Shopping, Sampo, dan Kemunkaran

sampo merek mawar

Sudah baca cerita tentang shopping yang saya lakukan minggu lalu beserta bonusnya? Kali ini saya juga mau cerita tentang shopping lagi yang saya lakukan di tempat beberapa bulan yang lalu.

Saat itu saya belanja sendiri karena Minyu sedang hamil besar. Barang yang saya beli di antaranya adalah sampo. Saya termasuk orang yang tidak fanatik dengan merek sampo. Biasanya saya beli yang paling murah atau yang sedang ada diskon. Tapi, sejak menikah dengan Minyu, saya ikut-ikutan menggunakan sampo yang digunakan Minyu. Sebut saja mereknya, Mawar. Kok kaya nama samaran buat korban pelecehan seksual yah? πŸ˜€

Minyu merasa cocok dengan sampo tersebut. Karena mengandung keratin. Rambutnya yang rontok berkurang semenjak menggunakan sampo Mawar tersebut. Saya pun ikut-ikutan menggunakannya, meskipun sempat kaget dengan aroma yang dikeluarkan oleh sampo Mawar tersebut. Aromanya khas.

Di saat saya mengambil salah satu varian dari sampo Mawar dari raknya, seorang perempuan yang berdiri tak jauh dari tempat saya memberikan komentar kepada teman di sebelahnya.

β€œKalau aku seh nggak suka pake sampo itu. Baunya!”

Mungkin saat itu suasana hati dan pikiran saya sedang dalam kondisi yang sejuk dan tenang. Karenanya, saya tak ambil pusing dengan komentar dari perempuan tersebut. Saya tetap memilih dan mengambil sampo tersebut. Lagi pula, saya tidak meminta dirinya untuk memberikan komentar atas sampo yang saya pilih. Pilihan saya tetap menjadi pilihan saya. Bisa jadi saya pilihan berbeda dengan pilihannya. Tak masalah, kan? Sebab tak ada yang merasa dirugikan dengan perbedaan pilihan sampo yang akan digunakan masing-masing.

Mungkin kejadiannya akan berbeda jika di saat perempuan itu memberikan komentar, hati dan pikiran saya sedang panas. Bisa jadi saya akan berkata, β€œMasbuloh?” kepadanya. Tentunya dengan mimik wajah mencari-cari masalah dan memancing keributan.

Bisa jadi, saya pernah melakukan hal yang sama. Berkomentar terhadap sesuatu padahal tidak pernah diminta untuk berkomentar. Bahkan komentar saya tersebut bisa menyinggung seseorang yang saya komentari. Padahal, komentar yang terlontar dari mulut saya tidak memberikan keuntungan atau manfaat bagi siapa pun, termasuk diri saya sendiri.

Lain lagi halnya jika apa yang terjadi di depan mata adalah sebuah tindakan kriminal atau kemunkaran. Maka komentar kita sangat diperlukan untuk mengubah atau menghilangkan kemunkaran tersebut. Komentar atau tindakan yang kita lakukan di saat itu adalah bukti kuat atau lemahnya iman dan kepedulian yang ada di dalam dada.

Dari Abu Sa’id Al Khudri radiallahuanhu berkata : Saya mendengar Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam bersabda: β€œSiapa yang melihat kemungkaran maka ubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka ubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu maka (tolaklah) dengan hatinya dan hal tersebut adalah selemah-lemahnya iman.” (Riwayat Muslim)

Terkadang, saya, atau mungkin kita, memberikan komentar di saat dan tempat yang kurang tepat. Saat tidak diperlukan malah dilakukan. Saat dibutuhkan malah diam seribu bahasa.

Wallaahu a’lam.


Tulisan Terkait Lainnya :

43 respons untuk β€˜Shopping, Sampo, dan Kemunkaran’

  1. limaumanes Januari 28, 2015 / 17:53

    Berpikir

  2. zilko Januari 28, 2015 / 18:04

    Ada saat yang baik untuk berkomentar, ada pula saat yang baik untuk kita diam ya πŸ™‚

    • jampang Januari 29, 2015 / 05:33

      iya. segala sesuatu harus ditempatkan secara sesuai… biar pas πŸ˜€

  3. Ryan Januari 28, 2015 / 19:04

    Kadang diam lebih baik ya mas.

    • jampang Januari 29, 2015 / 05:34

      tergantung sikon juga, mas.

      pernah baca quote yg bunyinya kurang lebih begini kan?

      “negara ini hancur bukan karena orang bodoh banyak bicara, tetapi karena orang pintar lebih memilh diam”

      • Ryan Januari 29, 2015 / 06:40

        Pernah mas. Bener juga sih.
        Diam atau bersuara. Diam atau bertindak. Semua tergantung sikon ya

      • jampang Januari 29, 2015 / 08:18

        iya. keduanya bisa lebih baik asal sikonnya tepat

  4. Gusti 'ajo' Ramli Januari 28, 2015 / 19:16

    Diam adalah solusi tepat jika mendengar komentar tersebut diatas..

    • jampang Januari 29, 2015 / 05:35

      untunglah saya melakukannya πŸ˜€

  5. damarojat Januari 28, 2015 / 19:42

    kok kayak suami saya ya, saya pake apa, dia ngikut hehehe…
    btw, terjemahan haditsnya ada typo dikit mas: ubahlah bukan rubahlah. πŸ™‚

    • jampang Januari 29, 2015 / 05:36

      lebih enak gitu soalnya mbak. kan fungsinya sama. kecuali ada yg gak cocok sama produknya πŸ˜€

      iyah, salah yah. terima kasih, sudah saya edit

  6. esti kristikasari Januari 28, 2015 / 20:33

    Masbuloh artinya apa ya mas? #seriusnanya πŸ˜€

    • jampang Januari 29, 2015 / 05:36

      singkatan dari masalah buat loe(h), mbak πŸ˜€

      • esti kristikasari Januari 29, 2015 / 06:23

        Ooh..bisa ditiru nih πŸ˜€

      • jampang Januari 29, 2015 / 08:17

        πŸ˜€
        saya tahunya dari iklan. mbak

  7. Faris Januari 29, 2015 / 07:04

    Saya gak mau berkomentar kalau masalah pilihan orang, takut nyinggung.. ahaha

    • jampang Januari 29, 2015 / 08:18

      ya kalau ngagak ada efeknya buat kita atau orang2 di sekitar kita ya gak masalah πŸ˜€

      • Faris Januari 29, 2015 / 08:51

        Iya, tapi kalau teman saya akan komen mengenai produknya bukan selera nya. Kan ada tu produk yang berbahaya tapi iklan nya mempesona. haha

      • jampang Januari 29, 2015 / 09:00

        bagusnya seh ditegur. cuma kadang, seperti saya, orangnya masih nggak enakan. padahal produk itu kan selain membahayakan dirinya juga membahayakan orang lain

        tadi komentar tentang lagi di blog mas koq komentarnya nggak muncul yah? apa dimoderasi? nggak ada notif gitu juga

      • Faris Januari 29, 2015 / 09:10

        Nah, kalau menegur saya masih kepada teman dan kerabat.. hehe

        saya gak ada pake moderasi mas, mungkin kejerat akismet.. Akismet lagi bodoh-bodoh nya sekarang, 😦

      • jampang Januari 29, 2015 / 09:22

        mudah2an yang ditegur bisa memperbaiki diri untuk kepenting besama yah.

        ooh… mungkin kali yah

  8. dianryan Januari 29, 2015 / 08:58

    “trus salah gua, salah temen2 gua kalo pilihan shampo gua beda sama loe” komen edisi AADC

    • jampang Januari 29, 2015 / 21:46

      πŸ˜€
      itu balasan versi lebih panjang ya, mbak

  9. winny widyawati Januari 29, 2015 / 10:59

    Ibu itu ngira bang Rifky nggak dengar kali ya duh kalo tahu mungkin malu udh komen yg menyinggung

    • jampang Januari 29, 2015 / 11:20

      sepertinya seh dengar, teh. jaraknya cuma dua atau tiga langkah πŸ˜€

  10. Okti D. Januari 29, 2015 / 11:41

    Pengakuan: masih sering suka ngomong sembarangan tanpa mikir gimana perasaan orang, begitu nyadar langsung pengen ngelakban mulut >_<

    • jampang Januari 29, 2015 / 11:58

      πŸ˜€
      manusiawi seh, tapi ya… dikurangi. saya juga lagi belajar ngerem

  11. Dyah Sujiati Januari 29, 2015 / 12:34

    Jadi itu shampo penyebab kemungkaran ya? Huahaha

    • jampang Januari 29, 2015 / 14:32

      aduh…. ketawanya jangan lebar2 gitu donk. ora elok

  12. rianamaku Januari 29, 2015 / 13:15

    Kadang untuk mengerem mulut pedas aku yang agak susah sesusah ngurusin badan.

  13. rianamaku Januari 29, 2015 / 13:15

    Kadang untuk mengerem mulut pedas aku yang agak susah sesusah ngurusin badan.

    • jampang Januari 29, 2015 / 14:32

      πŸ˜€
      iya yah… saya mau ngurusin badan juga susah

      • faziazen Februari 2, 2015 / 14:11

        bang Jampang makmur berarti
        cocok ama masakannya mbak Minyu πŸ˜€

      • jampang Februari 2, 2015 / 14:52

        πŸ˜€
        emang bawaan kali yah… punya bodi gemuk

      • faziazen Februari 2, 2015 / 15:00

        hehehhe
        sampai ada yang bikin meme (maaf ya Bang)
        orang pajak itu serba salah
        kaya, makmur, dibilang korupsi
        miskin dibilang bodoh

      • jampang Februari 2, 2015 / 15:31

        kalau meme itu saya udah lihat mbak πŸ˜€

  14. zizadesita Januari 31, 2015 / 08:11

    Biasanya komentator “merasa” lebih pintar dari pemain sepakbola.
    #ni nyambung gak sih?
    Gaya komentar atau bertindak mengingatkan kalo pas melihat kemunkaran juga harus hati-hati, ada adabnya juga kan ya?

    • jampang Januari 31, 2015 / 22:46

      yup. ada adabnya juga, seperti tidak di depab banyak orang

  15. faziazen Februari 2, 2015 / 14:10

    iya betul..berkatalah baik atau diam

    • jampang Februari 2, 2015 / 14:30

      yup. begitu ajaran Rasul kita

  16. capung2 Februari 8, 2015 / 11:06

    bener.. masbulloh aja deh.. he2X πŸ˜€

    • jampang Februari 8, 2015 / 17:51

      gara2 ada di iklan, mas. tapi sekarang udah nggak lihat lagi iklannya

Tinggalkan jejak anda di sini....

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s