Berdasarkan rumus fisika di atas, dapat dikatakan bahwa Tekanan atau Pressure (P) berbanding lurus dengan Gaya atau Force (F). Jadi kalau ada yang ngerasa hidupnya penuh dengan tekanan, bisa jadi karena dirinya kebanyakan gaya!
Ketika duduk di bangku SMP, saya dan fisika masih bisa berkompromi. Namun ketika duduk di bangkus SMA, saya dan fisika tak lagi bisa bergandengan tangan. Apalagi ketika duduk di kelas dua SMA, saya punya pengalaman kurang menyenangkan dengan guru fisika. [Baca MEME KKDS (8) : Paling Sebel Sama Guru Apa? Kenapa?]
Karena pelajaran Fisika di kelas satu SMP, saya baru tahu ada satu tipe soal baru selain pilihan berganda, benar salah, menjodohkan, dan essay. Tipe soal tersebut namanya pilihan asosiasi. Setiap soal diikuti dengan empat jawaban yang diberi angka dari 1 hingga 4 dengan ketentuan sebagai berikut :
A : jika jawaban 1, 2, dan 3 benar
B : jika jawaban 1 dan 3 benar
C : jika jawaban 2 dan 4 benar
D : jika jawaban 4 saja yang benar
Karena saat itu belum mengerti bagaimana cara mengerjakan soal pilihan asosiasi seperti itu, akhirnya hampir semua jawaban saya salah.
Kembali ke rumus fisika di atas. Rumus tersebut bukanlah rumus yang paling saya ingat. Ada rumus fisika lain yang dengan rumus tersebut saya mendapat nilai tertinggi ketika menerima hasil ulangan di kelas satu SMP. Padahal, selama dua minggu sebelumnya saya tidak masuk sekolah karena terkena cacar.
Ketika hari pertama masuk sekolah setelah dua minggu sakit, saya langsung mendapat kabar bahwa hari itu akan diadakan ulangan. Ulangan mendadak, bagi saya. Sebab teman-teman sekelas lainnya sudah tahu bahwa hari itu akan ada ulangan. Materinya adalah mengenai pesawat sederhana. Rumus yang ada di dalam materi tersebut adalah menghitung keuntungan mekanik dengan membandingkan lengan kuasa dan lengan beban.
Beberapa minggu kemudian, hasil ulangan dibagikan. Alhamdulillah, saya mendapatkan nilai sembilan.
Di kelas tiga SMP, saya juga pernah mendapatkan nilai hampir sempurna. Di lembar jawaban ulangan saya tertera angka sepuluh dengan tanda minus di sebelah kanannya. Karena bingung, saya tanya kepada Pak Guru, nilai itu maksudnya apa. Ternyata, dengan rumus penghitungan nilai yang digunakan oleh Pak Guru, saya mendapat nilai sepuluh, meskipun jawaban saya ada yang salah. Jadinya, nilai saya adalah 10-.
Seperti sudah saya sebutkan di atas, saya tidak bisa lagi mengikuti dengan baik pelajaran Fisika ketika duduk di bangku SMA. Pelajarannya terlalu sulit untuk dimengerti oleh otak saya yang ternyata lebih cocok berada di barisan siswa jurusan IPS. Apalagi kemudian saya mengalami pengalaman buruk dengan Pak Guru fisika seperti cerita saya yang bisa dibaca dengan mengklik link di atas.
Begitulah nostalgia saya denan pelajaran Fisika? Bagaimana dengan Anda?
Nantikan cerita nostalgia saya dengan pelajaran lainnya! Insya Allah 😀
Baca Juga Cerita Lainnya :
- Kain Sarung dan Masjid di Masa Kecil
- Kisah Patah Hati Semasa SMA
- Lika-liku Putih Abu-abu
- Rahasia Persahabatan : Ongkos Angkot
- Bioskop Bang Musa
- [EF#16 Weekly Challenge] A Tale of a Stone Miner
- [EF#15 Weekly Challenge] Traditional Games: Cheap and Festive
- [EF#14 Weekly Challenge] Shane Gooseman
- [Nostalgia] Seni Rupa
- [Nostalgia] Fisika
aku suka fisika dasar dan teorinya, termasuk cerita tata surya, galaksi, big bang. semua itu cerita yang wow! tapi kalau ngitung yang kompleks, ampun mbah! gak kuat. paling anti sama tegangan tali. itu aja yang aku tau. yang gak tau, banyak!
kalau yang bahas teori tata surya saya juga suka, tinggal penyampaiannya aja gimana supaya lebih menarik. kalau rumus, saya juga banyakan nggak ngertinya 😀
jadi pingin bikin cerpen fisika nih. cerpen matematika udah, blog udah. lanjut! barangkali Pak Jampang punya ide?
kalau yang dibahas seperti cerpenm matematika kemarin yang bahas tentang rumus. saya pusing duluan 😀
oh, cerita yang gampang aja ya? saya usahain deh.
sip… 😀
waktu SMA fisika itu udah kayak mimpi buruk aja. belajar gimana juga nggak ngerti-ngerti. lucunya pas kuliah ambil teknik sipil yang kerjaannya ngitung momen yang pas sma nggak ngerti sama sekali 😀
😀
kalau saya yang begitu akuntansi. di SMA nggak ngerti, masuk kuliah belajar bikin jurnal yang nggak bisa waktu di SMA
pas kuliah itu kita jadinya dipaksa buat mengerti yak 🙂
iya. mau nggak mau harus bisa. dan ternyata saya bisa di awal doank. nilai akuntansi dasar tinggi, lalu menurun di intermediate dan gagal di advanced 😀
dan sekarang malah nyasar di bagian IT yak 😀
iyah 😀
tosss…jaman SMA aq juga alergi sama fisika, rasanya ini efek gurunya juga sih..ulangan nilai bagus apa lagi yg ikut les, tapi pas ujian ancuur..#tanyakenapa Dan ini ga cuma kejadian di aq tapi hampir smua siswa. #tanyakenapa Nilai ujian ga ada nilai 6 kecuali fisika dapet 4..hahaha #tanyakenapa *parah*
selain materi, guru juga berpengaruh banget buat mood belajar dan mengikuti pelajaran
Untuk pelajaran yang penuh hitung-hitungan adalah kegemaranku dan akhirnya di kehidupanku ini aku selalu berhitung dan berhitung
hidup memang penuh perhitungan ya, mas. kelak, kita pun akan dihadapkan dengan perhitungan pula
Pengalaman buruk dengan guru fisikanya udah pernah ditulis belum bang ? Kalo belum ditunggu deh, penasaran 😀
sudah teh, itu saya kasih linknya di atas
Hehehe, biarpun suka matematika tetapi aku sendiri kurang gemar dengan fisika. Walaupun masih bisa aku handle juga sih, termasuk sampai yang fisika level dasar di S1 atau S2 (kalau S2 sih tergantung fisikanya fisika di sub-bidang apa juga sih), hehehe 🙂 .
pas S1 sy udah nggak belajar fisika 😀
Saya jg ips (ikatan pelajar santai)
tosss lah 😀
Sama Bang. Fisika itu titik lemah saya. Dan emang kayaknya saya kebanyakan gaya. Hiks….
idem donk yah 😀
kebanyakan gaya? merasa tertekan nggak? 😀
Nggak juga sih bang. Hahahaha
😀
Saya selalu mencoba utk bisa mencintai pelajaran ini, bahkan sampai sekarang, tapi entah kenapa kok ya gak mudeng2.
kalau saya sudah nggak bisa ya udah, saya pilih yang lain aja 😀