Pada suatu malam, saya dan Minyu sedang berada di dalam kamar. Tentunya bersama Sabiq. Lokasi kamar kami bisa dibilang dekat sekali dengan jalan umum. Mungkin hanya sekitar dua meter, jarak yang memisahkan tembok kamar kami dengan sisi jalan. Jalannya memang kecil namun cukup hidup. Ramai dilalui oleh pengguna jalan, baik pejalan kaki, pengendara sepeda motor, bahkan para pedagang keliling.
Karena posisi yang sangat dekat itu, kami bisa mendengar suara-suara para pengguna jalan yang lewat depan rumah. Terkadang, suara sepeda motor dan pedagang keliling yang meneriakkan dagangannya atau memukul alat yang menjadi ciri khasnya yang lewat membuat Sabiq yang sedang tertidur terkaget-kaget.
Malam itu, kami mendengar dua orang anak yang lewat depan rumah. Mungkin keduanya adalah sepasang kakak-adik karena salah seorang di antara mereka sempat menyebut kata “rumah kita”. Ketika lewat di depan rumah, keduanya sedang asyik ngobrol. Topiknya, tentang ketakutan salah satu dari merek kepada setan. Mungkin yang takut itu adalah sang adik.
Mendengar pengakuan tersebut, sang kakak dengan mantap berkomentar untuk menenangkan sang adik.
“Tenang, Allah itu lebih hebat daripada setan. Jadi nggak usah takut!”
Kira-kira seperti itulah kalimat sang kakak. Mungkin tidak sama persis. Namun memiliki inti yang sama.
Sebuah obrolan yang membawa kenangan saya ke masa lalu. Masa anak-anak. Kala itu, saya dan teman-teman sepermainan sering menjagokan superhero idola kami masing-masing.
Batman kalah sama Spiderman!
Spiderman kalah sama Hulk!
Hulk pasti kalah sama Megaloman!
Megaloman pasti kalah sama Superman!
Begitulah, kami saling ngotot tentang siapa superhero yang paling hebat. Tidak mau mengalah.
Lantas, kapan saling ngotot itu berhenti?
Semuanya akan berhenti jika salah satu di antara kami berkata ” semuanya kalah sama Allah!”
Sebuah obrolan anak-anak yang sebenarnya mengandung nilai-nilai ketauhidan. Sebuah pengakuan bahwa tidak ada satu makhluk pun yang bisa mengalahkan keperkasaan dan kekuatan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Allah yang Maha Kuat dan Maha Perkasa.
Namun kini, sepertinya pengakuan tersebut mulai luntur. Sering terselip pengakuan bahwa ada makhluk lain dalam bentuk apa pun yang lebih hebat daripada Sang Khaliq.
Wallaahu a’lam.
Tulisan Terkait Lainnya :
- Para Lelaki Masbuq
- Jika Tentang Rasa
- Bisa Jadi…
- Antara Ikhlas dan Buang Air Besar
- Tiga Orang Anak yang Bersalaman Selepas Shalat
- Membalas VS Memaafkan
- Kisah Rasulullah yang Kental dalam Pesan Moral Namun Rapuh dalam Validitas
- Dua Sisi Digital Lifestyle
- Strategi Sedekah
- Dhuha dan Tilawah Para Pengemban Amanah
Penanaman nilai tauhid sejak dini memang penting sekali ya Bang..
iya, mas. mungkin juga karena anak-anak masih suci dan bersih hati serta pemikirannya, makanya dialog seperti di atas terjadi.
iya, inget banget waktu kecil dulu suka eyel eyelan soal ginian, soal apapun deh. Senjata terakhir bawa nama Tuhan, pasti kalah semua. ^_^
ternyata punya pengalaman yg sama juga yah 😀
eh sama ternyata ya. “karo Alloh ampuh sapa?” gitu dulu kira-kira.
wah… idem juga ternyata
Di akhir tulisan sungguh mak jleb.
Makasih banyak ya, Bang 🙂
sama-sama, mas. semoga bermanfaat
makasih mas RIfky udah diingatkan lagi ^^
sama-sama, mbak
Terus terang aku kadang masih suka mendadak merinding terhadap hal-hal tertentu. *ya misalnya rumah tua tak berpenghuni, atau lorong yang gelaaap* walau gitu coba berfikiran lebih rasional, penjahat manusia lebih serem ketimbang setan. Lagian belum pernah ketemu setan juga haha
masing-masing sudah punya alamnya, mas 😀
Haha iya bener.
😀