Saya buka satu sachet W’DANK Bajigur yang saya beli di mini market beberapa waktu lalu. Kebetulan saat itu sedang ada diskon. Harga semula yang sekitar delapan ribuan menjadi enam ribuan. Setidaknya begitulah informasi harga yang tertera di rak tempat kotak W’DANK Bajigur bertengger *burung kali*.
Saya ikuti petunjuk penyajian W’DANK Bajigur yang tertera di sachet. Isi sachet saya tuangkan ke dalam mug. Selanjutnya saya tuangkan air panas dari dispenser. Saya aduk-aduk sebentar. W’DANK Bajigur pun siap dinikmati. Sangat mudah, bukan?
Sebelum saya cicipi, saya perhatikan penampakan W’DANK Bajigur di dalam mug. Warnanya tidak seperti warna bajigur yang pernah saya nikmati di masa lalu. Bila saya perhatikan, warnanya mendekati kopi putih instan. Kira-kira seperti itu. Aromanya juga kurang menyerupai aroma bajigur dari masa lalu saya. Lantas bagaimana dengan rasanya?
Dibanding Bir Pletok, saya lebih dahulu mengenal dan mencicipi bajigur. Di waktu kecil saya membeli bajigur dari penjualnya yang berkeliling dengan mendorong gerobak. Biasanya, selain membawa bajigur, penjualnya juga membawa kacang rebus, pisang rebus, ataupun ubi rebus.
Satu kantong plastik kecil bajigur, cukuplah bagi saya di masa itu. Warna, aroma, dan rasanya masih melekat di dalam memori saya hingga saat ini di mana banyak wujud makanan dan minuman berubah menjadi bentuk instan. Termasuk bajigur.
Manis. Ada rasa itu ketika saya mencicipi W’DANK Bajigur di hadapan saya. Rasa yang lain juga ada. Saya kurang mampu untuk mendeskripsikannya. Yang pasti, rasa W’DANK Bajigur yang singgah di lidah dan mulut saya bisa dikatakan belum menyamai bajigur di masa lalu saya. Namun demikian, W’DANK Bajigur tetap layak untuk dicoba. Buktinya, saya langsung menghabiskan W’DANK Bajigur dari dalam mug
Beberapa tahun yang lalu, saya juga pernah mencicipi bajigur instan. Bajigur dengan merek Hanjuang. Adalah salah seorang rekan kerja saya di kantor yang memperkenalkan bajigur instan tersebut kepada saya.
Cara menyajikan Bajigur Hanjuang sama seperti W’DANK Bajigur di atas. Namun demikian, keduanya memiliki perbedaan. Tentunya selain soal merek dan cara pengemasannya.
Penampakan Bajigur Hanjuang setelah dilarutkan ke dalam air panas berwana coklat. Persis seperti warna bajigur di masa lalu yang ada di dalam memori saya. Begitu pula dengan Aromanya. Menyerupai bajigur di masa kecil saya. Tak hanya itu, rasanya pun demikian. Menyerupai bajigur yang pernah saya nikmati dengan cukup membayar seratus rupiah saja.
Mungkin, jika kemiripan dengan bajigur diukur dalam skala 1 sampai dengan 10, saya memberikan nilai 7 untuk W’DANK Bajigur dan 8,5 untuk Bajigur Hanjuang. Tentu saja penilaian tersebut bisa berbeda-beda untuk setiap orang. Sebab memori dan lidah setiap orang berbeda-beda. Bukankah, begitu?
Tulisan Terkait Lainnya :
- [Resensi] : Tentang Kita
- 5 Aplikasi yang Memudahkan Administrasi Perpajakan Anda
- Plus Minus My COD
- Review Aplikasi My JNE
- I and My JNE
- Jajanan Kaki Lima : Dari Mie Ayam Hingga Hotang
- Ini Tentang Buku Cerita Anak
- Berbekal Sakinah, Bangun Mawaddah, Tuk Menggapai Rahmah
- Kambing Soon : Best Lamb in Town
- I am Hope : Antara Kanker dan Harapan
Saya nggak tahu rasa bajigur yang autentik seperti apa. Namun, beberapa tahun yang lalu saya pernah coba bajigur instan merek Hanjuang dan rasanya enak. Sayangnya, belum pernah mencoba merek Wdank jadi belum bisa membuat perbandingannya 🙂
menurut lidah saya, bajigur asli itu rasanya lebih mirip yang hanjuang, mbak
duluu pas tinggal di bandung pernah nyicipin bajigur. lupa-lupa ingat sih rasanya gimana. saya sempat mikir itu kuah kolak. heuheu
btw ini postingan iklan atau buat lomba? 😉
😀
istri saya pernah cerita tentang temannya yang ngoongin bajigur…. temannya itu bilang…
“yang salah itu tukang bajigur… air butek koq dijual!”
😀
bukan untuk keduanya… kebetulan semalam emang lagi minum bajigur instan itu. ini mau nyari twitter perusahaan itu, mau mention… kali-kali aja dapat souovenir 😀
Saya juga pengen euy bikin review produk kayam gini. Tapi belum bisa 😀
saya juga baru belajar 😀
Saya udah pernah minum bajigur mas, trus beberapa bulan lalu beli w’dank bajigur gambar yg sebelah kiri itu karena lagi promo hehehhe. Tapi saya gak doyaaan, jd sampe skrg msh ada itu di lemari. :”))
kenapa nggak doyan, mbak?
Rasanya aneh mas :”))), tp mungkin seleraku yg bandrek mamang2 beneran kali ya mas
😀
iya emang beda seh rasanya. lebih mantap yang original
Saya belum pernah coba bajigur jadi tidak tahu rasanya :hehe. Enakkah? Hm, boleh dicoba… dan saya mesti googling dulu soal apa itu bajigur soalnya saya suka tertukar antara bajigur dan sekoteng dan wedang ronde dan wedang angsle… *bingung*.
sekoteng itu ada isinya semisal roti, mutiara dll . wedang ronde dan angle juga kayanya ada isinya…. jadi mirip sekoteng juga lah. kalau bajigur, cuma air aja, nggak ada isinya
Hoo… demikian… *baru tahu :hehe :malu*. Terima kasih infonya ya Mas :)).
ya kurang lebih begitu. kalau sekoteng masih ada pedagangnya yang lewat depan rumah
Saya jarang menjumpai pedagang sekoteng :huhu.
udah jarang. tapi mungkin di PRJ ada kali yah
Oke :)).
sip
Untung di Cikarang masih ada 1 tukang bajigur, jadi masih tetap bisa ngerasain rasa yang original…
Untuk yang instan itu, malah ane belum pernah nyobain 😀
pastinya lebih mantap yang original, bang
Aku pernah coba yang wedank bajigur kurang suka ngak begitu cocok sama lidah aku.
seperti cerita saya, rasanya memang agak jauh dengan bajigur ori, mbak 😀
bajigur hanjuang saya pernah mencobanya. bandrek hanjuang juga pernah … enak juga, Bang … 😀
emang enak, kang 😀
waah jadi pengen nyicip
selamat nyicip
saya belum pernah nyobain mas hehe
bisa nyoba kapan aja, mbak 😀
Saya lagi blogwalking sambil minum bandrek Hanjuang terus nemu postingan ini. Sungguh kebetulan yang tiada terkira 😀
Hidup bandrek!! *sruput*
😀
Duly pernah nyoba hanjuang dan rasanya masih terbayang
Istri saya lagi ngidam bajigur mau nya yang tukang keliling,susah nyarinya di Tangerang mah liter..