Usia 75 Tahun Jadi Sopir Agar Tak Pikun

taksi

Ketika saya tiba di pinggir jalan raya untuk mencari taksi, seorang sopir taksi yang sedang memarkirkan taksinya di seberang jalan berteriak untuk menawarkan jasanya. Tanpa pikir panjang dan memang sedang dikejar waktu, akhirnya saya mendekati sopir taksi tersebut dan menyampaikan tempat yang saya tuju. Pamulang.

Saya tidak begitu pandai untuk menebak usia seseorang. Termasuk sopir taksi yang satu ini. Namun jika diperhatikan dari fisik pak sopir, saya pastikan usinya sudah cukup tua. Kepalanya sudah botak. Mungkin sengaja dicukur demikian. Mungkin pula ada sebab lain. Saya tidak tahu. Yang saya tahu, tampilan rambut pak sopir berbeda dengan foto yang ada di kartu tanda pengenal sopir yang saya lihat menempel di dashboard.

Dalam perjalanan, saya dan pak sopir tak banyak bicara. Saya juga bingung mau ngajak bicara tentang apa. Namun demikian, suasana di dalam taksi sudah cukup ramai dengan obrolan penumpang di kursi belakang yang kesemuanya adalah perempuan.

Sepertinya, dengan fisiknya yang sudah tak muda lagi dan juga mungkin faktor kelelahan, kemampuan Pak Sopir tidak maksimal dalam mengendarai taksinya. Saya sempat mendengar Pak Sopir mengucapkan kalimat atau kata “ngantuk”. Akibatnya, terasa sekali laju taksi kurang begitu nyaman.

Hingga kemudian, di suatu titik selepas melewati Pamulang Square, terjadilah sebuah insiden kecil. Pak Sopir berada di belakang mobil yang sebenarnya salah mengambil jalur yang seharusnya untuk pengendara yang berlawanan arah.

Setelah mobil di depan berhasil kembali ke jalur yang seharusnya, Pak Sopir juga bermaksud mengikuti. Sayangnya, kaca spion sebelah kiri taksi menyenggol kaca spion kanan mobil yang berada di sebelah kiri taksi.

Tak mau terima, sopir mobil tersebut membuka kaca jendela dan langsung menggetok kaca jendela taksi tepat di samping saya. Lalu marah-marah. Pak Sopir taksi tidak mau melayani dan mempersilahkan sopir mobil itu jalan duluan.

Entah bagaimana perasaan penumpang perempuan di kursi belakang. Yang jelas, ketika kaca jendela digetok, saya kaget 😀

“Jadi hilang ngantuknya!” ucap Pak Sopir Taksi beberapa waktu kemudian.

“Sopir taksi emang pekerjaan paling hina, Bu!” lanjut Pak Sopir Taksi.

“Asal kita sabar, rezeki pasti ada. Allah yang ngatur,” timpal Nenek Minyu dari kursi belakang.

“Saya udah tua. Kalau saya diam di rumah aja, bisa pikun. Makanya saya jadi sopir.”

“Umur saya sembilan puluh kurang satu.”

“Saya tujuh puluh lima. Sama-sama tua kita ya, Bu?”

Terjadi dialog antara Pak Sopir Taksi dengan Nenek Minyu.

“Sudah punya buyut?”

“Banyak.”

“Kalau saya baru punya cicit.”

Akhirnya, perjalanan dari Kebon Jeruk ke Pamulang pun berakhir di rumah tujuan dengan selamat. Alhamdulillah.

—oOo—

Terkadang, saya berpikir, kenapa orang-orang tua yang saya temui masih saja bekerja sesuai dengan kemampuannya? Ke mana anak cucu mereka? Apakah mereka tidak bisa membantu meringankan beban agar para orang-orang tua itu cukup menikmati masa tuanya dengan tenang?

Saya pernah menemukan jawaban. Sebab tuntutan ekonomi maka mereka masih harus bekerja. Anak dan cucu mereka memiliki nasib yang tak jauh berbeda. Jangankan untuk membantu orang tua mereka, untuk memenuhi kebutuhan keluarga sendiri pun masih tak sanggup.

Namun ada pula para orang tua yang bekerja bukan untuk alasan memenuhi kebutuhan hidup. Namun untuk menjaga kesehatan mereka, baik fisik maupun pikiran. Pak Sopir taksi di atas sebagai contohnya.


Baca Juga Cerita Taksi Lainnya :

34 respons untuk ‘Usia 75 Tahun Jadi Sopir Agar Tak Pikun

  1. danirachmat Oktober 28, 2014 / 08:54

    Mertua saya juga Bang. Lebih dari 71 tahun masih maunya nyetir sendiri. Biar awas pikirannya kata beliau.

    • jampang Oktober 28, 2014 / 17:35

      nah…. hammpir sama dengan pak sopir taksi itu

  2. rianamaku Oktober 28, 2014 / 09:44

    Wah hebat udah tua masih kerja berat walau alasan biar ngak pikun tapi tetap di sayangkan kasian ama badannya oasti sudah ngak fit saat masih muda.

    • jampang Oktober 28, 2014 / 17:36

      iya mbak. mungkin bapak itu bisa milih2 jarak dan jalur yang bisa ditempuh. jangan yang kejauhan

  3. dizaz Oktober 28, 2014 / 09:47

    Nenek saya walau sudah pensiun dan sudah 72 tahun, ngotot mau berkegiatan di kampung lagi, nyari kesibukan.

    • jampang Oktober 28, 2014 / 17:36

      mungkin dengan alasan yang sama

  4. adejhr Oktober 28, 2014 / 10:26

    Bapak itu terlalu merendah hehe. dari pada meminta2 jauh lebih mulia sopir taxi.. 😀

    • jampang Oktober 28, 2014 / 17:39

      saya lupa nulis alasannya, katanya sopir taksi sering jadi sasaran kemarahan, makanya jadi ngomong gitu.

      setuju. pekerjaan itu lebih mulia dibanding pengemis

  5. ysalma Oktober 28, 2014 / 10:45

    Kadang memang ada sebagian orangtua yang tetap memilih beraktifitas untuk kebugarannya, tapi biasanya melakukan hobi ya.
    Sebagian memang karena tuntutan ekonomi 😦

    • jampang Oktober 28, 2014 / 17:41

      mungkin bapak itu hobinya jalan-jalan dengan menggunakan mobil, makanya jadi milih sopir taksi

  6. cumilebay Oktober 28, 2014 / 11:45

    Aku setuju banget, kalo kita diam diri di rumah bisa pikun juga yaaa kalo dah tua. Nyokap gw juga akhir nya milih sibuk ngurus organisasi dan arisan sana sini dan terbukti malah jauh lebih sehat dan kreatif di bandingkan temen2nya yg cuman berdiam diri di rumah

    • jampang Oktober 28, 2014 / 17:46

      ibarat air, yang bagus adalah yang bergerak…. barangkali bisa dianalogikan begitu

  7. lazione budy Oktober 28, 2014 / 12:43

    salah,
    sopir taxi bukanlah pekerjaan paling hina.
    justru doeloe saya ingin jadi sopir taxi, sebuah cita-cita yang ga kesampaian.
    Taxi driver itu hebat lho di mata saya…

    • jampang Oktober 28, 2014 / 17:42

      yup. itu hanya pemikiran bapak itu karena sering dijadiin sasaran kemarahan pengedara lain.

  8. ayanapunya Oktober 28, 2014 / 12:53

    bisa juga karena udah terbiasa kerja makanya nggak bisa diam pas tuanya

    • jampang Oktober 28, 2014 / 17:43

      iya mbak. ada nama sindromenya…. post power syndrome apa yah?

  9. rinasetyawati Oktober 28, 2014 / 13:08

    selalu ada cerita tentang supir taxi yaaa… pekerjaan yang banyak menginspirasi orang

    • jampang Oktober 28, 2014 / 17:44

      kebetulan naik taksi lagi, mbak 😀

      iyah…. menginspirasi

  10. zilko Oktober 28, 2014 / 18:37

    Ya, kalau sudah tua dan usia pensiun memang ada baiknya otak dan fisik tetap dilatih ya, agar selalu sehat dan tidak pikun. Yaaa, asalkan ini ada batasnya juga karena bagaimana pun usia tidak bisa ditipu kan, hehehe 🙂 .

    Biasanya sopir taksi gitu banyak pengalaman dan ceritanya, hehehe 🙂 .

    • jampang Oktober 28, 2014 / 19:20

      mungkin kemarin pak sopirnya ngantuk jadi nggak banyak cerita pengalamannya 😀

  11. capung2 Oktober 28, 2014 / 20:57

    Salut.. diusia spt itu msh kuat mengendarai mobil taxi. 😀

    • jampang Oktober 29, 2014 / 04:39

      iya mas. saya aja nggak bisa mengendari mobil apa pun 😀

  12. faziazen Oktober 28, 2014 / 23:24

    persis bapak mertua.usia 70-an masih nyetir
    tapi nyetir kereta kelinci

    • jampang Oktober 29, 2014 / 04:41

      itu juga mobil, betuknya aja yang beda 😀

  13. Dyah Sujiati Oktober 29, 2014 / 05:09

    Tapi dikit yg kayak kakek supir taksi itu. Kebanyakan lansia yg masih bekerja itu ya karena masih harus memenuhi kebutuhan hidup 😦

    • jampang Oktober 29, 2014 / 06:19

      iya, mbak. kebanyakan karena kebutuhan ekonomi

  14. tipongtuktuk Oktober 29, 2014 / 09:15

    katanya, semakin tua itu semakin kesepian …

    • jampang Oktober 29, 2014 / 10:12

      hiks…. bakalan sedih donk, kang. setiap orang kan pasti akan tua

  15. Rivanlee Oktober 29, 2014 / 10:12

    kata hadist, kalo gak salah penyakit yang gak bisa disembuhkan adalah pikun hihihi

    • jampang Oktober 29, 2014 / 10:49

      betul. kalau udah pikun nggak bisa diobati. kalau bapak sopir di atas bekerj supaya nggak pikun

  16. pinkvnie Oktober 29, 2014 / 13:08

    klo Nenek saya (almh) berumur 76 tahun masih suka banget mengajar ngaji di masjid2 n mushalla, bukan karena faktor ekonomi atau fee nya tapi ingin ngelupain penyakitnya kalo di rumah saja malah sakit2an.
    Kadang orang sudah tua masih ingin bekerja karena ingin memenuhi kebutuhan pake duitnya sendiri tidak ingin nyusahin anaknya walau anaknya mampu dan sering memberi.

    • jampang Oktober 29, 2014 / 14:33

      memang banyak banyak alasan yang mendasarinya

  17. Okti D. Oktober 30, 2014 / 16:05

    Untung nggak sampai kenapa-kenapa Mas, gara2 sopir ngantuk…
    prihatin juga dengan bapak sopir yang sudah uzur tapi masih harus bekerja…

    • jampang Oktober 30, 2014 / 16:33

      iya mbak. meskipun agak was-was juga 😀

      mereka punya alasan masing-masing kenapa masih memilih bekerja seperti beberapa komentar di atas

Tinggalkan jejak anda di sini....

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s