
Aku tak mengerti, mengapa sosok lelaki tua itu yang muncul dalam mimpiku? Tiga kali. Mengapa bukan Reza atau Ferry?
“Ayah serahkan keputusan akhir kepadamu. Bagaimanapun juga, kamu yang kelak menjalankan. Pikirkanlah masak-masak! Ayah akan mendukung apapun keputusanmu.”
Entah kapan aku bisa memberikan jawaban pasti kepada Ayah. Aku belum bisa memutuskan siapa yang kupilih di antara Reza atau Ferry yang lebih tepat untuk menjadi suamiku.
Keduanya adalah teman sekolahku ketika SMA. Namun di antara keduanya, aku lebih dekat dengan Reza. Sebab kami pernah duduk di kelas yang sama.
Reza adalah sosok siswa yang tampan, sedikit nakal, tetapi cerdas. Banyak siswi yang kagum dan jatuh hati kepadanya, termasuk diriku.
Aku lebih beruntung dari mereka. Akulah siswi yang paling dekat dengan Reza meskipun hubungan kami hanya sebatas teman. Pertemanan kami terus berlanjut hingga kuliah. Saat itulah tumbuh benih-benih harapan di dalam taman hatiku bahwa hubungan kami bisa berlanjut ke tingkat yang lebih serius.
“Sebaiknya kita berteman saja dulu, Hen. Kalau kita berjodoh, kelak kita akan bersatu,” ucap Reza suatu hari.
Kami tetap berteman hingga hari ini. Namun harapanku agar suatu hari nanti kami akan berjodoh dan menjadi sepasang suami istri belumlah sirna.
Lalu muncullah Ferry, teman SMA yang tidak terlalu kukenal sebelumnya, beberapa bulan yang lalu. Kami kemudian sering bertemu dan bicara tentang apa saja yang membuat kami lebih mengenal satu sama lain. Hingga suatu hari, dia datang ke rumahku dan menyampaikan keinginannya untuk melamarku.
Sore ini, aku duduk di teras rumah nenek ditemani rintik gerimis yang turun sejak satu jam lalu. Pandangan mataku tak lepas dari jalan di depan rumah yang tak begitu ramai dengan lalu-lalang orang ataupun kendaraan. Kuharap, aku bisa menemukan sosok lelaki tua yang kulihat di dalam mimpiku dan menemukan jawaban atas kebimbangan yang kurasakan.
Mungkinkah itu dia orangnya?
Aku langsung berdiri ketika mataku menangkap sosok lelaki tua menuntun sepeda ontel dengan jerami yang menggunung di atasnya. Ia melangkah menembus gerimis dengan perlindungan caping di kepalanya, kemaja lusuh dengan warna biru yang memudar, celana pendek yang memperlihatkan betis dan lututnya yang kurus, serta sepasang sandal jepit sebagai alas kakinya.
Kuambil payung dan segera melangkah ke luar rumah untuk menghampiri lelaki tua itu, lalu mengajaknya mampir untuk sekedar menikmati teh hangat.
Belum sempat aku membuka pagar, kulihat seorang pemuda bersepeda ontel juga menghampirinya dari arah berlawanan. Lalu keduanya berbicara.
Tiba-tiba, lelaki tua itu melepaskan ikatan jerami hingga semuanya jatuh dari sepedanya ke tepi jalan. Lalu dirinya menaiki sepeda dan mengayuhnya dengan cepat meninggalkan barang bawaannya begitu saja.
“Mas, kakek itu pergi ke mana?” tanyaku kepada pemuda yang bicara kepada lelaki tua tadi.
“Pulang, Mbak. Putrinya melahirkan.”
“Lalu mengapa jeraminya ditinggal?”
“Mbah Surip tidak mau kebahagiaannya tertunda.”
“Maksudnya?”
“Jika jerami ini tetap dibawa, maka Mbah Surip akan butuh waktu lebih lama melihat putri dan cucunya. Menurut Mbah Surip juga, jeraminya juga belum tentu langsung laku jika dijual, sementara kebahagiaan melihat cucu pertamanya lahir sudah di depan mata.”
Jleb!
Terima kasih Mbah Surip. Meskipun kita belum sempat bicara, namun Mbah sudah memberikan pencerahan kepadaku.
Kuambil handphone untuk menghubungi ayah dan memberitahukan jawabanku.
—oOo—
500 Kata Untuk MFF Prompt #64 Lelaki di Tengah Gerimis
Baca Juga Monday Flash Fiction Lainnya :
- [Prompt#135] Pacar Sesaat
- [Prompt#121] Kutu-Kutu Hendak Menjadi Kupu-kupu
- [Prompt#120] Hanya Sejengkal
- [Prompt#119] Perbedaan
- [Prompt#118] Perjumpaan Kembali
- [Prompt#117] Senyum Ibu
- [Prompt#116] Lidah Perempuan
- [Prompt#115] Sayap yang Patah, Hati yang Terbelah, dan Jaring Laba-laba yang Lemah
- [Prompt#114] Ada Apa Dengan Cintana?
- [Prompt#113] Adin dan Sani
Jadi milih Ferry ya, Bang? 😀
iya donk 😀
Lebih baik menerima yg sudah siap daripada menanti yang tak pasti. Begitu kah ?
dalam hidup banyak pilihan…. dan yangg lebih pasti yang lebih layak dipilih
Siip 🙂
😀
Mas, ditunggu e-mailnya lho. *wink-wink*
siap, mbak. sya menang yah 😀
inspiratif ya si lelaki tuanya buat si Hen. 😀
dapat clue dari mbak surip, mas 😀
Aku milih yang pasti pasti aja sama kaya vinda btw sapa ya…?
Kalau aku mi.ih feri aja.
Btw aku baru nemu tipo 1x di tls mas ini, biasanya ngak ada tipo.
yang memberi kepastian seh ferry, mbak.
😀 saya sering typo koq. kalau typo di atas yang celana jadi celanda yah?
sudah saya perbaiki, terima kasih.
kirain dia milih mbah surip hihi 😀
😀
kalau itu nggak usah bingung2, mbak.
Judulnya kok sama dengan yang lalu? Jadi bingung ❓
karena memang syarat prompt kali ini judul tidak boleh diganti. makanya judulnya sama dengan yang kemarin. dan semua yang ikutan juga bikin cerita dengan judul yang sama
Kalau aku mah tetep nunggu dan setia sama status quo *nyobasetia 😀
ya… kesetiaan akan hadir ketika sudah ada ikatan. tanpa ikatan… kesetiian adalah sia-sia
itu menurut saya
akhirnya milih yang pasti-pasti aja ya 🙂
yup. betul, uni
Berkomentar dulu, baru membaca hehe
silahkan 😀
Wiihhh bikin lagi,… kalo wanita mah kebanyakan emang milih yang pasti2 aja 😀
iya, bikin lagi mumpung dapat ide.
tapi semalam pas nonton acaranya mario teguh, lumayan banyak juga yang memilih yg belum pasti 😀
oooo gitu mas *baru ngeh pas baca kedua kali* yang pasti2 aja ya
iya. maksudnya pilih yang pasti-pasti aja 😀
jlebbb 😀
😀
Ouchhh.
Jadi kalau dlm kasus Salma, lebih baik dia pilih Raditya, gitu ya Bang?
Hmm. Somehow, karena follower twitter @nurulrahma lebih banyak yg suka Arya, saya jadi agak terbebani utk bikin ending dgn Raditya, hihihi.
ya sepertinya kalau dibuat salma memilih arya…. dan kemudian di tengah jalan bermasalah… akan lebih seru 😀
untung bukan milih mbah Surip *halah* hihihihi
😀
kalau itu seh nggak usah bimbang untuk nolak
Terlepas ending ceritanya too obvious buat saya. Lebih karena saya ga suka cerita yang udah jelas maksudnya apa. Tapi saya belajar soal ngasih pesan di cerita ^^. Terima kasih
harap dimaklumi, mbak. baru belajar 😀
siapa cepat (melamar) dia dapat! 😀
kira-kira begitu
jadiiii, wasting time jika tetap menunggu seseorang yg gak jelas sikapnya ya kan? #pengalaman
betul sekali, mbak