Pada tulisan yang berjudul “Mengubah Blog Menjadi Buku” , selain memberikan beberapa tips tentang langkah-langkah menerbitkan tulisan-tulisan di blog menjadi sebuah buku, saya juga menyebutkan sekilas tentang jalur penerbitan buku yang pernah saya gunakan, yaitu jalur penerbit major dan jalur penerbit indie atau self publishing. Kali ini saya akan coba mengupas tuntas kelebihan dan kekurangan kedua jalur penerbitan tersebut.
Jalur Penerbit Major
“Jejak-jejak yang Terserak” merupakan naskah pertama yang saya kirim ke penerbit major setelah sebelumnya saya terbitkan secara indie. Alhamdulillah, langung lolos review dan kemudian diterbitkan.
Untuk mengulangi keberhasilan menembus penerbit major, saya lalu mengajukan dua buah naskah baik ke penerbit yang sama maupun ke penerbit yang lain. Ternyata hasilnya berbeda. Naskah tersebut ditolak dengan beberapa alasan seperti kurang memiliki nilai jual yang tinggi, tema yang tidak sesuai dengan yang diinginkan penerbit, dan materi naskah yang bersifat terlalu personal.
Kelebihan :
- Penulis cukup mengirimkan naskah saja. Proses selanjutnya ditindaklnjuti oleh penerbit.
- Penulis tidak mengeluarkan biaya, kecuali untuk ongkos cetak naskah dan pengiriman. Bahkan ada penerbit major yang menerima naskah dalam bentuk softcopy.
- Pemasaran buku setelah dicetak dilakukan penerbit melalui toko buku terkemuka di berbagai kota sehingga mudah dijangkau oleh para pembeli.
- Penulis menerima royalti hasil penjualan buku sesuai dengan kontrak kerja sama.
- Adanya kebanggan karena berhasil menerbitkan buku melalui sebuah penerbit terkemuka.
Kekurangan :
- Proses review untuk menentukan apakah sebuah naskah buku layak untuk diterbitkan atau tidak memerlukan waktu yang lama. Kurang lebih sekitar tiga bulan.
- Naskah yang diajukan penulis pemula kurang mendapat prioritas dibandingkan naskah yang dibuat oleh penulis-penulis yang sudah punya nama dan terkenal.
- Tema yang diangkat oleh penulis dalam bukunya bisa jadi tidak sesuai dengan keinginan penerbit sehingga ditolak.
- Naskah yang lolos belum tentu langsung diterbitkan. Ada kemungkinan penerbit meminta revisi naskah. Jika demikian, proses penerbitan menjadi lebih lama lagi.
Jalur Penerbitan Indie atau Self Publishing
Saya membagi jalu penerbitan ini menjadi dua, sesuai dengan apa yang pernah saya gunakan, yaitu sistem offset dan Print on Demand (POD).
Cetak Offset
Cetak offset artinya mencetak buku secara massal atau sekaligus banyak melalui perusahaan penerbitan dengan biaya sendiri. Biasanya, perusahaan penerbitan yang melayani cetak offset akan membatasi jumlah minimal buku yang akan dicetak, misal 50, 100, 200, atau 500 eksemplar. Sebelum buku “Jejak-jejak yang Terserak” terbit melalui penerbit major, saya menerbitkannya secara indie dengan sistem offset ini.
Kelebihan :
- Naskah buku akan langsung dicetak kapan saja penulis inginkan.
- Buku yang terbit adalah seratus persen dari naskah yang dibuat oleh penulis, sebab dalam hal ini, penulis bertindak sekaligus sebagai penerbit.
- Harga jual ditentukan oleh penulis dengan mempertimbangkan ongkos produksi dan keuntungan yang diinginkan penulis. Dengan cetak offset, ongkos produksi akan semakin murah untuk setiap bukunya jika semakin banyak jumlah buku yang dicetak. Jika mengingikan keuntungan lebih besar, penulis bisa meninggikan harga jual.Penentuan harga jual haruslah bijak. Sebab harga yang terlalu mahal akan mnyurutkan minat para pembeli. sebaliknya, harga yang terlalu rendah juga akan memunculkan kesan murahan pada buku tersebut.
Kekurangan :
- Membutuhkan modal yang besar untuk mencetak buku dalam jumlah banyak.
- Promosi dan penjualan, semuanya menjadi tanggung jawab penulis. Jika penulis memiliki jaringan yang luas, maka akan memberikan peluang buku yang tercetak akan mudah terjual. Sebaliknya, jika penulis tidak memiliki jaringan yang luas, kerugianlah yang akan didapat. Cara lain untuk membantu pemasaran adalah melalui kerja sama dengan toko buku terkemuka. Biasanya toko buku tersebut akan mensyaratkan berapa jumlah minimal buku yang harus disediakan serta adanya potongan harga dari harga jual buku yang mungkin berkisar antara 45% sampai 50%.
Print on Demand (POD)
Dalam sistem Print on Demand (POD) sebuah buku hanya akan dicetak jika ada pemesanan atau permintaan. Pencetakan bisa saja dalam satuan, tidak harus puluhan buku atau ratusan. Intinya, jika ada pesanan, maka buku akan dicetak sejumlah pesanan tersebut.
Sistem Print on demand (POD) ini bisa dijadikan pilihan bagi penulis yang ingin segera memili buku hasil karyanya, sebab biayanya lebih murah dibandingkan dengan cetak secara offset.
Buku “Lelaki dan …”, “Perempuan Berjilbab Kuning”, “Rima Perjalanan Jiwa”, dan “Rima Perjalanan Cinta” adalah buku yang saya terbitkan dengan sistem Print on demand (POD).
Kelebihan :
- Proses pengerjaan relatif cepat ketika ada pemesanan.
- Setiap naskah yang diajukan pasti akan diterima, tidak pernah ditolak, kecuali isinya melanggar aturan yang ditetapkan pihak penerbit.
- Buku yang terbit pasti sesuai dengan isi naskah yang dikirim.
- Jumlah royalti yang akan didapat oleh penulis bisa ditentukan penulis sendiri, penerbit, atau negosiasi keduanya, tergantung kebijakan penerbit indie atau self publishing.
- Pihak penerbit akan membantu promosi buku melalui web penerbit atau akun jejaring sosial milik penerbit.
- Penulis akan terhindar dari kerugian jika bukunya tidak laku seperti yang akan dialami penulis jika memilih sistem cetak offset. Sebab buku dicetak jika ada pemesanan.
Kekurangan :
- Meskipun promosi buku dibantu oleh pihak penerbit melalui webnya, penulis tetap perlu mempromosikan bukunya agar keberadaan bukunya tersebar luas sehingga dapat menggenjot penjualan buku.
- Ada biaya atau tenaga dan waktu yang harus dikeluarkan penulis. Jika ingin menekan biaya pencetakan buku, maka penulis perlu mengeluarkan tenaga dan waktu untuk menyiapkan naskah, mulai dari editing, layout, hingga desain cover. Sebaliknya, jika ingin bersantai-santai dalam proses penerbitan, penulis harus mengeluarkan sejumlah biaya kepada penerbit untuk melakukan proses editing, layout, hingga desain cover.
Setelah mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan masing-masing jalur penerbitan, maka penerbitan buku dengan sistem Print on Demand (POD) bisa menjadi pilihan bagi penulis yang ingin segera memiliki sebuah buku hasil karyanya sendiri. Penulis bisa memilih paket yang disediakan self publishing sesuai dengan kondisi dan kemampuan penulis.
Selamat berkarya!
Tulisan Terkait Lainnya :
- To Be A Smart Writer
- [EF#21 Weekly Challenge] Ragunan Zoo
- [EF#20 Weekly Challenge] Sadness and Books
- [Antologi] Hati Ibu Seluas Samudera : Sebuah Kado Istimewa
- Kupas Tuntas Jalur Penerbitan Buku
- Mengubah Blog Menjadi Buku
- Sekali Menggalau Lima Enam Buku Terealisasi
- World Book Day : Hari Buku Sedunia, Pamer Buku yang Ada
- Menyambung Impian
- [My New Book] Jejak-jejak yang Terserak
terima kasih atas informasinya mas..
semoga bermanfaat, mas
amiin..insyallah..
aamiin 🙂
kirim naskah soft copy apa hard copy kalau ke penerbit major?
yang saya lakukan kirim soft copy
pastinya ya, ada kekurangan dan kelebihan dari masing2 penerbit ini 🙂
iya mbak. betul. tinggal dipilih yang paling sreg aja
Pengen sih nyoba, tapi masih gak pede bang…
Tulisannya masih amburadul
dicoba perbaiki aja, bang. kalau perlu minta temen buat jadi pembaca utama sebelum diajukan
Pengen punya buku sendri, tp masih jauh baru juga belaja nulis hehe.. tanks infonya
belajar kemudian bisa. insya Allah.
sama-sama. semoga bermanfaat
Kalau yg buku dpt komentar dri penulis lain itu caranya atau prosedurny gmn ya mas.
maksudnya endorsement? komentar yang ada di cover buku itu yah?
kalau yang lakukan, saya kasih draft naskah ke pembaca, terus minta komentarnya sebelum diterbitkan. terus dimasukkan ke dalam proposal (kalau major) atau langsung diketik aja di halaman naskah atau ditulis di desain cover (kalau indie)
aaah bukunya mas rifki banyak banget T_T pengen punya buju sendiri jadinya
dicoba aja. sudah punya banyak cerpen, kan?
sedang dikumpulkan mas hehehe doakan saja 😀
semoga berhasil, mas
Ijin simpan materinya ya Bang.. 🙂
silahkan, mas.
kalau tipsnya mengubah blog jadi buku ada di postingan sebelumnya
Boleh di simpan dulu, terpacu ingin punya buku juga 🙂
silahkan, uni. semoga bermanfaat
Butuh format softcopy tertentu gak Mas?
*pdhal belum kepikiran utk nulis buku*
😀
biasanya diberikan file template sama penerbitnya, mbak
Terimakasih infonya sangat menarik Mas Jampang. Oia besok ahad, 26 Oktober 2014.ada acara intip buku dengan tema “Membuat Buku Kreatif dan Inspiratif” acaranya gratis tempat TMII. lebih lengkap silakan lihat disini http://motivatorkreatif.wordpress.com/2014/10/23/tips-menulis-dan-membuat-buku-kreatif-dan-inspiratif/
sama-sama, mas. terima kasih atas kunjungan dan informasinya
semoag menang ya mas, semoag bisa bertambah lagi buku2 terbitnya
aamiin. terima kasih doanya,mbak
Bro kalo yg model royalti sekali cetak biasanya kita ngeluarin modal brapa yah untuk perbuku?
Mohon di jawab ya :v
kalau model indie, jumlahnya ya terganting halaman. cuma yang pernah ane alamin… lima puluh ribuan aja udah bisa satu buku
Makasih ya bang… Smoga tambah sukses
sama-sama 😀
kalau dalam mendapatkan keuntungan hasil penjualan, lebih banyakan dari POD atau penerbit major? dan kalau POD itu butuh biaya cetak perbukunya berapa ya?
dan juga makasih atas informasinya 😉
banyak untungnya ya tergantung dari jumlah buku yang terjual. untuk POD, lima puluh ribu juga sudah bisa jadi buku
kalau dalam mendapatkan keuntungan hasil penjualan, lebih banyakan dari POD atau penerbit major? dan kalau POD itu butuh biaya cetak perbukunya berapa ya?
dan juga makasih atas informasinya 🙂