Dahlia : Derita Cinta Pertama

derita cinta pertama

Pada suatu titik perjalanan hidupnya, seorang anak manusia akan merasakan jatuh cinta untuk kali pertama. Mungkin ada yang sudah pernah mencicipinya. Namun ada pula yang belum pernah mengecapnya, sebab titik waktu itu belum dijumpainya.

Bagi sebagian orang, merasakan bahagia berkepanjangan karena belahan jiwa yang selalu mendampinginya hingga saat ini adalah cinta pertamanya. Sementara bagi sebagian yang lain, cinta pertama mereka entah pergi ke mana. Cinta tersebut kemudian digantikan oleh cinta yang dibawa oleh orang lain yang bersedia mengisi ruang kosong di bilik hatinya. Mereka pun menjalaninya dengan bahagia.

Terkadang, nama yang tertulis di hati, tak bisa tertulis di lembaran buku nikah. Namun hidup bahagia, kitalah yang menentukan dalam bentuk sebuah keputusan. Keputusan untuk bahagia atau tidak. Lalu menjalankannya

Ketika saya dalam proses perkenalan dengan seorang perempuan yang kini menjadi pendamping hidup saya, saya mengirimkannya sebuah surel  yang cukup panjang yang berisi pandangan saya tentang sebuah pernikahan. Saya mengirimkan surel tersebut untuk menyasap keraguan dan memberikan pengertian kepadanya tentang pernikahan.

Di dalam surel tersebut saya menjelaskan beberapa poin. Di antaranya, saya menjelaskan bahwa dirinya bukanlah perempuan pertama yang mengisi bilik di hati ini. Namun karena pernikahan tidak berbicara tentang masa lalu, melainkan masa depan, maka saya tidak akan mengungkit-ungkit cerita masa lalu saya kepadanya. Termasuk menceritakan tentang pengalaman cinta pertama saya. Saya melakukan itu untuk menjaga hatinya agar tak terluka. Bagaimanapun juga, sejak detik pertama ijab-qabul telah terucap, saya hidup bersamanya. Bukan perempuan lain dari masa lalu saya.

Karenanya, untuk mengikuti “My First Love Giveaway” ini, saya tidak akan menceritakan pengalaman cinta pertama saya. Saya akan menceritakan pengalaman cinta pertama seseorang yang pernah berbagi kisahnya kepada saya. Untuk selanjutnya, biarlah seseorang tersebut yang menceritakan pengalamannya kepada Anda.

—o0o—

Namaku Dahlia. Aku sama seperti kebanyakan perempuan seusiaku. Pernah mengalami yang namanya jatuh cinta pertama kali.

Jika ada yang mengatakan bahwa jatuh cinta pertama kali itu tidak pernah mati, maka itu ada benarnya. Sebab aku masih menyimpan kelopak bunga cinta yang pertama kali tumbuh di taman hatiku hingga kini. Jika ada yang menyatakan bahwa cinta pertama itu berjuta rasanya, maka seperti itu yang kurasakan pada saat itu. Namun cinta pertama yang tak pernah mati tersebut selalu membawaku ke dalam sebuah duka. Rasa yang berjuta indahnya itu, pada akhirnya mengantarkanku pada sebuah derita tanpa akhir.

Aku jatuh cinta untuk pertama kali bukan pada pandangan pertama. Sebab hingga kini, aku belum pernah bertemu muka dengan sosok lelaki yang pertama kali membuat hatiku jatuh cinta. Sebut saja namanya, Adrian.Perkenalanku dengan Adrian bermula di dunia maya. Dia menyapaku terlebih dahulu melalui aplikasi chatting. Mengajak berkenalan. Lalu obrolan kami berlanjut, dari hari ke minggu, minggu ke bulan. Obrolan yang semula kami lakukan hanya di chatting, mulai beralih ke telepon. Kami banyak bertukar cerita, baik suka maupun duka, gembira maupun sedih. Kami pun saling berkirim foto diri.

Hingga di suatu masa, komunikasi kami terputus beberapa waktu. Adrian tak lagi menghubungiku baik melalui chatting, email, maupun telepon. Kucoba untuk menghubunginya melalui semua media komunikasi yang ada. Namun hasilnya nihil. Aku tak bisa mendapatkan kabar dan berita tentang keberadaan Adrian. Aku pun mulai mengkhawatirkan dirinya.

Kurasakan, ada sesuatu yang hilang di dalam duniaku. Hari-hariku yang semula penuh ceria, berubah menjadi mendung kelabu. Kurang lebih selama seminggu aku tak mengetahui bagaimana keadaan Adrian.

Di hari kedelapan, tiba-tiba handphoneku berbunyi. Nama Adrian tertera di layar. Kegembiraanku meluap. Langsung kutekan tombol untuk menerima telepon darinya.

“Kamu ke mana aja?” Tanyaku sambil mencoba menguasai degup jantungnya yang mendadak menjadi cepat.

“Enggak ke mana-mana, kok!” Jawabnya dari seberang telepon seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

“Terus, kenapa gak menghubungi aku. Dihubungi juga nggak bisa?” tanyaku lagi.

“Memangnya, ada apa?”

Aku terdiam seribu bahasa. Aku tak bisa menjawab pertanyaan Adrian. Aku bingung.

“Apa yang kau rasakan selama seminggu ini, Lia?” Adrian kembali bertanya.

“Aku… merasa sakit. Tersiksa. Aku hanya ingin membaca SMS, email, atau mendengar suaramu di telepon. Tapi nggak bisa,” hanya itu kalimat jawabanku.

“Kau tahu apa namanya perasaan itu?”

“Nggak tahu.”

“Itu rindu namanya.”

“Benarkah?” Tanyaku tak percaya. Bagaimanapun aku belum pernah merasakan apa yang saat itu kurasakan.

“Ya!” Adrian meyakinkanku. “Dan selanjutnya, kau akan merasakan cinta.”

Aku jatuh cinta? Benarkah aku cinta?

Setelah berpikir, kuyakinkan diriku, bahwa aku jatuh cinta. Jatuh cinta untuk pertama kali kepada seorang lelaki. Adrian, dialah lelaki itu.

Jatuh cinta, berjuta rasanya. Katanya sih begitu. Dan aku merasakan hari-hariku selanjutnya dengan jutaan rasa yang sebelumnya tak pernah kurasakan di hari-hari sebelumnya.

Hubunganku dengan Adrian terus belanjut. Perlakuannya membuatku merasa bagai seorang putri raja. Perhatiannya membuatku merasa menjadi seseorang yang sangat penting bagi dirinya. Hanya satu yang masih terasa kurang. Kehadiran dirinya yang nyata di hadapanku.

“Aku akan menemuimu, Lia. Aku juga akan menemui keluargamu. Aku akan datang untuk melamarmu!”

Jantungku seakan berhenti berdetak saat mendengar jawaban Adrian saat kuminta untuk bertemu. Aku hampir tak percaya dengan pendengaranku sendiri.

“Hari Sabtu depan, aku akan berangkat dari Surabaya ke Jakarta.”

Aku bahagia. Kusampaikan rencana Adrian tersebut kepada kedua orang tuaku.

“Lia, aku dalam perjalanan ke Jakarta. Aku naik kereta dari Surabaya. Kemungkinan Minggu siang aku baru tiba di rumahmu.”

Minggu pagi itu, aku dan keluargaku sudah memulai persiapan menyambut kedatangan Adrian. Di ruang utama, sofa dan meja kutata kembali. Sementara di dapur, ibu sedang memasak beberapa menu untuk santap siang bersama.

Bagaimana perasaanku hari itu? Sungguh, kurasakan kegembiraan dan kebahagiaan yang teramat sangat. Taman di hatiku penuh dengan bunhga-bunga.

Menjelang tengah hari, semua persiapan telah selesai. Aku duduk di sofa ruang utama untuk melepas lelah. Kubayangkan bagaimana pertemuanku nanti dengan Adrian untuk pertama kali. Tanpa kusadari, aku tersenyum sendiri. Selanjutnya, aku hanya tinggal menunggu kedatangan Adrian. Kurasakan perjalanan waktu berdetik begitu lambat.

Lewat tengah hari, Adrian belum datang. Kabarnya pun tak terdengar. Hingga langit senja berubah menjadi gelap, Adrian masih belum menampakkan diri. Berulang kali kucoba menghubungi handphone Adrian, tapi tak pernah bisa dihubungi.

Senyum di wajahku yang selalu mengembang sejak pagi tadi, telah berubah menjadi guratan lelah penantian. Tak berapa lama kemudian, kurasakan butiran-butiran bening mengalir dan menyungai dari kedua sudut mataku. Aku terisak, lalu menangis sejadi-jadinya.

Letih menangis, aku tertidur. Di dalam hati kecilku, aku berharap bahwa apa yang baru saja terjadi adalah sebuah mimpi belaka dan segera terbangun. Namun harapanku itulah justru mimpi. Aku tak pernah bertemu dengan Adrian. Mungkin dirinya tertelan bumi, atau terseret arus ke samudera, atau tertiup angin kencang hingga ke langit hampa.

Waktu terus berjalan. Ketika luka di hatiku hampir sembuh, datang seorang lelaki dalam kehidupanku. Ardian, namanya. Ah, nama itu membawa ingatanku kembali dengan sosok Adrian. Cinta pertamaku.

Setelah berkenalan dan beberapa kali bertemu muka untuk sekedar bicara ringan, Ardian meminta untuk bertemu dengan kedua orangtuaku untuk melamarku.

Sempat terlintas dalam pikiranku bahwa Ardian adalah wujud sebenarnya dari Adrian. Jelas itu tidak mungkin. Mereka berdua adalah sosok yang berbeda. Adrian bukanlah sosok yang nyata. Sementara Ardian sangat nyata.

Siangkat cerita, keluargaku menerima lamaran Ardian. Beberapa bulan kemudian, kami melangsungkan pernikahan.

Lantas apakah aku bahagia hidup bersama Ardian?

Aku bahagia. Namun kebahagiaanku tidak berlangsung lama. Apa yang kuharapkan dari seorang Ardian tidaklah semuanya terealisasi. Dia tidak seromantis dan sehangat Adrian. Perhatiannya kalah jauh dibandingkan dengan Adrian. Yang terjadi selanjutnya adalah pertengkaran dan pertengkara. Selanjutnya, aku merasa, kehidupan rumah tanggaku seolah-olah hampa. Tanpa rasa. Hanya sebuah status belaka.

Benarkah cinta pertama itu tidak pernah mati? Benarkah aku masih saja memupuk rasa cinta kepada Adrian dengan terus membayangkan kehangatan, perhatian, dan keromantisannya terwujud dari sosok Ardian?

Sepertinya ada yang salah dengan diriku, hatiku, dan perasaanku.  Aku masih saja menyimpan sosok Adrian, cinta pertamaku, di dalam ruang hatiku. Sementara Tuhan telah mengirimkan sosok lelaki yang jauh lebih tepat untukku, Ardian, yang dengan sepenuh hati mencintaiku dan menyayangiku setulus hati.

Aku harus melakukan sesuatu. Aku harus menghapus cinta pertamaku. Aku harus melenyapkan Adrian yang nyata-nyata tak pernah kulihat sosoknya melainkan suara dan susunan aksara yang dikirimnya. Meskipun apa yang dia lakukan sangat menyenangkan hatiku, nyatanya, aku tak lagi bersama dia. Aku harus melupakannya agar aku tidak lagi membanding-bandingkan Ardian dengan dirinya. Aku harus melakukannya untuk menyelamatkan rumah tanggaku. Jika tidak, maka aku yang akan terus menderita. Derita karena cinta pertama yang terputus di tengah jalan.

aku tak suka selalu saja
kau sebut-sebut namanya saat kita bicara
aku tak ingin, tak ingin mendengarnya
kau bawa-bawa namanya saat berdua denganku

maafkan aku membuatmu tak suka
karena aku tlah denganmu
bukan maksudku membuatmu berfikir
apakah aku pelarianmu saja

tak akan lagi, takkan terulang lagi ooh
membawa-bawa namanya saat berdua denganmu

maafkan aku membuatmu tak suka
karena aku tlah denganmu
bukan maksudku membuatmu berfikir
apakah aku pelarianmu saja

maafkan aku bila kau tak suka
maafkan aku membuatmu tak suka, aku tlah denganmu
bukan maksudku (bukan maksudku) membuatmu berfikir
apakah aku pelarianmu saja *)

*) Lirik Lagu “Aku Tlah Denganmu” yang dibawakan oleh Ari Lasso (feat. Ariel Tatum)


Tulisan Terkait Lainnya :

42 respons untuk ‘Dahlia : Derita Cinta Pertama

  1. kurniawanrzky Februari 2, 2015 / 13:52

    erkadang, nama yang tertulis di hati, tak bisa tertulis di lembaran buku nikah.

    nyessss :’)

    • jampang Februari 2, 2015 / 13:56

      ya… terkadang kan memang begitu 😀

      sabar… sabar…

    • dani Februari 2, 2015 / 15:33

      Saya juga langsung terperangkap oleh kalimat ini Teh. Hihihi

      • jampang Februari 2, 2015 / 16:03

        😀

    • dani Februari 2, 2015 / 15:34

      Eh maap salah. Kang maksud saya. Hahaha.

      • kurniawanrzky Februari 2, 2015 / 15:57

        mukaku keliatan feminim kah? T_T

      • dani Februari 2, 2015 / 16:03

        Terlalu cepat ketiknya tadi. Maap yaa… 😀

      • dani Februari 2, 2015 / 16:04

        Terlalu cepat ketiknya tadi. Maap yaa….. 😀

      • jampang Februari 2, 2015 / 16:05

        emangnya tadi ngebayangin siapa, mas?

      • dani Februari 2, 2015 / 16:10

        Tadi hbs ngobrol ama Teteh di kantor Bang. Haha…

      • jampang Februari 2, 2015 / 16:27

        ooooo…. ya… ya

  2. limaumanes Februari 2, 2015 / 14:17

    Bang semoga menang juara 1. Hadiahnya buat istri 😀

    • jampang Februari 2, 2015 / 14:52

      terima kasih… terima kasih

  3. ahsanfile Februari 2, 2015 / 14:23

    Asemmm…. ini fiksi yaa ?
    kirain cerita beneran ..

    • jampang Februari 2, 2015 / 14:53

      bukan fiksi. beneran koq

  4. ysalma Februari 2, 2015 / 15:46

    Jadi ingat sama yang tertulis dihati hahaha,
    semoga menang di GA-nya 🙂

  5. Ryan Februari 2, 2015 / 15:50

    Moga menang ya mas

  6. tinsyam Februari 2, 2015 / 16:26

    jatuh cinta sama surel.. (iihh lama ga baca katakata surel)

    • jampang Februari 2, 2015 / 16:35

      jadinya saya pake lagi istilahnya, mbak 😀

  7. zilko Februari 2, 2015 / 17:23

    Ceritanya keren banget!!! 😀

  8. zizadesita Februari 2, 2015 / 18:48

    Perasaan memang lebih sering menguasai kehidupan daripada logika, makanya banyak yg masih stuck, blm bisa move on.
    Padahal belum tentu dia yg tak ada itu lebih baik.

      • zizadesita Februari 2, 2015 / 21:03

        Ah, ini juga saya omdo kok.
        Wong masih sering gagal move on.
        😝

      • jampang Februari 2, 2015 / 21:20

        😀
        kalau itu saya kurang tahu

  9. Faris Februari 2, 2015 / 21:34

    Btw, saya ingin nantinya yang tertulis di hati begitu juga yang tertulis di Buku nikah..
    hahaha
    semoga,

    • jampang Februari 2, 2015 / 21:36

      itu lebih baik 😀
      mengaminkan

      • Faris Februari 2, 2015 / 21:47

        Aamiin.. hehehehe

  10. irowati Februari 2, 2015 / 21:36

    Semoga Dahlia bisa melupakan Adrian yang maya…
    Dan mereguk bahagia bersama Aadrian yang nyata…

    • jampang Februari 2, 2015 / 22:12

      seharusnya memang begitu, mbak

  11. ade anita Februari 2, 2015 / 22:05

    Wah. Udah mirip cerpen banget ini. Asyik.
    Jadi inget lagu jadul “kau bukan yang pertama tapi pasti yang terakhir.” (*lagu utha likumahua)

    • jampang Februari 2, 2015 / 22:13

      terima kasih, mbak.
      sepertinya saya pernah denger juga lagu itu

  12. faziazen Februari 3, 2015 / 13:21

    jadi ingat lirik lagu
    Satu jam saja kutelah bisa cintai kamu;kamu;kamu di hatiku
    Namun bagiku melupakanmu butuh waktuku seumur hidup

    • jampang Februari 3, 2015 / 14:09

      itu lagu nggak bisa move on yah 😀

      • faziazen Februari 4, 2015 / 08:02

        iya 😀

      • jampang Februari 4, 2015 / 08:42

        ketahuan seh dari liriknya

  13. Dyah Sujiati Februari 3, 2015 / 15:17

    Terkadang, nama yang tertulis di hati, tak bisa tertulis di lembaran buku nikah ~>
    Wakakak

    Deg-degan banget bacanya, ternyata beneran nggak jadi datang.

    Apa itu sungguh kisah nyata?

  14. Virgorini Dwi Fatayati Februari 9, 2015 / 16:48

    Jadi penasaran, sebenarnya Adriannya kemana? Apakah gak bisa dilacak?

    • jampang Februari 9, 2015 / 22:13

      nggak bisa, mbak. nggak ketemu. semua informasi tentang dirinya sepertinya palsu

Tinggalkan Balasan ke jampang Batalkan balasan