My Dearest Syaikhan : Ketika Dirimu Sakit

syaikhan & abi 3Assalaamu ‘alaikum wa rahmatullaahi wa barakatuh

Syaikhan, Abi sudah banyak bercerita tentang kisah kebersamaan kita dalam surat-surat sebelumnya. Bahkan, beberapa di antara cerita kebersamaan kita ada yang Abi ikutkan dalam sebuah lomba dan kemudian terpilih menjadi salah satu cerita terbaik. Dua di antaranya adalah cerita ketika dirimu mulai belajar berjalan dan cerita kita bersama hujan. Hampir semua kisah kebersamaan kita adalah kisah yang membahagiakan. Kini, di surat kali ini, Abi akan bercerita tentang kebersamaan kita di masa-masa yang kurang menyenangkan. Masa-masa ketika dirimu jatuh sakit.

Syaikhan, siapa pun manusia di muka bumi ini pernah merasakan yang namanya sakit. Abi pernah sakit. Ummi pernah sakit. Dirimu pun pernah sakit.

Sakit memang tidak menyenangkan bagi yang menderita dan akan membuat orang-orang di sekitarnya ikut bersedih. Namun, sakit juga merupakah makhluk yang diciptakan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Segala sesuatu yang Allah ciptakan pasti tidak akan pernah sia-sia. Termasuk sakit.

Dalam sakit, pasti ada pembelajaran yang bisa diambil oleh seseorang ketika dirinya jatuh sakit. Belajar untuk menghargai nikmat kesehatan dengan memanfaatkannya sebaik-baik mungkin dan menjaga agar diri tetap selalu dalam keadaan sehat sebagai tanda syukur adalah dua pelajaran yang bisa diambil. Abi berharap, dirimu bisa mengambil pelajaran itu, tetapi Abi berdoa agar dirimu selalu dalam keadaan sehat wal afiyat,

Dalam ingatan Abi, sakit yang pertama kali kamu derita adalah pilek. Saat itu usiamu baru dua minggu. Abi yang menjadi penyebabnya. Abi yang saat itu sedang pilek selalu ingin berdekatan denganmu. Ingin selalu menciummu, sebab Abi senang melakukannya. Namun Abi tidak memikirkan dampaknya bagi kesehatanmu. Akhirnya, kamu pun tertular.

Saat itu tak mungkin memberikanmu obat. Usiamua dua minggu. Hanya ASI yang masuk ke tubuhmu. Setelah beberapa hari pilekmu tak kunjung hilang, akhirnya Abi dan Ummi berkonsultasi dengan dokter anak untuk mencari tahu apa yang harus kami lakukan demi kesembuhanmu.

Diuap. Itulah yang disarankan dokter. Itu pula yang Abi dan Ummi lakukan. Entah sekali, dua kali, atau tiga kali, kami membawamu ke rumah sakit di mana dirimu dilahirkan untuk diuap. Syukur Alhamdulillah, perlahan tapi pasti, pilek yang kamu derita sembuh beberapa hari kemudian.

Beberapa bulan kemudian, di suatu malam di bulan Oktober 2008, tubuhmu demam. Suhu tubuhmu mencapai 38,8 derajat celcius. Ummi meminta Abi untuk menelpon dokter. Setelah memberikan informasi tentang keadaanmu, dokter menyarankan untuk mengompresmu dengan air hangat dan selalu memberimu ASI.

Setelah dikompres dengan air hangat dan menyusu, suhu badanmu sedikit menurun. Namun malam itu, tidurmu tidak begitu nyenyak. Kamu terbangun beberapa kali.

Keesokan harinya, suhu badanmu juga belum stabil, masih naik turun. Yang menambah ketidaknyamanan dirimu, bahkan ketika kamu minum ASI, adalah pilek yang datang kembali dan menyumbat hidungmu sehingga kamu sulit bernapas. Abi kembali menelpon dokter menanyakan apakah ada obat pilek yang dianjurkan untuk bayi seusiamu. Dokter tidak mau memberi obat, beliau malah menyarankan agar dirimu kembali diuap seperti ketika diusiamu baru dua minggu.

Kami membawamu ke Rumah Sakit Hermina untuk diuap. Alhamdulillah setelah diuap, suhu tubuhmu relatif stabil. Malam harinya pun kamu bisa tidur dengan nyenyak. Dan sebelum tidur, kamu menemani Abi sambil ngoceh dan bermain sendiri.

Syaikhan, sakit terparah yang pernah kamu alami mungkin adalah ketika usiamu sembilan bulan. Selama beberapa hari, gerak-gerikmu tidak selincah dan seceria hari biasanya. Kamu terserang sakit kembali. Selain diduga terserang cacar, kamu juga kembali terserang batuk dan pilek. Akibatnya, tidurmu tidak nyenyak dan sering terbangun karena susah bernapas.

Bila melihat Abi, kamu selalu merengek dan minta digendong. Padahal biasanya kamu lebih suka bergerak ke sana kemari di atas tempat tidur atau berdiri berpegangan bagian tepi tempat tidurmu. Setelah Abi bertanya kepada dokter, imunisasi campak yang harus dilakukan di bulan itu harus ditunda, karena kondisi kesehatanmu tidak mendukung.

Syaikhan, demam yang menyerangmu datang dan pergi hingga usiamu menjelang sepuluh bulan. Dokter menyarankan agar dirimu menjalani tes darah untuk mengetahui penyebab sakit yang kamu derita. Hasilnya, kadar leukosit dalam darahmu sangat tinggi. Bintik-bintik merah di tubuhmu ternyata bukan cacar, tetapi gangguan virus. Suhu tubuhmu yang tinggi diduga karena terjadi infeksi di saluran kencing sehingga dokter menyarankan agar kamu segera dikhitan.

Dokter yang memeriksamu cukup yakin atas sarannya dan langsung memberikan Abi selembar surat surat pengantar ke dokter bedah untuk segera dilakukan khitan. Sebab jika tidak dikhitan, kamu akan terserang demam lagi setelah obat dan antibiotik habis diminum.

14 Maret 2009, selepas sholat Zhuhur Abi langsung menuju rumah sakit Tebet untuk mengkonfirmasikan janji dengan dokter yang sudah Abi lakukan sehari sebelumnya. Ternyata, janji konsultasi yang seharunya pukul satu siang diundur hingga pukul tiga karena sang dokter sedang melakukan operasi di rumah sakit lain.

Sekitar pukul tiga kurang, Abi, Ummi, dan kamu berangkat ke rumah sakit Tebet. Alhamdulillah tak lama setelah konfirmasi ke bagian pendaftaran, dokter bedahnya datang. Setelah mengecek beberapa berkas di mejanya, dokter segera memanggil namamu yang mendapatkan nomor antrian satu.

Setelah dilakukan cek fisik, dokter menemukan hal yang mungkin menjadi penyebab sakit yang kamu derita. Dokter menemukan adanya kejanggalan di ujung kemaluanmu. Keputusan diambil, dirimu segera dikhitan.

Kamu tertidur dalam gendongan Abi selama menunggu kesiapan ruangan. Haus dan lapar mungkin yang kamu rasakan karena dokter meminta agar Abi dan Ummi tidak memberimu makan dan minum hingga proses khitan dilakukan.

Setelah menunggu beberapa saat, ruangan operasi telah siap. Abi baringkan tubuhmu di atas tempat tidur. Untuk mencegah agar tidak bergerak, tubuhmu dililitkan selimut. Mulai saat itulah, dirimu menangis. Mungkin kamu mulai merasa tidak nyaman karena biasanya bebas untuk bergerak.

Lama kelamaan, tangismu semakin kencang. Abi mencoba menghiburmu dengan berbagai cara, namun tidak berhasil. Keringat mulai mengucur membasahi kepala dan dahimu. Akhirnya Abi mencari benda untuk mengipasimu.

Entah berapa lama proses operasi itu berlangsung. Yang jelas, operasi tersebut akhirnya selesai juga. Alhamdulillah.

Tangisanmu belum sepenuhnya berhenti. Efek khitannya mungkin baru akan kamu rasakan setelah pengaruh bius lokal menghilang. Kamu harus selalu digendong dan ditunjukkan sesuatu yang baru agar tangismu reda.

Syaikhan, selama beberapa hari, tangisanmu kembali terdengar, ketika Abi atau Ummi membersihkan dan mengoleskan salep di ujung kemaluanmu. Ada rasa ngilu yang Abi rasakan ketika membersihkan hasil operasi khitan tersebut.

Alhamdulillah, selang beberapa hari kemudian, kamu sudah bisa dipakaikan diaper, sehingga pipismu tidak kemana-mana dan sudah beraktifitas seperti biasanya. Sembuh dari khitan, kamu pun sudah tidak pernah lagi terserang panas atau demam yang tinggi seperti sebelumnya. Kalau pun kamu terserang demam, itu hanya demam biasa. Alhamdulillah, dengan memberimu obat yang dibeli di apotik, demammu sembuh.

Syaikhan, di bulan Juni 2011, kamu jatuh sakit. Entah apa penyebabnya, Abi tak tahu pasti. Yang jelas, selama beberapa hari kondisimu tak bersemangat. Lemas. Kamu hanya tidur-tiduran saja di atas tempat tidur.

Makanmu sulit. Makanan apa pun yang ditawarkan selalu kamu tolak. Hanya air minum dan agar-agar saja yang bisa kamu nikmati. Kamu tidak mau memakan jenis makanan lainnya. Setiap makanan yang ditawarkan kepadamu, selalu kamu jawab dengan kalimat “Ndak enak, Bi!”

Ketika Abi mengajakmu bermain, kamu selalu menolak dengan alasan “Syeya awu bobo!” atau “Cape, Bi!” Mungkin karena kurangnya asupan makanan ke perutmu sehingga dirimu kurang tenaga dan kurang semangat untuk melakukan aktifitas seperti biasanya, bahkan untuk bermain game di handphone pun dirimu tak juga bersemangat seperti biasanya. Untuk menemanimu Abi memutuskan untuk tidak bekerja penuh di kantor.

Karena kondisimu tidak membaik, akhirnya Abi memutuskan untuk membawamu ke dokter.

Radang tenggorokan. Itu yang dikatakan dokter setelah memeriksa kondisimu. Syukur alhamdulillah, setelah meminum obat yang yang diresepkan dokter, perlahan namu pasti, kondisimu membaik. Kamu ceria lagi dan bersemangat lagi.

Syaikhan, di usia tiga tahun sebelas bulan, kamu kembali jatuh sakit.

Malam itu, tepatnya tanggal 1 Mei 2012, sekitar pukul delapan, kamu sudah tertidur. Padahal di hari-hari biasa, kamu baru tidur sekitar pukul setengah sepuluh malam. Kondisi tersebut Abi manfaatkan untuk mengerjakan pekerjaan berupa mengoreksi lembar jawaban dari peserta diklat yang penyerahan hasilnya jatuh tempo keesokan harinya.

Baru beberapa lembar jawaban soal yang Abi koreksi, terdengar suara rintihanmu dari dalam kamar. Abi tinggalkan pekerjaan untuk melihatmu di dalam kamar. Kedua matamu masih terpejam. Tetapi tidurmu gelisah tidak bisa diam. kamu terihat sering menggaruk-garuk kepalamu. Abi juga melihat kedua telingamu memerah. Begitu juga dengan bagian pipi di dekat kedua telingamu.

Abi mengipasimu dengan kipas sambil mengusap-ngusap bagian tubuhmu yang sebentar-sebentar kamu garuk dengan tanganmu. Entah berapa lama Abi melakukannya, yang pasti Abi pun ikut tertidur.

Sekitar pukul tiga dini hari, Nenek membangunkan Abi dan memberitahukan bahwa kamu terbangun sejak pukul dua dalam keadaan gelisah dan tidak bisa tidur kembali. Abi keluar kamar dan mendapatimu sedang berbaring di atas sofa.

Abi gendong untuk menidurkanmu kembali. Tak lama kemudian, kamu meminta tidur di dalam kamar. Abi kemudian membawamu ke dalam kamar, mengipasimu, dan mengusap-usap bagian tubuh yang kamu minta. Kamu pun akhirnya tertidur. Sementara Abi melanjutkan pekerjaan yang tertunda.

Pagi harinya, Abi berangkat bekerja dan meninggalkanmu di rumah bersama Nenek dan Kakek. Kondisi tubuhmu saat Abi berangkat masih terasa hangat di bagian kepala, leher, dan perut. Sedangkan suhu di kakimu normal. Sementara di bagian keningmu, Abi melihat beberapa bentol cukup besar dan kulit di sekitarnya berwarna merah.

Sekitar pukul setengah empat sore, Abi menelpon untuk bicara denganmu. Telepon diterima oleh Nenek yang langsung mengabarkan bahwa kamu tidak bisa ditinggal karena selalu minta diusap-usap di beberapa bagian tubuhmu. Kakek dan Nenek secara bergantian mengusap-usap tubuhmu.

Dalam perjalan pulang, Abi membelikanmu kelapa ijo dan susu yang mungkin bisa memngurangi rasa sakitmu..

Tiba di rumah, Abi melihat dirimu sedang tiduran di atas sofa sambil menonton film. Abi melihat sendiri apa yang sebelumnya Nenek ceritakan tentang kondisimu. Abi langsung memintamu untuk meminum susu atau air kelapa yang Abi bawa. Kamu mau, tapi hanya satu dua teguk. Selanjutnya kamu menolak dan tidak mau minum lagi.

“Syehan nda kuat, Bi!” Ucapmu dengan nada lemah.

Anehnya, ketika kamu mengajak Abi bermain “berantem-beranteman”, kamu tetap bersemangat meskipun dalam posisi duduk. Begitu juga ketika kita berdua bersama-sama memainkan gameboy sambil mengingat-ingat kejadian semalam di mana kamu bermaksud mengusap-usap kepalamu yang gatal tetapi malah menggaruknya. Mendengar cerita Abi itu, kamu tertawa keras seolah-olah tidak merasakan sakitmu.

Abi usap kepalamu yang masih terasa panas. “Syaikhan, kepalanya sakit?”

Kamu menjawab dengan menggeleng sebagai pertanda tidak merasakan sakit di kepalamu.

Malam harinya, kamu tidur dengan lebih tenang. Hanya sekali terbangun untuk minta dikipasi untuk kemudian tidur kembali.

Keesokan harinya, ketika bangun, merah-merah dan bentol-bentol di wajahmu sudah menghilang. Hanya matamu yang masih terlihat masih bengkak dan kepalamu masih terasa hangat. Makanmu yang agak sulit. Hanya dua suapan yang masuk ke mulutmu, suapan berikutnya langsung kamu tolak.

Sekitar pukul setengah sepuluh, Abi menelpon rumah dari kantor dan langsung diterima olehmu.

“Syaikhan masih sakit?” Tanya Abi.

“Udah nda, Bi. Cuma gatal dikit.” Jawabmu.

Abi mengira-ngira bagian pinggangmu yang mungkin masih gatal karena ketika pagi hari, Abi melihat bagian tersebut yang masih terlihat merah.

“Syaikhan udah makan?” Tanya Abi lagi.

“Nanti, Bi. Jam satu makannya.” Jawabmu.

Nada bicaramu sudah seperti biasa. Mudah-mudahan akan membaik.

Syaikhan, ketika Abi ingin mengajakmu  ke dokter untuk memeriksa kesehatanmu, kamu menolak. Abi ingat benar apa alasanmu menolak ajakan Abi tersebut. Saat itu kami mengatakan, “Nda usah ke dokter, Bi! Dipeluk Abi aja sembuh!”

Abi terharu mendengar jawabanmu itu. Abi ingin memelukmu terus jika itu memang bisa menyembuhkanmu. Abi pernah membaca, pelukan seorang ayah kepada anaknya bisa memberikan tambahan kekuatan bagi sang anak. Ternasuk untuk melawan penyakitmu. Namun demikian, sumber dan obat dari penyakitmu tetap harus diceri. Dokter adalah orang yang ahli di bidang tersebut. Karena itu, di malam harinya, Abi tetap mengajakmu ke dokter.

Alergi. Itu kesimpulan yang diberikan dokter setelah memeriksa gejala yang kamu alami seperti bentol yang ukurannya besar-besar tidak seperti gejala tampak, campak, atau cacar. Bentol-bentol tersebut berawal di kening, kemudian di dengkul, dan terakhir di betis dan telapak kaki. Bentol-bentol tersebut muncul secara bergiliran. Hilang di satu tempat kemudian muncul di lain tempat. Lamanya hanya satu hari dan hilang keesokan harinya. Dokter memberikan obat sirup anti alergi untuk kamu minum dan lotion pengurang gatal-gatal untuk dioleskan di bagian tubuhmu jika terasa gatal.

Abi mencoba mengingat-ingat apa yang menyebabkan dirimu terkena alergi. Adakah makanan tertentu yang membuatmu alergi? Lalu Abi teringat dengan pembicaraan kita melalui tetepon pada tanggal 1 Mei 2012.

“Bi, permennya nggak enak!” Ucapmu memberitahukan Abi tentang rasa permen yang baru saja kamu makan ketika Abi menelponmu sekitar jam satu siang.

“Syaikhan makan permen apa?” Tanya Abi.

“Permen m*nth*s. Tapi bukan yang putih. Tadi Om Opi beli yag putih nda ada. Jadinya yang pink.” Jawabmu.

“Kalau nggak enak, ya nggak usah dimakan.” Saran Abi.

“Buat Abi aja deh. Abi pasti suka.” Ucapmu kemudian.

“Iya. Nanti kalau Abi pulang, Abi makan permennya.” Janji Abi.

Syaikhan, Abi menduga permen itulah yang menyebabkan kamu terkena Alergi. Tapi syukurlah, kamu sudah sembuh. Abi senang.

Syaikhan, cukup sekian dulu surat dari Abi kali ini. Semoga Allah selalu memberikan kesehatan kepadamu. Aamiin.

Wassalaamu ‘alaikum wa rahmatullaahi wa barakatuh.


Tulisan Terkait Lainnya :

36 respons untuk ‘My Dearest Syaikhan : Ketika Dirimu Sakit

  1. lazione budy Februari 5, 2015 / 10:25

    Well, momen momen tak ternilai saat bersama anak.
    Keluarga adalah penyemangat hidup.

    • jampang Februari 5, 2015 / 13:57

      iya. mereka yang paling dekat dengan kita dalam keseharian

  2. lazione budy Februari 5, 2015 / 10:58

    Dari kalimat pembuka sudah Typo.
    >.<

    Kalau kemarin sampeyan bilang ke saya Sambil jadi Sambal. Nah ini lebih parah, 'banyke'.

    Ayooo cek lagi.

    • jampang Februari 5, 2015 / 13:57

      😀
      salahnya lebih parah yah. yang itu sudah saya perbaiki. nggak tahu yang lainnya

      • jampang Februari 6, 2015 / 09:11

        nggak ada typo…. nggak rame

  3. Gara Februari 5, 2015 / 11:02

    Membaca catatan ini campur aduk. Antara tegang, takut, tapi penasaran untuk terus membaca. Tidak tega sama si anaknya :hehe
    Sekarang anaknya sehat-sehat, kan?

    • jampang Februari 5, 2015 / 12:08

      itu cerita kejadian lama. alhamdulillah baik.

  4. katacamar Februari 5, 2015 / 12:49

    selalu sehat syaikhan, gantengnya sama kayak aku waktu masih kecil…. duluuuu 🙂
    salam sayang buat syaikhan… besok besar jadi anak pintar dan sholeh 🙂

    • jampang Februari 5, 2015 / 13:58

      😀

      terima kasih doanya. aamiin

  5. itsmearni Februari 5, 2015 / 12:50

    Anak sakit itu memang menguras rasa dan tenaga
    Antara sedih tapi sekaligus harus tampak tegar dihadapan anak agar semangat untuk pulihnya tetap terjaga

    • jampang Februari 5, 2015 / 13:58

      iya mbak. kalau kita drop, anak malah jadi ikutan

  6. Rahmat_98 Februari 5, 2015 / 14:50

    Gak kerasa semalam saya baru tidur jam 2 pagi karena si kecil sakit…
    Ternyata jadi orang tua itu susah-susah gampang

    Semoga menang ya bang, dan semoga syaikhan sayang sehat selalu…. 🙂

    • jampang Februari 5, 2015 / 15:09

      kalau dibalik jadi gampang-gampang susah gimana, bang? kan jadi banyakan gampangnya daripada susahnya 😀

      terima kasih doanya, bang

      • Rahmat_98 Februari 5, 2015 / 15:49

        Iya juga…. 😀
        Apapun alasannya, saya akan selalu mencoba menjadi orang tua terbaik bagi mereka berdua…

      • jampang Februari 5, 2015 / 16:05

        saya juga ingin begitu, bang

  7. riemikan Februari 5, 2015 / 14:54

    Ah walopun kejadiannya bukan yang ceria tapi tetap senang membacanya karena cerita keluarga itu punya nilai yang berbeda ya! *dibaca beberapa kali untuk meyakinkan gak salah komen*

    • jampang Februari 5, 2015 / 16:05

      iya mbak.

      biar nggak nganggap ini fiksi? 😀

      • riemikan Februari 5, 2015 / 16:09

        Iya takuuut sekarang hahahaha

      • jampang Februari 5, 2015 / 16:26

        kalau baca di blog saya, saya kasih clue yang membedakan antara fiksi dan bukan. pernah saya jelaskan di postingan ini :

        https://jampang.wordpress.com/2012/06/08/saya-dan-aku/

        sebab ada yang salah ngira juga. intinya, kalau pake kata ganti “saya” itu non fiksi. kalau pake kata ganti “aku” itu artinya fiksi. umumnya begitu.

        tapi belakangan gaya menulis saya ada tambahan jenisnya seperti surat di atas, kata gantinya “Abi”

        tambah pusing yah? 😀

      • riemikan Februari 5, 2015 / 18:34

        Hahahhaa…gak nyambung banget kok dan sebenarnya clear. Komen tadi agak becanda mengingat kejadian kemarin dan memang lebih berhati-hati. Tengkiu!

      • jampang Februari 5, 2015 / 23:07

        i see….. sama-sama 😀

    • jampang Februari 5, 2015 / 16:23

      insya Allah baik-baik saja. doa saya begitu

  8. Ihwan Keluarga Biru Februari 5, 2015 / 16:18

    Anak sakit memang ujian paling berat sebagai orang tua, apalagi saat melihat dia kesakitan, ingin rasanya menggantikan posisinya.
    Makasih Mas atas partisipasinya 🙂

  9. zizadesita Februari 5, 2015 / 16:43

    Ketika anak sakit, dunia terasa menyedihkan..

  10. zilko Februari 5, 2015 / 17:53

    Sehat-sehat terus ya. Ketika anak sakit memang orangtua jadi pusing banget ya 🙂

    • jampang Februari 5, 2015 / 23:07

      aamiin. terima kasih doanya, mas

  11. esti kristikasari Februari 5, 2015 / 22:26

    Pernah saya rasakan jg kondisi seperti ini, mas.. Mmg salah satu ujian trberat org tua adlh saat buah hatinya sakit… Smg Syaikhan selalu tumbuh sehat & kuat..

    • jampang Februari 5, 2015 / 23:08

      aamiin. terima kasih doanya, mbak

  12. junioranger Februari 6, 2015 / 05:09

    beneran merinding. ikutan ngilu…. semoga aku siap ketika saatnya nnti jadi bapak. aamiin

    • jampang Februari 6, 2015 / 05:52

      insya Allah bakalan siap, jun.
      ikut mengaminan

Tinggalkan jejak anda di sini....

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s