Sebelum menjamurnya mini market kembar –karena di mana ada mini market yang satu, maka dalam radius beberapa puluh meter atau bahkan berhadap-hadapan, akab berdiri mini market satunya lagi— belakangan ini, di tempat saya dibesarkan sudah berdiri sebuah mini market dan pasar swalayan. Masing-masing bernama “Topazz” (jika saya tidak salah ingat) untuk mini market dan “Akasia“ untuk pasar swalayan. Saya sering mengunjungi keduanya untuk sekedar bermain dingdong.
Seingat saya, saya tidak pernah membeli sesuatu di Akasia, sementara di Topazz, saya sering membeli minuman dingin rasa buah dalam kemasan. Bukan buah semangka yang kemudian dikaitkan dengan kehidupan rumah tangga 😀 . Setelah mengambil minuman tersebut dari lemari pendingin, saya membawanya ke kasir. Mbak Kasir akan mengetikkan kode angka yang tertera di kemasan. Selanjutnya akan muncul keterangan mengenai nama barang dan harga di layar mesin kasir. Jumlah tersebutlah yang harus saya bayar.
Kini, mesin kasir sudah berkembang lebih canggih. Para kasir tak perlu mengetik setiap angka yang merupakan kode unik untuk setiap barang yang dibeli oleh konsumen. Mereka cukup men-scan bar code setiap barang untuk memasukkan datanya ke dalam komputer. Nama barang dan harga akan langsung terinput dan terlihat di layar.
Sebelum proses jual-beli terjadi, sebelum barang-barang yang dijual bisa discan, maka ada proses awal yang harus dilakukan. Proses itu adalah menginput data barang-barang yang akan dijual ke dalam database. Database tersebutlah yang kemudian digunakan oleh kasir ketika menggunakan aplikasi penjualan di mesin kasirnya.
Dalam proses jual-beli yang terjadi, yang harus dipastikan oleh pembeli dan kasir adalah bahwa data yang muncul di layar komputer harus sama dengan barang yang dibeli konsumen. Baik nama, ukuran, hingga harga. Jika tidak sama, maka bisa jadi akan memunculkan masalah di antara pembeli dan kasir.
Kurang lebih seperti itulah kira-kira gambaran sederhana mengenai proses sebuah aplikasi berbasis komputer yang dibuat oleh manusia. Sebuah imajinasi liar saya mengasumsikan bahwa hidup dan kehidupan manusia di dunia ini juga tersimpan di dalam sebuah database yang sangat super canggih sekali. Saking canggihnya, saya tidak bisa membayangkan bagaimana bentuknya, besar daya tampungnya, dan sebagainya. Hanya saja, saya menganggap bahwa proses kerjanya kurang lebih menyerupai proses seperti saya singgung sebelumnya.
Setiap manusia punya identitas unik yang kemudian tersimpan di data master di database komputer super canggih tersebut. Ada banyak data utama yang tersimpan. Mungkin dua di antaranya berupa nama dan jenis kelamin. Lalu setiap perbuatan yang dilakukan oleh manusia tersebut tercatat di tabel transaksi hingga usia hidupnya di dunia ini selesai.
Di masa setelah kematian, ketika semua manusia dibangkitkan dan ditimbang segala amal perbuatannya, maka proses scanning pun dimulai. Proses scanning tersebut akan menghitung manakah yang lebih banyak antara amal baik dan amal buruk yang dimiliki oleh manusia. Hasil dari proses tersebut akan menentukan akan ke mana manusia itu bertempat tinggal selamanya. Surga atau neraka.
Yang menjadi pertanyaan saya dalam imajinasi liar seperti di atas adalah proses sebelum scanning amal dilakukan. Ada proses awal yang harus dilewati oleh setiap manusia, yaitu scanning identitas. Apabila dua data di atas, yaitu nama dan identitas, dijadikan patokan utama, maka gambaran scanningnya kurang lebih sebagai berikut :
Jika di layar scan memunculkan data manusia dengan nama A berjenis kelamin laki-laki dan sosok yang berdiri adalah manusia bernama A dan berwujud laki-laki, maka scanning identitas berhasil dilewati dan manusia bernama A bisa lanjut ke proses scanning amal perbuatan.
Jika di layar scan memunculkan data manusia dengan nama B berjenis kelamin laki-laki dan sosok yang berdiri adalah manusia bernama B dan berwujud perempuan, maka scanning identitas berhasil dilewati dan manusia bernama B bisa lanjut ke proses scanning amal perbuatan.
Namun bagaimana jika di layar scan memunculkan data manusia dengan nama C berjenis kelamin laki-laki tetapi sosok yang berdiri adalah manusia bernama C dan berwujud perempuan karena di masa hidupnya pernah melakukan operasi kelamin?
Jika kejadian tersebut dianalogikan dengan transaksi antara pembeli dan kasir di mini market di atas, pastilah akan terjadi masalah. Transaksi bisa gagal. Tapi entahlah dengan sistem komputer super canggih di masa depan itu. Imajinasi saya tidak bisa membayangkan lebih detil selain dengan membandingkan dengan kejadian yang saya temui sehari-hari.
Wallaahu a’lam.
Tulisan Terkait Lainnya :
- Para Lelaki Masbuq
- Jika Tentang Rasa
- Bisa Jadi…
- Antara Ikhlas dan Buang Air Besar
- Tiga Orang Anak yang Bersalaman Selepas Shalat
- Membalas VS Memaafkan
- Kisah Rasulullah yang Kental dalam Pesan Moral Namun Rapuh dalam Validitas
- Dua Sisi Digital Lifestyle
- Strategi Sedekah
- Dhuha dan Tilawah Para Pengemban Amanah
Sebelum scanning itu diberlakukan oleh-Nya, sptnya kita harus mempersiapkan amal ibadah kt yg terbaik.
iya, mas. biar selamat
Masya Allah. Saya juga gak bisa bayangkan database yang sangat canggih kepunyaan sang khalik.
pastinya sudah di luar nalar pemikiran kita, mas.
ngeriii klo udah di akhirat ya…. =_=
ngeri bagi yang meyakini akhirat itu ada, mbak. bagi yang nggak ngeri ya biasa-biasa aja
Saya senyum Bang bacanya. Soal scanning menscanning kan memang hak pererogatifnya yang punya scanner ya, cuma bisa siap-siap aja discan. Hehhehe.
😀
persiapan itu yang penting, mas. semoga kita diberi kesempatan untuk mempersiapkan diri sebaik-baiknya
selama masih hidup selalu ada kesempatan untuk memperbaiki diri yaa
betul sekali, mbak
Kumpulin bekal buat nanti…
iya, teh
teknologi makin canggih ya
begitulah
perihal dulu, yudi juga pernah membahasnya di Multiply
mereka itu sebenarnya hanya terbawa suasana mas. kecuali klo memang tubuhnya benar2 berubah secara alami 😀
kalau yang alami itu kan bukan kehendak si empunya, mas 😀
dalam kondisi ragu2 apakah laki-laki atau perempuan, bisa ditentukan mana yang dominan.
Pembahasan yang menarik memang banyak sekali orang yg masuk kriteria C. numun itu adalah pilihan mereka yang kutahu mereka nyaman n bahagia di posisi itu walau kita tahu resikonya sangat besar.
Namun itulah yg dinamakan pilihan.
dan setiap pilihan memiliki konsekuensi dan tanggung jawab
cangih ya 😀
yup 😀
Ketika masa itu datang, tidak ada pengelompokan berdasarkan jenis kelamin, I think. You always be you no matter what happened.
mungkin. tapi jenis kelamin itu sepertinya tetap ada.
wallaahu a’lam
Wallahu’alam
benar. wallaahu a’lam
Ga bisa mikir sampe kesitu sayaj,,, langsung ngeblank mas hehehehe
😀
gpp, mbak
Saya suka tulisan ini. Khas bang Jampang banget. hehehehe…!!!!
😀
tulisan saya sudah punya ciri khas?
Sudah, hehehehehe…!!!! Mantap bang 🙂
saya sendiri bingung ciri khasnya apa 😀
nggak usah bingung bang. dinikmati. Ini apresiasi dari saya pribadi. Bisa beda dengan yang lain. hehehehe
terima kasih banyak, mas
sama-sam bang. 🙂
setiap tingkah laku atau sesuatu yg mau dilakukan manusia pasti terpengaruh lingkungan, sih menurut saya… dan tiap yang diambil sudah siap dengan konsekuensinya
karenya manusia diberikan akal untuk bisa memilih mana yang benar dan mana yang salah… dan kembali, patokan apa yang dipakai oleh seseorang tersebut untuk mentukan mana yang benar dan mana yang salah
wow analoginya..mantap lah..
moga syaikhan dan adiknya sehat2 yaa
terima kasih mbak.
aamiin
makin filosofis nih Bang..salut
😀
nggak juga seh, mbak