Salah satu kategori dan tag dari coretan yang ada di blog gado-gado ini adalah flash fiction dengan beberapa variannya seperti ff100kata, ff250kata, dan Monday flash fiction. Biasanya, saya membuat sebuah flash fiction karena mengikuti giveaway atau tantangan.
Tantangan flash fiction yang kini rutin saya ikuti adalah tantangan yang digelar di blog Monday flash fiction setiap minggunya. Tantangan rutin tersebut kini sedang libur karena adanya hajatan MFF Idol. Ciri flash fiction yang saya ikutkan dalam tantangan tersebut biasa diawali dengan kata “Prompt” di depan judulnya.
Selain menggelar tantangan untuk membuat sebuah flash fiction dengan sebuah tema tertentu yang rutin dilempar setiap hari senin, Monday flash fiction juga menggelar ajang bahas karya yang bertujuan untuk membedah kelebihan dan kekurangan sebuah flash fiction. Minggu ini, giliran salah satu flash fiction saya yang berjudul “The Last Journey” yang dibahas.
Senang sekali ketika salah satu karya saya dipilih untuk dibahas oleh orang-orang yang mumpuni di bidanganya. Karena rasa senang itulah maka saya mendokumentasikan pembahasan karya saya itu yang sudah dimuat di blog Monday flash fiction.
—oOo—
[Prompt #71] The Last Journey
—oOo—
“Mas!”
Adrian tak menjawab panggilanku. Memalingkan wajahnya pun tidak. Pandangannya tetap ke depan, membelah ruas jalan yang lurus membentang dengan pemandangan indah di kiri dan kanan serta beberapa bukit barisan yang menghijau. Setiap tahun Adrian mengajakku melewati jalan ini untuk bertemu keluarganya yang tinggal di balik salah satu bukit tersebut.
“Terima kasih. Kau telah memeriksa kondisi mobil sebelum melakukan perjalanan ini. Aku yakin, dirimu melakukannya karena tak mau kecelakaan yang kita alami akan terulang lagi,” ucapku kemudian.
Adrian tetap tak bereaksi. Dia berkonsentrasi penuh dalam menyetir. Apalagi, beberapa saat lagi jalan akan segera menurun dan sebuah tikungan tajam menanti beberapa ratus meter lagi. Di tikungan tersebutlah kecelakaan itu terjadi. Setahun yang lalu. Kulihat peluh membanjiri kening Adrian. Namun dia mengacuhkannya. Dia biarkan peluh itu mengalir hingga ke pelipisnya. Sementara kedua tangannya memegang erat setir.
“Hati-hati, Mas!” Kaki kanan Adrian menginjak pedal rem untuk mengurangi laju mobil.
“Kamu pasti bisa!” Perlahan, Adrian berhasil melewati tikungan tajam tersebut dengan selamat. Lalu dia menghentikan mobil di sisi jalan. Sesaat kemudian, kulihat Adrian menarik napas lega.
“Aku berhasil!” pekiknya.
Adrian mengambil sapu tangan dari dalam saku celananya. Dengan sapu tangan tersebut, dia menyeka seluruh peluh yang sejak tadi membasahi wajahnya. Lalu dia menjalankan mobil kembali.
Kini, kulihat wajah Adrian lebih tenang dibandingkan ketika sedang menuruni jalan curam dan melewati tikungan tajam tadi.
Perjalanan berikutnya, tak ada lagi jalan curam atau tikungan tajam. Hanya ada jalan lurus dan beberapa tikungan yang tak begitu tajam. Sebentar lagi, mobil ini akan tiba di rumah orang tua Adrian.
“Papah!” teriak Andini ketika melihat mobil Papanya berhenti di depan rumah.
Sebelum membuka pintu mobil, Adrian menengok ke arahku dan tersenyum.
“Kamu hebat, Mas. Kamu berhasil menaklukan ketakutan dan traumamu. Lanjutkanlah hidupmu dan berbahagialah! Selamat tinggal, Sayang.” kuucapkan kalimat tersebut kepadanya meski tak kudapati pantulan bayangan diriku di kedua matanya.
—oOo—
Point yang akan kita bahas
—oOo—
- Beginning
Apakah beginning membuat kamu tertarik untuk membaca FF ini? Apakah beginning sudah memberi gambaran konflik?
- Konflik
Apakah sebab konflik dalam FF ini? Apakah akibat konflik dari FF ini? Bagaimana penyelesaian konfliknya? Apakah FF ini membuatmu mengernyitkan dahimu karena ada yang bolong? Apakah yg bolong itu? Apakah twist FF ini berkesan di hatimu?
- Plot
Apakah plot FF ini berjalan mulus? Bagaimana dengan plot twist? Apakah ada kesenimbangun antara plot twist dan adegan FF?
- Setting
Apakah kamu bisa mengetahui dengan baik di mana settingnya? Apakah kamu terganggu dengan background yang bertele-tele?
- Karakterisasi
Bagaimana emosi tokoh dalam cerita? Bisakah kamu menangkap watak tokoh? Bagaimana hubungan emosi antara tokoh?
- Dialog
Bagaimana dialog yang digunakan? Apakah dialog membangun cerita?
- Pov
Pov apakah yang digunakan? Adakah tidak konsistensi POV?
—oOo—
Komentar MFFers
—oOo—
ChocoVanilla
Menghapus seluruh peluh, kayaknya gak usah pakai “seluruh” yaa, kan peluh gak bisa dihitung # ehh Nice story, OmJee …
Terima kasih, Oma
Edmalia Rohmani
Aku suka ff ini. Khas Bang Rifki Jampang. Tema yg diangkat seringkali menyentuh hati. Hanya untuk ff ini aku sudah ngeh kalau tokoh ini tak kasat mata jadi endingnya memang ketebak. Itu aja. Selebihnya suka.
Terima kasih, mbak. Ternyata FF yang saya buat punya kekhasan tersendiri yah? 😀
Tara Orian / Nadia
Aku ikutan ngeramein aja deh.
- Pembukaannya oke. Membuka dengan dialog langsung membuat kita fokus bahwa sesuatu sedang (dan akan) terjadi. Begitu masuk bagian selanjutnya, ketegangannya cukup terasa, tapi sudah ada feeling sih kalau si ‘aku’ yang ngomong ini pasti ada ‘sesuatu’nya.
- Konfliknya kurang terasa sih, pas di tikungannya. Karena itu kan tikungan, tapi Adrian cuma menggenggam setir dan menginjak rem. Kalau tikungan kan setirnya kudu diputar, ya? Mustinya sih ditunjukkan bagaimana Adrian memutar kemudi dengan sangat hati- hati, mengatur transmisi atau gimana, biar lebih tegang. (Ini mobil manual atau matic? )
- Terlepas dari pembangunan ketegangan saat klimaks tadi, plotnya mulus dan nggak ada cela, menurutku. Tapi bagian, “Aku berhasil!” itu lumayan bikin ngakak sih, mengingatkan adegan di Benteng Takeshi kalau pesertanya lolos.
- Settingnya oke, kok. Nggak ada masalah.
- Emosi oke kok, tapi tanda-tanda gugupnya masa cuma berkeringat? Kan ada tuh, matanya berdilatasi, kening berkerut, atau kaki gemetar, cmiiw.
- Dialognya nggak terlalu banyak, tapi proporsinya sudah pas, sih.
- PoV-nya sudah konsisten, nggak ada masalah.
Untuk poin nomor tiga, memang saya kurang paham soal bagaimana mengendarai mobil sebenarnya. Saya belum merasakannya langsung. Nggak bisa nyetir 😀
Terima kasih atas komentar lengkapnya, Mbak
Harry Irfan
Aku ikutan ngeramein aja deh.
- Hmm, beginning ini langsung bikin aku tau twistnya.. karena itu, aku jadi sedikit males melanjutkan, aku tadi berharap aku dikejutkan karena dugaanku salah, lah ternyata sesuai dugaan. Tapi ff ini rapi, dan itu membantunya.
- Konfliknya kurang terasa, konflik baru terjelaskan menjelang akhir.
- Secara plot oke, twistnya halus dan sudah tertebak dari awal
- Settingnya di perjalanan, tidak masalah dan pas.
- Karakter si aku udah bagus, kurang merasakan karakter adrian.
- Dialognya pas
- PoV-nya sudah oke
=> Febriyan Lukito Boleh tanya gak di sini? Mas Harry Irfan memang mengharapkan twistnya seperti apa, dan kenapa mas bisa dah tahu dari awal?
=> Harry Irfan Kalimat “Adrian tak menjawab panggilanku.” itu aku langsung nebak si aku ini tak kasat mata.. nah, karena udah tau ini, aku mengharapkan penulis memelintir lagi tuh dugaan awalku. Begitu, Mas Febriyan Lukito
Hiks, ternyata memang sudah bisa ditebak dari awal yah? Mungkin seharusnya kalimat tentang kecelakaan itu dihilangkan. Terima kasih, Daeng.
Ajen Angelina
- BeginningBeggining FF ini bagus, dimulai dengan perkataan yang diucapkan oleh tokoh aku. Beberapa literatur yang saya baca tentang openning line. Apabila menggunakan openning line dialog pada POV orang pertama ada baiknya itu dialog yang diucapkan si tokoh aku. Bertujuan agar sejak awal pembaca aware pada si tokoh utama. Openning line ini juga memberikan gambaran pada pembaca kalau dua tokoh kita sedang berada di dalam mobil. Penulis memberi kesan bahwa si tokoh Aku ini sedang mencereweti si tokoh laki-laki.
- KonflikSebab : Konflik di FF ini terjadi karena Tokoh Adrian pernah mengalami kecelakaan bersama tokoh Aku di jalan menuju rumahnya.
Akibatnya : Adrian jadi sering ketakutan setiap kali melewati jalan itu dengan mobil. Hari itu dia mencoba setelah sekian kali.
Plot twist : Si Aku ini adalah istrinya yang meninggal dan membantu Adrian untuk mengatasi traumanya.
Tema FF ini adalah cinta. Cinta yang begitu besar dari si tokoh Aku pada suaminya. Cinta yang menyembuhkan. FF ini mengingatkan saya pada film PS. I love you kisah seorang perempuan yang mengatasi kehilangan melalui surat suaminya. Adrian dalam FF ini mencoba mengatasi kehilangan istrinya dengan mencoba mengendarai mobil melalui jalan yang membuat istrinya kecelakaan. FF ini akan menghangatkan hati siapa saja yang telah kehilangan orang tercinya mereka. Bahwa sebanrnya yang pergi adalah tubuh tetapi jiwa dan kenangan mereka tetap ada menemani kita. Sayangnya FF ini masih sedikit janggal. Trauma yang dialami oleh Adrian saya rasa cukup besar. Satu tahun untuk bisa kembali menyetir mobil membuat saya mengerutkan dahi. Mungkin akan lebih masuk akal jika si aku memberi sedikit info tambahan kalau selama ini Adrian sudah pernah mencoba mengendarai mobil melalui jalan itu, tetapi dia berhenti dan takut. Jadi akhirnya make senselah ketika dia berhasil.
- PlotFF ini dibuka dengan adegan si Aku menyapa Adrian-kemudian kita tahu Adrian sedang menyetir mobil dan dia pernah mengalami kecelakaan-Kecelakaan itu terjadi setahun lalu dan sejak saat itu Adrian takut melewati jalan itu – Ternyata si Aku itu adalah istri Adrian yang meninggal dan membantu Adrian melewati traumanya.
Plot cerita ini bagus. Sayangnya pembaca Sudah menangkap twist di baris kedua ketika si aku mengatakan kecelakaan. Ditambah lagi dengan cueknya si Adrian saat disapa tokoh Aku. Ah pastilah si Aku ini hantu dan endingnya tidak terlalu twist lagi. Padahal FF itu adalah bagaimana kita “menipu” pembaca. Berilah clue yang sesat di awal dan tuntun pembaca berpikir terlalu jauh dan boom endingnya tak terduga. Saran, bagaimana kalau di awal si Aku digambarkan cerewet. Jadi pembaca berpikir Adrian ini mengacuhkan si Aku karena cerewetnya itu.
- Setting.Settingnya digambarkan cukup baik yah karena ini FF setting sebaiknya tak perlu terlalu bertele-tele. Ff ini terjadi di sebuah jalan panjang.
- KarakterisasiTokoh Aku kurang dijabarkan. Emosinya masih biasa saja. Keharuan ketika Adrian berhasil melewati jalan itu juga terasa datar.
Karakter tokoh Adrian kurang dieksplore. Bayangkanlah jika kau pernah mengalami kecelakaan dan menewaskan istrimu yang sangat kau cintai. Dan kau kau harus melewati jalan itu lagi. Tidak hanya keringat. Mungkin raut muka pucat. Mungkin gementar. Mungkin tangisan. Penulis tidak meriset bagaimana ciri-ciri orang trauma. Atau mungkin Adrian ini tipe kaya Saiful Jamil yang tetap tersenyum meski pernah mengalami kecelakaan yang menewaskan istrinya itu.
- DialogSaya pribadi merasa ada dialognya sedikit dipaksakan.
“Terima kasih. Kau telah memeriksa kondisi mobil sebelum melakukan perjalanan ini. Aku yakin, dirimu melakukannya karena tak mau kecelakaan yang kita alami akan terulang lagi”
Ahh dilaog ini terlalu telling. Mungkin bagusnya dipersingkat. Namun secara keseluruhan dialog dapat membangun dengan baik.
- PovPov orang pertama tunggal.
Secara keseluruhan FF ini baik hanya sangat disayangkan kita telah tahu twistnya sejak awal.
Masukan buat Mas Jampang sebaiknya membuat FF yang plot twistnya tidak tertebak dari awal. Sekian dan sampai jumpa hari Selasa depan.
Terima kasih atas komentar lengkap dan masukannya, Mbak Ajen.
Tulisan Terkait Lainnya :
- [Resensi] : Tentang Kita
- 5 Aplikasi yang Memudahkan Administrasi Perpajakan Anda
- Plus Minus My COD
- Review Aplikasi My JNE
- I and My JNE
- Jajanan Kaki Lima : Dari Mie Ayam Hingga Hotang
- Ini Tentang Buku Cerita Anak
- Berbekal Sakinah, Bangun Mawaddah, Tuk Menggapai Rahmah
- Kambing Soon : Best Lamb in Town
- I am Hope : Antara Kanker dan Harapan
asiknya karyanya dibahas
baru pertama kali. dan ternyata banyak bolongnya 😀
Semoga yang bolong-bolong bisa cepat ditembel 🙂
buat pembelajaran di FF selanjutnya
Sip.
Yang utama sih konflik harus menarik.
itu masalahnya, saya nggak pandai mencari konflik 😀
Wah menarik juga ya pembahasannya!
iya mbak. begitu juga menurut saya
Pembahasannya mendalam betul, Mas. Bagus. Saya juga sangat terkesan dengan orang-orang yang mau terus berbagi soal ilmunya dari menilai karya-karya orang lain :hehe
Cerita Mas juga bagus :hihi
iya. yang komentar memang ahli soalnya. kalau saya komentarnya paling2 bilang bagus… jelek… itu doank 😀
terima kasih
Hahahaha … klo saya ikuti jejak Pak Tino Sidin, “bagus” dan “bagus sekali” 😀
eh…. sama kali yah, soalnya saya juga belum pernah komentar bilang jelek seh 😀
aku suka, mas.. hanya mau mengomentari endingnya, kurang twist hehehe
padahal saya mikirnya twist banget 😀
terima kasih, mas. mungkin karena twistnya sudah bisa ketebak jadinya kurang nendang. *alasan*
iya, menuju ending saya nebak2.. eh bener hahahaa
anda beruntung 😀
Mantabh Bang Rifki…
terima kasih, mas