
Syaikhan, kamu tahu, adalah sebuah kebahagiaan tak terkira bagi Abi ketika melihat sendiri pertumbuhan dan perkembanganmu di masa balita. Namun itu bukan berarti Abi tidak merasa bahagia ketika melihat perkembanganmu saat ini dan seterusnya. Hanya saja, saat ini kamu bukan lagi balita. Kamu sudah besar. Usiamu sudah enam tahun lebiih dan sudah sekolah.
Masih segar dalam ingatan Abi tentang perubahan panggilan yang kamu sematkan untuk dirimu. Di awal-awal saat kamu mulai belajar bicara, kamu menyebut namamu dengan panggian “Seya”. Di masa berikutnya, panggilan itu berubah menjadi “Seha”. Hingga menjelang empat tahun usiamu, kamu sudah bisa mengucapkan namamu dengan sebutan “Sehan”.
Ingatan lain yang masih terekam di dalam memori Abi adalah ketika dirimu mulai belajar berjalan. Syaikhan, apakah kamu ingat kapan pertama kali kamu belajar berjalan tanpa berpegangan pada tangan Abi? Jika kamu tidak ingat, Abi akan memberikan jawabannya. Kamu mulai belajar berjalan sendiri di saat usiamu satu tahun.
Di satu tahun usiamu itu, Abi mengajakmu ke Kebun Binatang Ragunan untuk pertama kali. Di sanalah kamu mulai melatih kepercayaan dirimu untuk melangkah pasti dengan kedua kaki mungilmu.
Ketika sudah memasuki area Kebun Binatang Ragunan, Abi langsung menurunkanmu dari gendongan dan melepaskanmu untuk belajar berjalan di tempat yang lapang dan luas. Selangkah demi selangkah kamu mulai mengayunkan kedua kakimu.
Ceklik!
Tanpa kamu sadari, seorang tukang foto mengambil gambar dirimu saat belajar menjaga keseimbangan tubuhmu. Sebuah momen berharga tertangkap kamera tukang foto saat kedua kakimu melangkah. Sepertinya, itu adalah momen terbaik saat kamu mulai belajar berjalan yang terekam oleh kamera. Sayangnya, ketika Abi mencari-cari foto aksimu saat itu, Abi tak bisa menemukannya. Abi kehilangan fotomu itu. Maafkan, Abi.
Syaikhan, kamu masih ingat bagaimana cara dirimu menyeimbangkan tubuh saat belajar berjalan agar tidak terjatuh? Untuk menjaga keseimbangan, kamu mengangkat kedua tanganmu ke atas. Ya, ke atas. Persis seperti yang dilakukan seseorang ketika dirinya menyerah.
Syaikhan, jika dirimu masih ingat, Abi sering menggodamu ketika melakukan hal tersebut. Saat menemanimu belajar berjalan, setelah memastikan bahwa dirimu sudah berdiri sempurna, maka Abi akan bergerak mundur untuk menjauh darimu lalu kemudian Abi berteriak, “Angkat tangan!” Sedetik kemudian kamu langsung mengangkat kedua tanganmu ke atas. Bukan untuk menyerah. Namun, kedua tanganmu itu kamu jadikan sebagai alat penyeimbang tubuhmu. Selanjutnya kamu melangkah mendekati Abi. Pelan-pelan. Ketika jarak antara kamu dan Abi semakin depan, kamu langsung mempercepat langkahmu dan menabrakkan tubuhmu ke tubuh Abi. Lalu kita berpelukan sambil tertawa. Tawa bahagia.
Syaikhan, kita melakukan hal itu berulang kali. Baik di Kebun Binatang, maupun di rumah. Hingga kemudian kamu sudah lancar berjalan dan tak perlu lagi mengangkat kedua tanganmu ke atas untuk menjaga keseimbangan tubuhmu saat melangkah. Bahkan, di kemudian hari, dirimu sudah bisa mengalahkan kecepatan dan daya tahan Abi ketika kita berlari bersama-sama.
Syaikhan, kamu anak yang hebat. Abi bangga kepadamu. Abi sayang kamu.
—o0o—
Tulisan ini diikutsertakan dalam Give Away “Saat Tumbuh Kembang Balitaku Balitamu
Baca Juga Tulisan Terkait Lainnya :
- My Dearest Syaikhan : Sudah Besar (2)
- My Dearest Syaikhan : Catatan Akhir Pekan yang Tak Tertunaikan
- My Dearest Syaikhan : Keseruan di Bawah Langit Mendung
- My Dearest Syaikhan : Logo Halal
- My Dearest Syaikhan : Doa dan Selfie
- My Dearest Syaikhan : Sudah Besar
- My Dearest Syaikhan : Arsitek
- My Dearest Syaikhan : Muadzin dan Pendekar
- My Dearest Syaikhan : Cerita Foto Selfie Kita
- My Dearest Syaikhan : Ketika Dirimu Sakit
Sudah lama sekali rasanya tak berkunjung ke Ragunan bersama keluarga.
Ada momen2 kehangatan keluarga pastinya disana.
kapan-kapan bisa ke situ lagi, mas 😀
Moment yang sangat mengesankan, tp semua moment bersama buah hati adalah sangat mengesankan…
Terimakasih atas partisipasinya mas… peluk erat untuk Syaikhan yang cakep
iya, mbak. terima kasih
Cepat sekali ya waktu berjalan, mengenang masa2 kecil anak2 itu sesuatu yg membahagiakan… kadang pengen deh anak2 kecil lagi hehe
nggak terasa, teh.
😀
Iya…eeeeh tau-tau sudah pada nikah dan punya anak nanti..:D
iya… itu dia… bahkan yang dulu anak-anak, sekarang udah punya anak 😀
Jadi dipanggil Nini/eyang/yangti/nenek 😀
😀
iya, teh
Mbrambangi bacanya.
Jd keinget jaman2 tumbuh kembang aku yg didokumentasi Ibu dlm surat2 nya ke bapak.
suratnya masih ada sampe sekarang?
Masih. Buanyaaak. Lengkap dan dinomori
wah. dokumentasinya super sekali
Paradoks orangtua ya, senang anaknya bertumbuh dan berkembang tetapi pada saat yang sama ada rasa sedihnya juga karena anaknya tidak lagi “anak kecil”, hehehe 🙂
iya, mas. tiba-tiba udah nggak mau digendong… nggak mau dipeluk…nggak mau dicium lagi… sebab anak-anak udah besar
Melihat balita belajar jalan memang menggemaskan, apalgi kalo badannya oyong-oyong gimana gitu… jadi pengen dibekep gemes 😀
😀
iya mbak. bener banget.
catatan hati seorang abi 🙂
kira-kira seperti itu, mas 😀
baca ini bikin netes air mata. inget momen saat anakku juga belajar jalan dan berhasil kudokumentasikan ke video. btw syaikhan tembem bgt ya waktu 1 tahun
semua orang tua pasti mengalami momen itu, mbak. iyah. Setelah dua tahun jad kurus. mungkin karena banyak gerak
Aaaa Syaikhan lucu!
Aku lagi sedih sama salah satu anak kecil di gereja karena biasanya mau aku gendong, eh.. Dua hari lalu lagi ga mau terus :’
mungkin kondisinya lagi kurang fit kali
Syehan pinteeeer, sebenarnya tanpa harus repot2 ditatih pun anak juga bisa belajar jalan sendiri dengan mengamati orang-orang di sekitarnya 🙂
iya. biasanya seh syaikhan yang minta ditatih dengan cara mintanya sendiri 😀
Ceritanya baguuus. Selamat ya Bang sudah menang. Telat bacanya euy. 😀
terima kasih, mas. karena mas dani buat duluan saya jadi tahu ada lomba ini 😀