Taksi : Cerita Dalam Cerita

icon-taksi

Sepertinya sudah ada beberapa cerita tentang sopir taksi di blog ini. Apa saja judulnya dan bagaimana ceritanya, bisa dilihat pada link terkait yang terdapat pada bagian akhir coretan kali ini yang juga akan bercerita tentabg sopir taksi.

Ketika saya berada di Semarang beberapa hari yang lalu, selain menjadi penumpang mobil prbadi, saya juga sempat menjajal menjadi penumpang Taksi dan BRT Semarang. Saya menggunakan taksi di hari kedua (Selasa, 10/2) di Semarang. Lalu di hari ketiga, saya menjajal naik BRT. Agak mirip dengan Transjakarta.

Setelah puas mengambil gambar Masjid Agung Jawa Tengah, saya dan atasan saya bermaksud kembali ke hotel dengan menggunakan Taksi. Ternyata, di jalan tempat kami menunggu, jarang sekali terlihat Taksi yang lewat. Ketika ada satu atau dua Taksi kosong yang lewat, sang sopir tidak mau menghentikan mobilnya. Kemungkinan Taksi tersebut sudah ada yang memesan.

Akhirnya, setelah beberapa kali menghubungi Taksi dan menunggu cukup lama, yang ditunggu datang juga. Taksi yang bukan berwujud sedan dan berwarna hitam.

Saat berada di dalam Taksi, atasan saya mengajukan pertanyaan demi pertanyaan kepada pak sopir. Lalu mengalirlah cerita dari pak sopir yang sudah menekuni pekerjaan sebagai sopir taksi selama kurang lebih dua puluh tahun.

Pak sopir lebih memilih sistem bayar setoran dibandingkan sistem membayar cicilan lantaran kurang suka dengan sikap sopir cadangan yang meminta bagian yang cukup besar di akhir masa cicilan. Silahkan baca “Antara Bravo dan Charlie” untuk mengetahui lebih lanjut.

Pak Sopir lalu bercerita tentang koleganya yang menjadi sopir di peruaahaan taksi lain yang menurut beliau merupakan cerita yang lucu.

Dikisahkan, ada seorang sopir taksi yang baru keluar sambil mengajak anaknya yang mau berangkat sekolah. Karena takut ketahuan oleh pengawas dari perusahaan, sang anak diminta bersembunyi dengan cara tiarap di bawah kursi. Ada pula kisah sopir lain yang meminta penumpang dari luar kota yang didapatnya setelah mengantar penumpang ke luar kota melakukan hal serupa. Tujuannya agar tidak ketahuan oleh pengawasnya. Jika ketahuan, maka sang sopir akan dipanggil untuk diberikan briefing. Sebab perbuatan seperti membawa penumpang gelap tidaklah diperbolehkan oleh perusahaan tempat mereka bekerja.

Cerita lain dari Pak Sopir adalah tentang para pelajar yang menjadi penumpang idaman para bus kota. Padahal dahulu, para anak sekolah hanyalah dipandang sebelah mata oleh para sopir dan kondektur bus. Saya pernah mengalami masa tersebut.

Singkat cerita, kami tiba di hotel tempat menginap. Ongkos yang tertera di argo taksi tak sampai Rp. 20.000. Sebelum turun, atasan saya memberikan selembar uang pecahan Rp. 20.000 dan selembar pecahan Rp. 5.000. Ya, atasan saya membayar lebih besar dibandingkan ongkos yang tertera secara sukarela. Bukan karena ditembak oleh sang sopir.

Hari Jum’at (13/2), hampir lewat tengah malam, saya baru tiba di Slipi Jaya setelah sebelumnya menjadi penumpang bus DAMRI jurusan Gambir. Untuk segera tiba sampai di rumah, saya harus melanjutkan dengan naik taksi. Saya menolak tawaran beberapa orang tukang ojek yang sedang mangkal di bawah jembatan layang. Untunglah tak lama setelah saya turun dari bus, sebuah taksi melintas dan langsung saya hentikan. Lalu saya naik.

Mungkin setelah belasan menit menempuh perjalanan, saya tiba di tempat tujuan. Angka yang tertera di argo taksi Rp. 31.500.

Saya keluarkan selembar uang pecahan Rp. 50.000 kepada pak sopir. Selanjutnya pak sopir memberikan uang kembalian sambil berkata, “Jadinya tiga puluh lima ribu ya, Pak!”

Karena sudah lelah dan mengantuk, saya tak berkata apa-apa ketika menerima kembalian sebesar Rp. 15.000. Hanya saja, saya merasakan sesuatu yang berbeda ketika sopir tersebut langsung “menembak” tarif yang sedikit lebih tinggi daripada yang tertera di argo. Beda rasanya jika seadndainya saat itu saya mengatakan, “kembalinya lima belas ribu aja, pak!” Sepertinya akan lebih lapang di dada 😀

*Harus terus belajar ikhlas*

 


Tulisan Terkait Lainnya :

35 respons untuk ‘Taksi : Cerita Dalam Cerita

  1. Gara Februari 15, 2015 / 22:47

    Memang beda rasanya :hehe
    Tapi dulu saya pernah juga tanpa sengaja bayar taksi terlalu sesuai dengan argo, padahal argonya cuma Rp9k dan kami bertiga. Sopirnya agak kesal mungkin ya, makanya perginya cepet banget :hehe
    Untungnya si sopir nggak bilang apa-apa, sih… :hihi

    • jampang Februari 16, 2015 / 05:22

      kalau bayar pas harusnya si sopir nggak usah kesal donk, kan emang segitu yang tertera di argo. tapi sebaiknya memang sebagai penumpang member lebih meski sedikit 😀

      • Gara Februari 16, 2015 / 05:48

        Yep :))

      • jampang Februari 16, 2015 / 07:44

        😀

  2. yantist Februari 15, 2015 / 22:48

    Pernah naik taksi di Jakarta sopir taksinya bilang ga ada kembalian. Padahal kembaliannya 30 ribuan. Dan saya juga ga ada uang kecil sama sekali. Suami bilang ikhlasin aja tapi tetap aja sih berat buat ngeikhlasinnya 😀
    Tapi pernah juga naik taksi yg bayarnya dilebihkan padahal hanya beberapa ribu rupiah lebihnya, pak sopirnya sibuk nyari kembalian. Aneka rupa sopir taksi 😀

    • jampang Februari 16, 2015 / 05:22

      macam-macam memang sopir taksi, mbak 😀

  3. alrisblog Februari 15, 2015 / 23:51

    Bedalah rasanya dipaksa dengan suka & rela, hehe…
    Coba kalo kita belanja di supermarket deket rumah, walau cuma 200 rupiah tapi dikembaliin dengan permen sambil minta maaf rasanya plong.

    • jampang Februari 16, 2015 / 05:23

      mirip seperti itulah yah. 😀

  4. zilko Februari 16, 2015 / 05:02

    Sopir taksi memang selalu banyak cerita ya, hehehe.

    Btw, pengalaman ditembak sopir taksi (atau pelayan di rumah makan yang meminta tips) gitu memang tidak menyenangkan rasanya ya. Beda kalau dari kita yang memang berinisiatif memberikan tips lebih, hehehe 🙂

    • jampang Februari 16, 2015 / 05:25

      iya. saya sering dapat cerita bersama sopir tasi.

      betul banget. beda sekali

  5. itsmearni Februari 16, 2015 / 06:34

    Kisah sopir taksi tembak gini memang agak-agak bikin gak enak ati terutama ketika sebenarnya duit kita juga pas-pasan. Rasanya nyesek dan gak ikhlas deh hehe

  6. Eka Novita Februari 16, 2015 / 06:37

    yeeee klo ditembak begitu ya pastilah rada-rada gak ikhlas. secara kitanya lg ga niat buat ngasih lebih 😀

    • jampang Februari 16, 2015 / 07:45

      mungkin kalau dibilang nggak punya kembalian, saya akan bilang ya udah kembali lima belas ribu aja pak 😀

  7. syifna Februari 16, 2015 / 06:59

    saking ngantuk dan lelahnya sampe typo ya om hehehe. “seadndainya saat itu saya mengatakan”=> yang ini hihihi..
    Mari kita berlapang dada 😀

  8. ayanapunya Februari 16, 2015 / 08:23

    kemarin waktu mau pulang ke banjarmasin, naik taksi dari tana abang ke bandara. pas udah sampai sopir bilang lupa nyalain argo. jadinya bayarnya seratusan gitu deh. nggak tahu disengaja apa nggak

    • jampang Februari 16, 2015 / 08:40

      ke jakarta dulu yah?
      bukannya ada tulisan, kalau nggak nyalain argo bakalan gratis? 😀

      ya sekitar segitu seh kalau dari kantor saya ke bandara

      • ayanapunya Februari 16, 2015 / 10:41

        Wah saya nggak tahu soal itu, mas 😀

  9. gegekrisopras Februari 16, 2015 / 10:34

    Saya tuh selalu siap sedia dengan recehan biar ga kena kasus2 kya gini mas, sejak mbak2 Alf*mart rajin kasih kembalian permen 😀

  10. nengwie Februari 16, 2015 / 12:10

    Jarang naik taxi teteh mah, disini jarang tukang Taxi mau angkatin koper masukkin ke Bagasi, kecuali kalau kita minta tolong dulu hehe

    Karena disini taxi semua Mercedes, jd pertama kali nyampe Jerman dr bandara naik Taxi, berasa gimanaaa gitu ..euuh saya naik taxi bagus hahaha

    • jampang Februari 16, 2015 / 12:52

      wuih…. mantap taxinya teh 😀

      • nengwie Februari 16, 2015 / 20:25

        Iya disini merci semua taxinya… 😃

      • jampang Februari 17, 2015 / 05:40

        ya kan buatan jerman, kan?

      • nengwie Februari 17, 2015 / 12:00

        Ho oh… 😃

  11. ahsanfile Februari 16, 2015 / 20:31

    Sopir taksi kaya gitu pasti dijauhi penumpang mas, paling tidak orang yg pernah naik akan memilih yang lain kalau tau pernah naik bareng dia

    • jampang Februari 17, 2015 / 05:41

      mungkin bakalan ditandai nomor taksinya. tapi saya nggak sempat. tapi kasihan juga, sebab biasanya mereka punya sopir tandem. kalau tandemnya bagua kan jadi dijauhi penumpang juga

  12. fenny Februari 16, 2015 / 22:34

    Msh standart ya tembakan tarif taksi tgh malamnya … Saya prnh naik taksi tgh mlm dr tol kebon jeruk hrgnya d tembak tnp argo jd 80 rb, krn sdh tgh malam n tdk ada angkutan akhirnya deal n minta check bagasi …
    Trnyt klo pake argo cm segitu toh …

    • jampang Februari 17, 2015 / 05:43

      tapi ada kalanya dengan harga nembak itu bisa juga lebih murah. tapi yang jelas si sopir udah ngelanggar prosedur karena nggak make argo.

  13. museliem Februari 17, 2015 / 04:03

    Wkwkwkwk ongkos taksi sekarang naek.. aku lebih milih ojek… 🙂

    • jampang Februari 17, 2015 / 05:44

      ya, jarang-jarang naik taksi. biasanya juga ngojek sendiri 😀

  14. gustyanita pratiwi Februari 21, 2015 / 06:39

    Plg deg degan klo naik taxi pas kena lampu merah, argo jln terus, hehee…

    • jampang Februari 21, 2015 / 11:14

      tapi ya harus gimana lagi. sudah resiko kalau di jalan kena lampu merah 😀

Tinggalkan jejak anda di sini....

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s