
Salah satu hal yang mungkin harus dipelajari ketika menjadi hidup berpasangan adalah penyesuaian diri dengan pasangan. Salah satunya penyesuaian dengan kebiasaan atau kesukaan pasangan, bahkan dengan kekurangan pasangan.
Contohnya adalah ketika perempuan ketika akan tidur harus berusaha membiasakan diri dengan kebiasaan mendengkur dari lelaki yang sudah menjadi pasangannya saat tidur. Jika kebiasaan sang suami tersebut dirasakan sebagai gangguan, pastinya sang istri akan terganggu. Tapi jika dilihat dari sudut pandang yang berbeda, bisa jadi itu sebagai sebuah kebaikan. Misalnya, ketika sang istri mendengar dengkuran sang suami yang tidur di sebelahnya lalu bergumam, “Alhamdulilllah, aku masih mendengar dengkuran suamiku, itu tandanya dia masih hidup.”
Saya adalah orang yang kurang suka jajan makanan di luar. Saya merasa cukup dengan makanan yang ada di rumah. Namun tidak demikian dengan Minyu. Sepertinya Minyu lebih suka jajan di banding saya. Tapi anehnya, badannya tetap langsing, beda dengan saya 😀
Karena kebiasaan Minyu yang suka ngemil apalagi dalam kondisi menyusui sekarang di mana asupan makanan yang diperlukannya harus ditambah, saya sering membelikannya beberapa jenis makanan ringan di mini market. Apalagi jika di mini market sedang lagi ada promo atau diskon. Jadilah saya membeli beberapa bungkus makanan yang sama untuk kami habiskan bersama.
Karena saya membalinya sendiri, maka saya tidak perlu menanyakan apakah Minyu mau atau tidak. Saya cukup membeli jenis makanan yang pernah dibeli dan dimakan oleh Minyu. Namun tidak demikian jika saya meminta Minyu untuk memilih makanan yang diinginkannya ketika kami berbelanja bersama.
Beberapa waktu yang lalu, kami berbelanja ke sebuah mini market. Setelah mendapatkan barang-barang yang memang kami butuhkan, saya meminta Minyu memilih makanan untuk cemilan. Minyu berjalan ke bagian roti. Minyu mengambil sebungkus dorayaki dari raknya, lalu bertanya kepada saya, “Abang mau dorayaki?”
Tanpa pikir panjang, saya langsung menjawab, “Nggak.”
Mendengar jawaban saya tersebut, Minyu meletakkan kembali dorayaki ke raknya.
“Ambil aja!” pinta saya.
“Nggak jadi,” jawab Minyu.
“Udah nggak apa-apa. Ambil aja!” saya sedikit memaksa.
“Nggak usah.”
“Kenapa?” tanya saya lagi.
“Bentuk dorayakinya nggak seperti di film Doraemon!” jawab Minyu kemudian sambil melangkah mendekati kasir.
Ternyata, obrolan kami tentang kue dorayaki tersebut diperhatikan oleh Mbak Kasir dan kemudian memberikan komentar kepada Minyu. “Kakak lucu banget seh. Kaya orang pacaran aja!” Padahal saat kejadian saya sedang menggendong Sabiq.
Belakangan, saya menyesali jawaban saya itu. Seharusnya saya iyakan saja ketika Minyu menanyakan soal kue dorayaki itu. Jika saya mengiyakan, Minyu pasti mengambil dua buah dorayaki. Satu untuknya, satu lagi untuk saya. Namun yang terpenting adalah, Minyu mau memakannya sebagai salah satu asupan ke tubuhnya agar bisa membantu produksi ASI untuk Sabiq.
Sepertinya, Minyu merasa tidak enak jika hanya dirinya saja yang dibelikan sementara saya tidak ikutan makan. Mungkin karena uangnya adalah uang yang bersumber dari saya. Sementara jika uangnya adalah milik Minyu sendiri, tentu akan lain kejadiannya. Seperti yang sudah-sudah.
“Bang, mau pempek nggak?” tanya Minyu di suatu siang. Kebetulan terdengar suara tukang pempek keliling yang makin lama makin mendekati rumah.
Tak mau mengulangi kesalahan saya di mini market beberapa waktu sebelumnya. Saya langsung menjawab “Mau!”
Tak lama kemudian, dua porsi pempek alakadarnya siap kami santap bersama.
Tulisan Terkait Lainnya :
wah, saya banget ini. suka makan di luar. hihi. jadi ngiri sama mbak minyu yang badannya ga gemuk-gemuk
😀
kalau ditanya kenapa bisa kurus, jawabnya karena dulu kerjanya gerak mulu, kerjanya jauh dan selalu mandi saunda di angkutan umum
wkwkwk. saya kalau kerja di jakarta mungkin bakal kurus juga kyknya 😀
bisa jadi dan bisa juga nggak ngaruh 😀
tergantung orangnya juga yak. hehe
sepertinya begitu 😀
Buset mbak minyu toladan benar.
Kalau aku nie ya, pas jajan di mini market aku mau apa ambil aja, nah kalau suami aku ngak mau. ya aku tetap aja ambil, nanti dia juga milih sendiri apa yg dia mau.
😛
ya tetep diambil juga gpp, mbak. bisa aja nanti makannya tetep berdua meski beda banyaknya 😀
mirip sama sayah :))
tapi kadang suka selfish sih klo soal makanan, apalagi klo udah pengen dari sebelum2nya
waaah… nggak bagi2 donk 😀
Ciee, bapak dan ibunya Sabiq ini benar-benar bisa saling pengertian. How sweet, Mas :hihi.
uhuk… uhuk…
Batuk, Mas? :hihi.
😀
Mesranya kang sama istri, hehe.. memang kudu begitu ya.
bukan saya yang mesra, istri 😀
So sweet banget Mas. Aihhhh. Iri dah.
Ngiri juga mas ? ah, sama saya juga ngiri 🙂
Tosslah kita.
😀
xixixixixixixi,, terkadang saya juga giiituh.
gitu gimana? 😀
Suka ngemiiil, tapi si misua ga doyan ngemil. Jadinya klo ada cemilan yg mau saya beli tapi si misua ga mau makan, saya kembaliin ke raknya semula,hehehehe
wah… istri saya ada temannya 😀
Tak jarang istri ingin sesuatu tapi tak ingin egois dan makan sendiri maka menawarkannya kepada suami. Bila suami tak mau ya akhirnya istri ga jadi kepingin. Ini bentuk cinta yang luar biasa kpd suami 🙂
karenanya saya harus banyak bersyukur ya, mas 😀
alhamdulillah
Istri abang beruntung, suaminya perhatian. Istri saya sering protes karena jarang membelikan sesuatu ( yang tidak dia minta) bahasa dia adalah jarang ngasih suprise. hehehehe..!!!!! makasih bang udah dicontohi gimana membuat seneng istri. hahahaha…!!!!
sama-sama, semoga bermanfaat
amin
😀
Ha ha,,aku pernah kayak mba minyu gt,,toss dl ya mba,, 😀
silahkan toss lah kalau begitu 😀
Rasanya nyesek,,tp tak apalaah,,
Dn begitulah wanita he he,,
makanya berusaha untuk tidak bikin tambah nyesek 😀