Cerita sebelumnya bisa dibaca DI SINI.
—oOo—

Mungkin sebuah puisi yang ditulis dalam buku agendanya selepas istirahat, sebelum sesi pelatihan siang dimulai bisa menjawab pertanyaan itu.
dalam gundah rasa di hati
walau waktu coba menerangi
indahnya hari tak mampu menceriakan
semesta alam tak kuasa membahagiakan
nama dan wajah itu selalu terbayang
sejak pertemuan itu terulang
lalu kumencoba
melupakan semua
rasa yang ada di dalam dada
meninggalkan semua
angan-angan yang ada
tetapi…
tak dapat kupungkiri
nama dan wajah itu hadir di hati
akankah kupendam rasa ini
Zul jatuh cinta lagi. Zul pun meyakini itu setelah membandingkan apa yang dia rasakan ketika lima tahun yang lalu dengan apa yang dia rasakan akhir-akhir ini. Tetapi, ada keraguan jika dia harus jatuh cinta lagi kali ini. Baginya, jatuh yang kedua kali ini tidaklah semudah jatuh cinta pertama kali.
Setidaknya ada dua alasan yang membuat Zul ragu untuk memulai kisah baru dengan Sali. Pertama, Zul belum tahu status Sali yang sebenarnya. Apakah Sali sudah sudah memiliki pendamping hidup atau mungkin calon yang akan menjadi pendamping hidupnya. Jika saja Sali sudah memiliki pendamping hidup maka tak mungkin Zul menyatakan apa yang dirasakannya kepada Sali. Pun jika Sali sudah sudah memiliki calon pendamping, Zul tidak mungkin mendekati seorang perempuan yang sudah dilamar oleh lelaki lain. Jika demikian keadaanya, maka Zul harus mengubur rasa cintanya itu dalam-dalam.
Sebaliknya, jika Sali belum memiliki suami atau calon suami, maka masih ada kesempatan bagi Zul untuk maju mencalonkan diri.
Jika alasan pertama memberinya lampu hijau bagi Zul untuk maju, ada alasan kedua yang membuat Zul ragu. Akankah Sali mau menerima dirinya yang secara fisik dan hati, Zul sudah tidak perjaka lagi?
Zul harus mencari jawaban atas dua hal tersebut agar dirinya tidak terombang-ambing dalam sebuah rasa yang belum pasti. Harus ada sebuah kepastian. Zul tidak ingin seperti layang-layang yang dimainkan oleh seorang anak.
Layang-layang yang dimainkan oleh seorang anak itu tidak dilepas, tidak juga dipegang. Layang-layang itu dibiarkan mengangkasa, menerima hempasan angin, tapi tak dilepas bebas untuk menikmati panorama alam sekehendaknya. Layang-layang itu juga tidak dipegang dalam genggaman agar merasa nyaman. Yang ada hanyalah, ditarik kemudian di ulur. Begitu seterusnya.
“Harus ada kepastian. Dan Aku harus memiliki ketegasan!” Begitu Zul menyemangati dirinya sendiri untuk memastikan sebuah kehendak.
Sebuah kehendak di antara dua pilihan. Melangkah maju untuk mewujudkan kehendak tersebut atau mundur. Jika ingin melangkah maju, maka Zul akan berhadapan dengan dua kemungkinan, berhasil atau gagal. Zul merasa harus mengambil resiko itu. Bukankah setiap pilihan mendatangkan resiko? Setidaknya, jika Zul melakukan itu, sebuah kepastian akan diterimanya. Pengalaman telah mengajarkannya bahwa sebuah kepastian, meski pahit dirasa, jauh lebih baik jika harus berada dalam kebimbangan.
Jika pun harus mundur, maka itu juga akan membuat diri Zul berada dalan sebuah kepastian lain. Sebuah kepastin bahwa dia tidak perlu memendam perasaannya terhadap seorang perempuan yang tidak mungkin mejadi miliknya, menjadi pendamping hidupnya.
Di hari terakhir pelatihan, Zul kembali menuliskan sebuah puisi di dalam buku agendanya.
niat hati menghendaki
menjadikan dirimu tambatan hati
walau harus kusadari
luka hati bisa saja kudapati
ingin kukatakan
ingin kuutarakan
ingin kuceritakan
apa yang kurasa
tentang sebuah cita dan rasa
yang terus menggelora
di dalam dada
demi sebuah kepastian
yang akan menghapus segala kebimbangan
….. bersambung …..
Baca Juga Cerita Terkait Lainnya :
tertarik juga menulis cerita/novel namun sulitnya luar biasa mas..
ya dicoba aja mas. kalau ada ide ditulis aja meski beberapa kalimat. nanti ada ide lain tulis lagi. terus…. dibuatin kalimat yang menyambungkan kedua cerita itu… begitu seterusnya. jadi ada kemungkinan pas bikin ceria di awal-awal nggak nyambung sama sekali tapi di akhir2 semuanya bisa dikaitin
wah sip lah…hehe Insyallah dicoba.. mohon bimbingannya 🙂
😀
sama-sama belajar aja, mas. saya kan juga baru nyoba-nyoba
Dalam mendapatkan cinta mmg butuh keberanian.
betul sekali, mas
Semangat Zul.
siap…. 😀
cerber ya mas. ditunggu lanjutannya
bisa dibilan begitu. mudah2an ada kelanjutannya, mas 😀
waaa menggabungkan cerita dengan puisi, saya harus belajar dari sampeyan tentang menulis begini
😀
saya baru bikin beberapa aja. silahkan dipelajari. mungkin banyak cerita yg bentuknya seperti di atas yang lebih bagus dari blogger lain yang juga bisa dipelajari
saya suka puisinya. keren! ditunggu lanjutannya mas.
terima kasih, mbak.
puisnya keren mas jd mw belajar puisi lagi
masa seh?
padahal kalau ngeliat puisi bikinan blogger lain, permainan katanya mantap banget, sementara yang di atas itu standar2 aja
lumayan sih punya u
terima kasih 😀
Bang rifki berbakat bener bikin cerita dan puisi. Sampe sekarang masih belom bisa loh merangkai cerita dan bikin puisi dengan bahasa yang indah..
terima kasih… terima kasih.
tapi kalau jeli, kata-kata yang saya pakai itu standar banget, mas. 😀
tapi bisa terangkai jadi jalinan puisi yang indah Bang..
terima kasih. terima kasih. kebanyakan puisi lama yg saya ubah sedikit2. kalau yang baru-baru, belum bikin lagi. soalnya nggak ada acara challenge bikin puisi seperti dulu waktu di multiply.
Bukan tentang pak Zul yang dulu di TIP kan mas 😀
😀
bukanlah. namanya aja mirip2