum ada rambutnya. He he…
😀
udah dicukur yah?
ya, masih banyak topik yg bisa jadi diskusi membahas rambutnya Sal. Mulai dari potongan spt apa yg cocok dgn raut wajahnya, lebih bagus dibiarkan tergerai atau dikepang dua, gimana spy kelihatan hitam mengilap 🙂
😀
iya pak…. itu topik yang bisa diperluas
beruntungnya si Sal diingatkan dengan baik,
hmm,, ternyata pikiran lelaki benar-benar menembus batas ya. Akan diingat 🙂
sepertinya perempuan juga begitu, uni. hadits di atas mengisyaratkan juga bahwa suami tidak juga berlaku demikian 😀
mending bilang aja dipotong ala KD.. udah ga usah bayangin KD kaya apa kan.. :p
yg nggak boleh itu ngebahas perempuan lainnya, mbak. bukan model potongannya
jadi ingat salah satu ceramah ustad pas ramadhan kemarin, tentang bedanya pikiran laki-laki jika ada perempuan di depannya dengan pikiran perempuan jika ada laki-laki di depannya. kayaknya untuk kasus ini kalimat men all are the same berlaku yak 😀
memang agak berbeda antara laki-laki dan perempuan. tetapi hadits tersebut mungkin bisa juga dijadikan landasan kalau suami tidak boleh juga menceritakan kelebihan teman lelakinya kepada si istri sedemikian rupa 😀
lelaki adalah lelaki. sifatnya sama. tapi kadar dan bagaimana mengaturnya yang mungkin beda-beda satu sama lain
Emang ada gitu laki-laki yang memuji kelebihan laki-laki lainnya? Kok rasanya aneh yak? Hihi
iya juga seh 😀
jadi ya terima aja duku deh bunyi hadits itu
Wah, bagus nih. saya catat ya buat disampaikan sama istri dan adik perempuan saya kelak 😀 Niat balligh ‘anni waau aayah.. 🙂
silahkan… silahkan… jika bermanfaat silakan disampaikan 😀
🙂
😀
aku suka cewek rambut panjang. kayak ran mouri di detective conan. oh, ada hadist nama perempuan itu ya? baru tahu.
yang di atas bukan hadits yang membahas tentang nama perempuan. cuma melarang perempuan menceritakan perempuan lain kepada suaminya
wah iya ya, makasi udah diingatkan 🙂
sama-sama, mbak