
Ketika duduk di bangku sekolah dasar, saya pernah mendapatkan mata pelajaran Hadits. Kitab yang dijadikan pegangan adalah Arba’in An-Nawawi. Kitabnya tipis. Seluruh isinya berbahasa arab. Harganya saat itu hanya beberapa ratus rupiah.Karena berbahasa Arab, maka saya dan teman-teman harus menulis ulang setiap hadits yang akan dibahas oleh Pak Guru di buku tulis. Dalam penulisan ulangnya, jarak antara satu baris dengan baris berikutnya saya pisahkan sebanyak tiga atau empat baris kosong. Jarak kosong tersebut akan saya gunakan untuk menulis arti dari setiap kalimat.
Di pertemuan berikutnya, kami diminat Pak Guru untuk maju ke depan untuk membaca hadits tersebut berikut artinya, tanpa membawa buku catatan. Kami harus sudah bisa menghapal artinya. Bahkan di saat ujian, kami juga dituntut untuk hapal bunyi haditsnya. Sebab soal-soal ujian adakalanya berupa mengisi kalimat hadits yang dipotong, baik di awal, di tengah, maupun di akhir.
Salah satu hadits yang cukup panjang di dalam kitab Arba’in An-Nawawi adalah hadits keempat yang membahas tentang proses penciptaan manusia. Terjemahan hadits tersebut secara lengkap adalah sebagai berikut :
Abu Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas’ud ra. Berkata, Rasulullah bersabda kepada kami, sedang beliau adalah orang yang jujur dan terpercaya :
Sesungguhnya tiap-tiap kalian dikumpulkan ciptannya dalam rahim ibunya selama empat puluh hari berupa nutfah (air mani yang kental), lalu menjadi alaqoh (segumpal darah) selama itu pula, lalu menjadi mudghah (segumpal daging) selama itu pula, kemudian Allah mengutus malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya dan mencatat 4 (empat) perkara yang telah ditentukan, yakni : rezeki, ajal, amal dan sengsara atau bahagianya.
Demi Allah, Dzat yang tiada tuhan selain Dia, sesungguhnya setiap kalian ada yang beramal dengan amalan penghuni surga hingga jarak antara dia dengan surga hanya sehasta (dari siku sampai ke ujung jari) lalu suaratan takdir mendahuluinya sehingga ia beramal dengan amalan neraka maka ia pun masuk neraka. Ada juga di antara kalian yang beramal dengan amalan penghuni neraka hingga jarak antara dia dan neraka hanya sehasta. Lalu suratan takdir mendahuluinya, sehingga ia beramal dengan amalan ahli surga, maka ia pun masuk surga.
(HR. Bukhori dan Muslim)
Bagian terakhir dari hadits tersebut mengingatkan saya tentang kisah seorang tokoh di balik Logo Garuda Pancasila. Tokoh tersebut adalah Sutan Hamid Alqadrie atau Sultan Hamid II.
Beliau dilahirkan pada tanggal 12 Juli 1913. Ayah beliau adalah Sultan Syarif Muhammad Alkadri, Sultan keenam Pontianak. Beliau sangat tertarik dengan dunia militer. Dalam berkarir, menjadi tentara Belanda yang disebut Koninklijk Nederlandsch-Indisch Leger (KNIL) adalah pilihannya.
Dalam kehidupan berumah tangga, Sultan Hamid II menikahi wanita Belanda bernama Marie van Delden yang lebih dikenal sebagai Dina Van Delden, putri Kapten seorang tentara Belanda.
Ketika Jepang datang dan berhasil menghancurkan kekuatan Belanda di Nusantara, Sultan Hamid II yang sempat berperang di Balikpapan dijebloskan Jepang ke penjara dari tahun 1942-1945. Beliau dibebaskan setelah Jepang dikalahkan sekutu.
Singkat cerita, ketika Republik Indonesia Serikat (RIS) terbentuk, Sultan Hamid II diangkat Soekarno untuk menjadi menteri negara. Tugasnya menyediakan gedung dan menciptakan lambang negara.
Sultan Hamid II pun menyerahkan rancangannya yang masih berupa wujud seorang manusia yang berkepala Garuda dan menggenggam perisai Pancasila. Itulah desain awal Pancasila. Soekarno kemudian memberikan beberapa usul, manusia Garuda diubah sepenuhnya menjadi burung garuda. Tapi saat itu burung garuda masih ‘gundul’ dan tidak berjambul.
Karir politik Sultan Hamid II daat dirinya bersekutu dengan Westerling untuk menyerang sidang kabinet di Pejambon. Sultan Hamid II memerintahkan Westerling membunuh menteri pertahanan Sri Sultan Hamengkubuwono IX , Kepala Staf Angkatan Perang Kolonel TB Simatupang dan Sekjen Kementerian Pertahanan Ali Budiarjo.
Percobaan pembunuhan itu gagal. Sultan Hamid II ditangkap, diadili tahun 1953, dan dijatuhi hukuman 10 tahun penjara atas kesalahan menggerakkan pemberontakan.
Demikianlah perjalanan hidup seorang Sultan Hamid II. Karirnya yang bagus di awal namun diakhiri dengan sebuah tindakan yang tidak terpuji. Akibatnya, dirinya dikenal sebagai pemberontak. Jasanya menciptakan burung Garuda seolah dilupakan.
Sebuah gambaran kecil namun nyata dari hadits Rasulullah di atas. Perbuatan di akhir masa kehidupanlah yang menentukan bagaimana kita dikenang orang dan bagaimana nasib kita di akhirat.
Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala selalu memberikan hidayah dan inayah kepada kita semua agar tetap istiqamah di dalam ketaqwaan. Aamiin.
NB : Sejarah Sultan Hamid II disarikan dari “Logo Garuda Pancasila diciptakan eks jenderal tentara Belanda”
Tulisan Terkait Lainnya :
- Menuju Enam Puluh Tahun, Bahkan Lebih
- Sarapan Dengan Tiga Jari
- Baskom, Handuk, Kipas, Dan Cemeti (Jilid 2)
- Jangan Kalian Tepati Janji Itu, Kawan!
- Ketika Anak Onta Mulai Kepanasan
- Apakah Usia Kita Sepanjang Waktu Isya?
- Teguran Itu, Hanya Antara Aku dan Kamu
- Sebongkah Batu, Sebatang Ranting, Semesta, dan Jalan Ke Surga
- Early Dinner, Film, dan Adab Menyembelih Hewan
- Bilakah Pak Haji Boleh Membeli Sebotol Bir?
Semoga berakhir dengan khusnul khotimah
aamiin…
wah baru tahu nih. makasih, mas 🙂
sama-sama, mbak
Semoga kita semua bisa khusnul khotimah… bakal damai negeri ini.
aamiin ya rabbal ‘alamiin
aku malah udah lama pelajaran ngaji waktu SD 😦
pastilah masih ada yang diinget 🙂
harus belajar lg ya
sepertinya begitu. mengulang kembali pelajaran lama
Saya ingat betul SH II ini sering mengikuti beberapa perundingan dengan pihak Belanda dan Jepang, akan tetapi ketika Indonesia merdeka kesalahannya adalah memberontak kepada RIS dan setuju dengan sgresi militer Belanda 1 & 2 (CMIIW) ….
Semoga kita semua bisa khusnul khotimah bang 🙂
saya hanya tahu sebatas yang diatas doank 😀
aamiin. insya Allah
Ternyata logo Garuda Pancasila pun dengan tangan dingin ulama.
coretan di atas cuma mengaitkan sebuah hadits dengan realitas yang ada. entah pas atau nggak 😀
Buta sejarah … 😀
Zaman saya dulu hadis arba’in nya sudah ada artinya. Jadi tinggal nyicil hapalan saja.
wah udah lebih enak yah. berarti hapalan haditsnya bisa lebih banyak
Tapi sayang juga jadi ngga tahu artinya satu2.
tapi adalah yang nyangkut meski nggak banyak
Do’a wajib, semoga mendapatkan akhir yang baik, Aamiin.
iya uni. aamiin yaa rabbal ‘alaminn
Sayang sekali akhir hidupnya menjadi pengkhianat bangsa.
semoga dalam hidup dan kehidupan ini kita juga tidak menjadi pengkhianat apa yang sudah dita ucapkan ketika masih di dalam kandungan
tulisan arabnya cakep euy… #salahfokus
😀
terima kasih… terima kasih
semoga kita tidak termasuk orang yang beramal neraka di akhir itu. amin. semoga salamat sampai akhirat masuk surga. amin.
Kok waktu saya sekolah gak pernah dengar cerita ini.. atau emang saya yg gak merhatiin guru 😀
kalau itu saya kurang tahu sebabnya 😀
Wah baru tahu. Iy seingetku aku nggak pernah dpt pelajaran sejarah ttg pencipta logo garuda pancasila. Pdhl aku suka sejarah. Mungkin saking jasany dilupakan =(.haditsny baru tahu juga bunyi lengkap nya. Hehe.
sama, yang saya dapat di pelajaran saya dulu justru tentang pemberontakannya, bukan pembuat logonya
semoga bermanfaat, mbak