Beberapa waktu yang lalu, saya dan Minyu makan malam agak kemalaman. Kami ketiduran selepas Maghrib. Mungkin kami lelah.
Sambil makan malam, kami menyaksikan televisi yang masih ditonton oleh adik saya. Acaranya sinetron bertemakan manusia harimau. Salah satu adegannya bersetting di sebuah kelas di mana beberapa siswa berseragam putih abu-abu sedang mengikuti sebuah pelajaran Matematika. Saat itu, sang guru sedang membahas bangun datar segitiga, khususnya tentang jumlah dan besar masing-masing sudutnya.
Mungkin dari tayangan itulah muncul ide coretan kali ini dan mungkin juga coretan-coretan serupa di hari-hari berikutnya. Insya Allah. Coretan untuk mengenang kembali cerita-cerita tentang pelajaran semasa sekolah dulu. Bernostalgia. Kali ini, pelajaran Matematika yang saya pilih.
Di antara bab-bab dalam pelajaran matematika dari semasa sekolah dan kuliah, seperti integral, persamaan linear, logaritma, dan sebagainya, yang paling saya ingat adalah bahasan tentang Rumus Pythagoras. Sebuah rumus untuk mengetahui panjang masing-masing sisi dari sebuah segitiga siku-siku, yaitu segitiga yang salah satu sudutnya sebesar sembilan puluh derajat.
Panjang dari sisi terpanjang sebuah segitiga siku-siku yang disebut hipotenusa merupakan akar dari hasil penjumlahan panjang kedua sisi lainnya yang dikwadratkan terlebih dahulu. Rumusnya seperti terlihat pada gambar ilustrasi coretan ini di atas.
Saking ingatnya saya dengan Rumus Pythagoras, pada saat saya melakukan tes masuk untuk menjadi guru private di sebuah bimbingan belajar saat kuliah, saya menyampaikan materi penggunaan rumus tersebut. Alhamdulillah, saya lulus dan diterima sebagai salah satu guru private di bimbel tersebut. Tak lama kemudian, saya pun mejadi guru private. Salah satu pengalaman sebagai guru private pernah saya tuliskan dalam coretan berjudul “Pernah Menjadi…”
Saat sekolah maupun kuliah, kemampuan Matematika berada di tingkat rata-rata di antara teman-teman saya. Namun ada satu masa di mana saya sulit sekali memahami salah satu bahasan Matematika. Saya ingat betul, saat itu saya duduk di kelas satu SMA dan bahasan saat itu adalah mengenai bilangan kwadrat dan akar bilangan. Ketika guru Matematika membagikan hasil ulangan untuk bab tersebut, saya mendapatkan nilai dua koma lima. Saya hanya bisa menjawab satu soal di antara empat soal yang diberikan.
Lalu guru Matematika mengadakan ujian ulangan. Remedial. Hasil yang saya terima berikutnya juga tidak memuaskan. Dari empat soal, saya hanya mampu menjawab dua soal dengan benar. Saya mendapatkan nilai lima. Sepertinya, di tahun itu adalah nilai ulangan terendah yang pernah saya dapat selama sekolah dan kuliah.
Bagaimana dengan Matematikamu?
Tulisan Terkait Lainnya :
- Kain Sarung dan Masjid di Masa Kecil
- Kisah Patah Hati Semasa SMA
- Lika-liku Putih Abu-abu
- Rahasia Persahabatan : Ongkos Angkot
- Bioskop Bang Musa
- [EF#16 Weekly Challenge] A Tale of a Stone Miner
- [EF#15 Weekly Challenge] Traditional Games: Cheap and Festive
- [EF#14 Weekly Challenge] Shane Gooseman
- [Nostalgia] Seni Rupa
- [Nostalgia] Fisika
Matematika ku ud banyak yg nguap
jumlah kurang kali dan bagi kan masih inget 😀
Tergantung gurunya sih,, klo enak ya enak, nggak ya nggak
iya. banyak ketergantuangan 😛
Matematika : kamu mati aku merdeka 😀
yel-yel zaman sekolah dulu?
MATEMATIKA= MAkin diTEbak MAkin TIdak KAruan. 😀
Dulu di sekolah, pas pelajaran Matematika hitungnya tidak boleh pakai kalkulator kecuali di SMA karena ada pelajaran logaritma. Sekarang? Sedikit2 nyariin kalkulator. Nggak ada kalkulatornya, pakai kalkulator di hape.
😀
tapi pas ujian ttp nggak boleh bawa kalkulator, cuma boleh bawa buku logaritma aja
pelajaran paling gelap saat sekolah 😦
😀
saya senang kalau materinya saya bisa kuasai
sampai lulus SD nilai ujian matematika saya gak jauh dari 0 sampai 5 dengan nilai paling tinggi kalo bener semua 10. Hahahha. Karena dipertemukan sama guru matematika jaman SMP, pelajaran ini jadi salah satu favorit saya bahkan sampai lulus SMA. Paling seneng kalo pas SMP persamaan kuadrat dan pas SMA integral. Sayangnya jaman kuliah seringnya tidur di kelas. Hahahaha..
kalau persamaan kuadrat sepertinya saya masih suka, tapi kalau udah logaritma, sinus, cosinus, dan tangen, udah kurang suka. intergal sepertinya juga saya nggak begitu menguasai
Matematika kan asiiiik hahaha.. satu-satunya pelajaran IPA yang bisa dimengerti. Yang lainnya bikin pusying @_@; emang gak bakat kayaknya heuuu..
lebih mending daripada kimia ya mbak 😀
Embeeerrrrrrr xDDD
kapan-kapan saya cerita kimia deh. pelajaran itu juga membuat sejarah bagi saya saat sekolah 😀
Waktu sd dulu matematika jadi pelajaran favorit. Tapi begitu sma dan mulai belajar integral, mulai berasa pusing deh 😀
😀
sama donk. kalau gampang masih suka. kalau ribet… ya gitu deh
Spesialisasi remedial saya mah buat mata pelajaran yg ada kalkulasinya.
tapi ada peningkatan, kan?
matematika ku bagus di smp bang. dulu sering rebutan nilai maju kedepan nyelesaiin soal di papan tulis. kalau aku tunjuk tangan gurunya bilang ‘selain ade ya’ haha sma malam ngak karuan. aku ngak suka bagian yang per-peran bang seperti satu, dua per tiga 😀
wuih mantap!
kalau bilangan pecahan saya lumayan bisa.
Pelajaran yg paling saya suka banget nih krn ilmunya pasti ngga spt bhs indonesia yg d srh mengarang n menebak2 … 😀 Penambah suka lg wkt SMA pelajaran matematika ini tercetak nilai 10 d ijazah 😀
wuih… 10, mantap banget