Sebelumnya saya pernah membuat coretan mengenai beberapa hewan yang pernah saya lihat tingkah lakunya baik secara langsung atau tidak semisal kecoa, belalang, ikan, nyamuk, semut dan burung, serta kambing. Kali ini saya akan berceloteh tentang hewan yang lain, yaitu ayam.
Kemarin saya bersilaturahim ke rumah nenek Minyu. Ketika saya sedang duduk-duduk di teras rumah, datanglah seekor induk ayam kampung yang kemudian diikuti seekor anaknya berwarna hitam. Tak lama kemudian, menyusul seekor anak ayam lagi yang bulu-bulunya berwarna lebih terang. Ketiganya kemudian mematuk-matuk tanah, memakan sesuatu yang tak saya ketahui bentuk dan namanya.
Tak lama kemudian, induk ayam berhenti mematuk tanah. Mungkin tak ada lagi yang bisa dimakan di tempat itu. Sementara kedua anaknya asyik bermain-main di sebelahnya.
Iseng, saya mematahkan kue kering yang saya makan dan melemparkannya ke arah induk ayam. Induk ayam tersebut kemudian mematuk patahan kue tersebut, sekali atau dua kali, sehingga menjadi bagian yang lebih kecil. Induk ayam itu tidak memakannya dan memanggil kedua anaknya. Kedua anaknya mendekati lalu mematuk patahan kue tersebut hingga tak tersisa. Lalu mereka kembali bermain-main.
Kemudian saya mengulanginya lagi. Saya lemparkan patahan kue kering lagi ke arah induk ayam. Lagi-lagi induk ayam mematuk patahan kue tersebut, sekali atau dua kali, sehingga menjadi bagian yang lebih kecil. Induk ayam itu tidak memakannya dan memanggil kedua anaknya. Kedua anaknya lalu mematuk patahan kue tersebut hingga tak tersisa. Lalu mereka kembali bermain-main.
Saya pikir, begitulah gambaran kasih sayang seorang ibu kepada anak-anaknya yang juga dimiliki oleh seekor induk ayam kampung dan pastinya juga dimiliki oleh jenis hewan yang lain. Mendahulukan kebutuhan anak dibanding dirinya. Dan yang pasti, wujud kasih sayang tersebut juga pasti dimiliki oleh manusia yang merupakan makhluk hidup yang jauh lebih sempurna dibandingkan seekor ayam dan binatang lainnya.
Sepertinya, kejadian unik tersebut layak untuk saya abadikan dalam bentuk video. Sayangnya, batere handphone saya sudah hampir habis sehingga tidak bisa digunakan untuk merekam. Saya pun mengambil power bank di dalam kamar dan men-charge handphone, lalu saya bersiap-siap di dekat ayam dan kedua anaknya untuk merekam tingkah laku mereka yang sudah saya lihat sebelumnya.
Begitu kamera handphone saya aktifkan, tiba-tiba abang ipar saya melemparkan jenis makanan yang sama ke arah induk ayam dan kedua anaknya. Bedanya, jika saya melemparkan berupa sepotong kecil, abang ipar saya itu melemparkannya dalam jumlah yang cukup banyak.
Lantas apa yang terjadi kemudian?
Ternyata, induk ayam tidak memecahkan patahan kue itu menjadi ukuran yang lebih kecil dengan paruhnya, tetapi langsung dimakannya. Sementara kedua anaknya juga melakukan hal yang sama.
Sepertinya, induk ayam mengetahui jumlah makanan yang cukup tersedia untuk mereka bertiga sehingga tidak perlu mendahulukan kebutuhan kedua anaknya. Mereka bisa menikmati makanan tersebut bersama-sama.
Kiranya, seperti itu jugalah yang dilakukan oleh para ibu dari anak-anak manusia. Ketika rezeki yang didapat cukup banyak, ibu dan juga ayah, akan menikmatinya bersama-sama dengan anak-anak mereka. Makan bersama-sama tentunya akan memberikan nilai kenikmatan sendiri atas menu yang disantap.
Karena membahas soal ayam, saya pun teringat akan sebuah perumpamaan yang disampaikan oleh seorang guru di mana tingkah laku ayam dianalogikan dengan prilaku menyimpang yang dilakukan oleh manusia.
Guru tersebut menyontohkan, jika di dalam satu kandang terdapat satu ayam ekor betina dan dua ekor jantan, maka kedua ekor jantan tersebut akan berkelahi untuk memperebutkan sang betina. Keduanya akan berjuang habis-habisan. Tidak ada sejarahnya, kedua ayam jantan tersebut berbicara satu lain dan mengambil sebuah keputusan daripada salah satu dari mereka mati atau keduanya terluka parah gara-gara si ayam betina, mereka kemudian memutuskan untuk saling menyukai satu sama lain.
Lalu, kenapa prilaku menyimpang di mana laki-laki menyukai laki-laki atau perempuan menyukai perempuan terjadi di kalangan manusia?
“Dan sesungguhnya kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” [QS. Al-A’Raaf : 179]
Wallaahu a’lam.
Tulisan Terkait Lainnya :
kucing juga kayak begitu seingat saya. kalau dikasih ikan suka dikasih ke anaknya dulu yang masih kecil
sepertinya semuanya begitu, mbak
Iya, kalau kucing pernah mengamati memang seperti itu, dikasih makanan terus diambil buat anaknya. Ayam ternyata sama juga ya. Subhanallah
mungkin banyak hewan yang bertingkah laku seperti itu. kalau di acara fauna di TV seringnya burung yang memperlihatkan prilaku seperti itu
Naluri ibu juga berlaku buat hewan 🙂
betul
Bahkan ayam pun menunjukkan contoh yang luar biasa ya Bang. Gataju deh jawaban dari bagian penutupnya. 😦
iya mas.
kalau yang terakhir saya cuma tahunya ya dengan ayat itu, banyak manusia yang tidak menggunakan mata, teling, dan hatinya
Pokus ke bagian penutup. Ngambang, Nangung rasanya seuprit gitu haha. Sepertinya perlu pembahasan terpisah. Kenapa itu bisa terjadi, apa akibat dri perbuatan trsebut serta solusi yg baik sprti apa. Ok d tunggu 😀
kalau bagi saya, sudah cukup ayat yang dikutip diakhir tulisan sebagai jawaban…. yaitu banyak manusia yang tidak menggunakan mata, telinga, dan hatinya
Haha yowes lak ngono.
😀
waduuuh, induk ayam aja pinter kayak gitu ya…
btw, cara induk ayam manggil anaknya gimana sih? 😀
ya pake suaralah 😀
kalau dilihat, awalnya kedua anak ayam itu berdiri di tempat anak ayam yg hitam, di atas. pas setelah saya lemparin kue, induk ayamnya matuk buat pecahin itu kue jadi bagian yg lebih kecil, terus kedua anak ayamnya turun ke bawah
😀
bahkan dari seekor ayam pun kita bisa belajar. Makasih mas…
iya, mas. terima kasih
Naluri keibuan ayam sangat tajam ya,
hmm, paragraf akhir, manusia punya mata tapi tak melihat *ikutan tersentil.
setiap binatang pasti ada yang sama seperti itu nalurinya 😀
satu rahmat membuat hewan berkasih sayang di bumi …
betul, kang
Langsung teringat ibu
karena kasih sayang ibu nggak bisa dilupakan
Bahwa ayam saja sudah punya tata krama sebagai makhluk hidup yang bermartabat. Mendahulukan anak-anaknya kenyang dulu ketika didapati sebuah makanan
yup. sebab di antara ayam-ayam iitu ada jg yang bertindak sebagai ibu
saya langsung mengingat-ingat tingkah saya sebagai ibu,
malu kalau kalah dari ayam.
jadi harus lebih baik ya uni 😀
tulisan kontemplatif mas.. berawal dari hal-hal kecil yang seringnya luput dari perhatian.. Keren! 🙂
terima kasih. semoga bisa memberikan manfaat
pada saat turun hujan, induk ayam beserta anak2nya akan berteduh. anak2 ayam tersebut berteduh di balik sayap induknya. Juga, kucing saya dulu pas punya bayi, setiap pulang selalu bawa oleh2. Apakah itu tikus bahkan terkadang ular!
ibu mereka ternyata juga hebat.
eh tapi kalau kucing bawa tikus dan ular kalau nggak habis bisa bau donk, bu