Sal, malam ini, aku senang sekali. Selain karena kita bisa makan malam dengan menu istimewa, juga karena melihat dirimu begitu menyukai semangka yang kubeli di pagi hari tadi.
“Semangkanya manis, Zul!” ucapmu sesaat setelah menggigit sepotong semangka merah tanpa biji itu.
“Terima kasih, Zul!” ucapmu selanjutnya setelah menghabiskan sepotong semangka.
Sal, ada sebuah cerita tentang buah semangka itu yang kubeli itu. Setelah kau menikmati manisnya, kini aku akan bercerita tentang yang kualami pagi tadi.
Ketika aku jalan-jalan pagi, aku sempatkan untuk mampir ke sebuah mini market yang di dalamnya terdapat mesin ATM. Tujuanku adalah untuk mengambil uang dari tabunganku. Itu saja.
Namun katika aku melihat ada promo buah semangka yang turun lima ratus rupiah setiap 100 gramnya, aku langsung tertarik dan membelinya. Tak hanya satu, tetapi dua buah. Satu untuk kita dan satu lagi untuk ibuku.
Setelah membayar, aku membawa dua buah semangka dengan berat total sekitar 8 kilogram itu dengan tangan kananku.
Baru belasan meter kakiku melangkah, tangan kananku sudah terasa pegal dan tidak nyaman membawa dua kantong plastik berisi semangka di dalamnya. Segera kupindahkan bawaanku itu ke tangan kiri. Tangan kiriku yang kemudian membawa dua buah semangka tersebut.
Setelah belasan meter kakiku melangkah, giliran tangan kiriku yang merasa pegal dan tidak nyaman karena membawa dua buah semangka itu.
Aku memindahkan lagi bawaanku ke tangan kanan. Beberapa saat kemudian, kupindahkan lagi ke tangan kiri. Aku melakukannya hingga beberapa kali. Hingga kemudian aku terasadar akan kebodohanku. Bukankah masing-maaing tangan kanan dan kiriku bisa membawa satu buah semangka?
Lalu aku melakukannya. Masing-masing tanganku membawa satu buah semangka. Kondisi tersebut jauh lebih nyaman dibandingkan sebelumnya.
Sal, mungkin pernikahan dan rumah tangga kita memiliki kemiripan dengan pengalamanku itu. Ketika kita menikah dan berumah tangga, bukan berarti tak ada beban yang kita pikul. Beban dalam bentuk masalah itu sudah pasti ada. Jika aku menanggungnya sendiri, aku tak akan bisa bertahan lama. Jika kamu memikulnya seorang diri, kamu pun tak akan sanggup melakukannya. Namun di dalam rumah tangga, kita bisa berbagi. Setelah menikah, kita bisa memikul masalah dan menyelesaikannya bersama-sama.
Dengan demikian, tentunya, penyelesaian masalah tidak akan berlama-lama. Kita bisa lebih cepat mengatasinya. Selama kita ditopang dengan niat, visi, dan misi kita menikah dan berumah tangga.
Sal, tak hanya berbagi beban yang membuat kita berrahan. Berbagi kebahagiaan pun adalah sebuah keniscayaan dalam pernikahan dan berumah tangga. Tentunya, merasakan kebahagiaan bersama-sama, akan terasa jauh lebih bermakna dibanding merasakannya seorang diri.
Bukankah demikian, Sal?
Sebagai penutup, simaklah beberapa bait puisiku ini, Sayang!
wahai bidadari
yang turun dari langit ke bumi
namun bukan hanya sekedar untuk mandi
seperti kisah di sebuah legenda yang tidak pasti
ketahuilah bahwa sekarang kau tidak sendiri
telah hadir seorang pendamping di sisi
yang akan berusaha semampu diri
untuk selalu menemani
wahai bidadari
suatu ketika mungkin kau bergundah hati
lantas bersedih dan mengalirkan air mata di pipi
saat itu mungkin akan kau sadari
bahwa dirimu tak lagi sendiri
karena telah hadir seorang pendamping di sisi
yang akan menghapus duka tak terperi
dan menggantinya dengan senyum berseri
wahai bidadari
suatu ketika mungkin bahagia meliputi hati
lantas tawa canda menghiasi
saat itu kuingin engkau menyadari
bahwa dirimu tak lagi sendiri
karena telah hadir seorang pendamping di sisi
yang berharap kau akan berbagi
dan memanjatkan syukur atas apa yang telah diberi (*)
(*) Bagian dari puisi berjudul “Puisi Suami Istri”
Baca Cerita Samara Lainnya :
Suit suit..
Memang beban rumah tangga suka n duka dirasakan bersama dan slalu ucap syukur pasti akan terasa ringan.
Saling berbagi suka, saling berbagi duka. Bahagia berdua lebih baik daripada bahagia sendiri, menangis berdua lebih melegakan ketimbang menangis sendiri. Dua kepala jauh lebih baik daripada satu :)).
Doh, agak terharu nih bacanya Mas :hehe.
kurang lebih begitu. gar
asal nggak sampe nangis ya gpp π
Iya Mas :)).
π
Masalah yang ditanggung sendiri susah untuk diselesaikan, tapi ketika dipikul bersama-sama akan terasa enteng untuk dijalani dan dicari jalan keluarnya. π
insya Allah begitu, mas
dalam maknanya… bisa mencari persamaan bawa semangka dengan kehidupan…
disama-samin aja, uni π
Tadi malem, di sebuah resepsi pernikahan, saya menikmati sepiring potongan2 semangka dingin bersama istri π
mantap itu π
Semangka merah atau kuning bang?
π
di atas seh disebutin semangka merah, mas
nah itu dia……. merah berarti berani….
berani sama2 menanggung beban keluarga bersama-sama…
Kalau si kuning lagi pada rebutan kursi bang π
hahahaha…..
π
bisa aja
Kalo berbagi dan saling menerima Insya Allah langgeng ya bang. Besok siang pengen makan semangka, hehe..
intinya adalah bersyukur dan bersabar. kurang lebih begitu kali ya, mas.
enak tuh, siang-siang… panas-panas… makan semangka manis yang dingin…. mantap π
mantap dahhhh
terima kasih
sangat bermamfaat…
terima kasih
terima kasih telah berbagi info gan..
jangan lupa berkunjug ya gan ke web saya
terima kasih atas kunjungannya
sangat menarik dan bermamfaat..
menambah pengetahuan terima kasih telah berbagi info
sama-sama
dalam maknanya⦠bisa mencari persamaan bawa semangka dengan kehidupan
terima kasih