
Ada sebuah kalimat bagus yang saya tangkap ketika menonton sebuah film yang berjudul “Remember Me”. Kalimat tersebut kurang lebih memiliki arti “Sidik jari kita tak memudar dari kehidupan yang kita sentuh.”
Entah pas atau tidak, cocok atau tidak, kalimat tersebut menggiring pikiran saya ke masa sekolah dulu, di mana saya pernah mendapat pelajaran tentang hukum kekekalan energi yang menyatakan bahwa sebuah energi tidak akan hilang, hanya mengalami perubahan bentuk. Misal, tumbuhan dengan bantuan sinar matahari dapat melakukan fotosintesis. Dengan proses fotosintesis, tumbuhan dapat memproduksi zat-zat yang berguna untuk kelangsungan hidupnya yang kemudian disebarkan ke daun, batang, buah, bahkan akar, sebagai tempat menampung kelebihan energi.Tak hanya untuk diri sendiri, tumbuhan pun membagi-bagikan hasil kerjanya kepada makhluk hidup lain, manusia dan hewan. Manusia dan kemudian memakan langsung atau mengolah aneka bagian tumbuhan tersebut menjadi bahan makanan yang menghasilkan tenaga untuk menjalankan segala aktifitas kehidupannya. Dan energi pun berubah lagi, tidak hilang. Begitu seterusnya.
Seberapa umur kita saat ini, selama itulah pula kita telah meninggalkan jejak-jejak di masa-masa yang telah lalu. Apakah jejak-jejak tersebut berupa kebaikan atau keburukan, masing-masing yang memiliki diri lebih tahu. Dan seperti energi, kebaikan dan keburukan yang telah dilakukan juga akan kekal dan akan kembali kepada diri pelaku. Entah dalam bentuk yang sama atau pun rupa yang berbeda. Bisa di saat yang bersamaan, bisa juga di saat semuanya telah dilupakan. Mungkin saja dikembalikan dari orang yang sama atau diantar oleh orang yang berbeda.
Jika kau berbuat baik, maka kau telah berbuat baik untuk dirimu. Jika kau berbuat jahat, maka kau telah berbuat jahat kepada dirimu. Begitulah, semuanya kan kembali.
Hasil yang didapat atas apa yang diperbuat, bisa hadir di dalam kehidupan yang sementara ini, langsung dibalas kontan. Namun ada pula yang balasannya ditangguhkan hingga di sebuah masa yang berkekalan, di mana tak ada yang dirugikan.
Dari hasil pencarian mengenai review film “Remember Me”, saya menemukan alur cerita bahwa kematian si tokoh akhirnya dapat menyadarkan sang ayah akan kekeliruan sikap terhadap keluarga terutama anak-anaknya selama ini.
Kematian ibarat pintu yang mengubungkan alam fana sekarang ini dengan alam baka nanti. Kedatangannya merupakan misteri, tetapi sesuatu yang pasti. Semua orang pasti menginginkan agar orang-orang di sekelilingnya kelak akan mengenang kebaikan dirinya, bukan mengingat segala kesalahan dan keburukan dirinya. Semua menginginkan berpisah dengan senyuman, sementara orang-orang yang ditinggalkan dalam keadaan menangis. Tidak kah Anda demikian?
Semoga ada bekal yang terus bertambah sepanjang zaman meski hayat tak lagi dikandung badan. Ada sedekah yang terus mengalirkan pahala, ada ilmu yang bisa mendatangkan manfaat bagi sesama, ada doa dari anak-anak yang sholeh dan sholeha. Silahkan pilih yang mana atau jika mungkin pilih semuanya. Insya Allah.
Wallahu a’lam.

Tulisan Terkait Lainnya :
Amin 🙂
yaa rabbal ‘aalamiin
Semua jejak-jejak itu dari yang telah lampau sampai yang akan terjadi sudah tertulis di dalam lauhulmahfudz. Karena hanya Allah yang memiliki pengetahuan penuh atas semua yang terjadi. Semua berjalan sesuai sunnatullaah, sesuai dengan yang sudah tertulis. Karena semua tertulis dalam satu “buku”, maka semuanya tanpa terkecuali juga terikat pada hukum yang sama dan masing-masing saling berhubungan sesuai dengan faktor deterministiknya. Begitu sih menurut saya… 😀
kurang lebih seperti itu 😀
amiiiiin. Kalo ngeblog bisa dihitung ga Bang?
lewat blog juga bisa berbagi ilmu yang bermanfaat, mas
aminn.. semoga selalu bisa bermanfaat ya om… 😀
iya, mas. aamiin
semoga bisa menjadi bagian dari yang menebar dan menerima kebaikan.
aamiin
betul juga, akhirnya penjelasan logis untuk “apa yang kau beri, itu lah yang kau raih” bisa saya dapat juga. what goes around, what comes around
terima kasih 😀