Bioskop Bang Musa

Seberapa sering Anda menonton film di bioskop?

Itu adala judul salah satu coretan yang pernah buat di tahun 2012 silam. Mungkin di antara Anda ada yang seminggu sekali atau sebulan sekali menonton film baru di bioskop. Atau mungkin akan datang ke bisokop untuk menonton film tertentu saja yang dianggap menarik, baik karena ceritanya atau mungkin karena pemerannya. Setiap orang pasti akan berbeda-beda. Bergitu pula dengan saya.

Jika saya tidak salah ingat, sejak saya lahir hingga saat saya menulis coretan ini, saya baru enam kali menonton film di bioskop. Di antara enam judul film yang saya tonton tersebut, salah satunya saya nonton dua kali. Sebelum menonton di bioskop sungguhan, saya sudah menontonnya di Bioskop Bang Musa. Film tersebut berjudul “Saur Sepuh : Satria Madangkara”.

Di masa kecil, tempat utama bagi saya untuk mennton film bukanlan di gedung bioskop. Ada dua tempat di mana saya sering menonton film. Satu tempat lokasinya berpindah-pindah. Sementara lainnya berlokasi tetap.

Yang lokasinya berpindah-pindah adalah layar tancap.  Ya, saya dahulu suka sekali menonton layar tancap. Mulai dari sekedar nonton dua film saja lalu pulang sebelum pukul dua belas malam, sampai nonton semalam suntuk dan baru pulang menjelang shubuh. Lokasinya kadang di lapangan, kadang di jalan yang diubah menjadi arena layar tancap.

Yang lokasinya tetap adalah Bioskop Bang Musa. Bang Musa adalah nama pemilik rumah sekaligus pemilik video player yang menjadikan rumahnya sebagai tempat pemutaran film. Lokasi rumah Bang Musa tidak jauh dari rumah Nenek Minyu. Hanya saja dahulu saya tidak pernah bertemu dengan Minyu meski sering bermain di sekitar rumah neneknya.

Bang Musa menjadikan ruang tamu rumahnya seperti ruang bioskop. Ruang tamu tersebut dikosongkan dan hanya menyisakan sebuah televisi, video player, dan sebuah kipas angin jika saya tidak salah ingat.

Setiap anak yang ingin menonton film di rumahnya, diharuskan membayar seratus rupiah oleh Bang Musa. Uang seratus rupiah itu kemudian ditukar dengan sebuah tiket masuk dari kertas sebagai bukti pembayaran.

Sesaat sebelum jam tayang pemutaran film, biasanya jadwal pemutaran dipasang oleh Bang Musa di warung yang berada di depan rumahnya, saya dan puluhan anak-anak lainnya sudah menunggu di depan rumah Bang Musa. Ketika film akan diputar, kami mulai berdesakan masuk ke ruang tamu lalu duduk di atas lantai tanpa alas apapun. Ruang tamu yang semula kosong langsung dipenuhi dengan puluhan anak-anak. Tak lama kemudian, film diputar dan kami asyik menonton.

Selain jadwal pemutaran film, Bang Musa menjadikan warungnya juga sebagai tempat untuk mengumumkan film apa saja yang akan ditayangkan. Termasuk sinopsis singkat dari film yang akan tayang tersebut. Mungkin di zaman sekarang bisa disamakan dengan cerita singkat yang terdapat di belakang cover VCD.

Tiket Bioskop Bang Musa di hari biasa, seperti yang saya sebutkan di atas adalah seratus rupiah (atau mungkin lima puluh rupiah). Sejumlah itulah yang saya bayar ketika saya menonton film “Saur Sepuh : Satria Madangkara”. Beberapa waktu kemudian, saya diajak oleh paman saya untuk menonton film teersebut di bioskop sungguhan dengan harga tiket saat itu sebesar dua ribu rupiah atau dua ribu lima ratus rupiah. Sementara di malam minggu, ada semacam tiket terusan sebab akan ada beberapa film yang diputar. Tempat menontonnya pun bukan di ruang tamu, tetapi di halaman depan rumah Bang Musa. Tentunya, harga tiketnya lebih mahal sedikit.

Di Bioskop Bang Musa itulah saya sering menonton berbagai jenis film di masa kecil. Baik film Indonesia maupun asing. Baik film laga, horor, maupun komedi. Sementara sekarang, saya kurang tertarik untuk menonton film di gedung bioskop. Sementara untuk menonton sebuah film di komputer atau laptop, saya tidak bisa sekali tonton langsung selesai. Biasanya saya baru menyelesaikan sebuah film setelah dua atau tiga hari 😀

 


Tulisan Terkait Lainnya :

25 respons untuk ‘Bioskop Bang Musa

  1. Ria Angelina April 28, 2015 / 22:02

    benar benar home teater ya mas..
    wah Saur Sepuh ,Satria Madangkar aku belum pernah nonton filmnya.

    • jampang April 29, 2015 / 05:11

      iya mbak.
      itu film udah lama juga mbak. coba aja di youtube, ada kali 😀

  2. Gara April 28, 2015 / 22:26

    Bioskop rakyat ya Mas. Harga murah, tapi pelayanan tetap berusaha semaksimal mungkin, meski penuh keterbatasan.
    Ah, saya pun jarang menonton bioskop. Selain tidak ada teman menonton *uhuk*, rasanya tiket bioskop sekarang agak mahal untuk ukuran kantong saya… :hehe.

    • jampang April 29, 2015 / 05:10

      iya… bioskop misbar… kalau gerimis bubar 😀

      • Gara April 29, 2015 / 11:41

        Misbar itu gerimis bubar? Astaga saya baru tahu :hihi.

  3. Febriyan Lukito April 28, 2015 / 23:04

    Saur Sepuh. Film pas kecil nih mas. Pasti nonton kalau keluar yang baru.

    • jampang April 29, 2015 / 05:09

      yang pertama doank saya tonton di bioskop, selanjutnya bukan di bioskop 😀

  4. Firman April 28, 2015 / 23:11

    kalau sekarang mau bikin tempat nonton layar tancep gitu, anak-anak udah gak ada yg tertarik, mereka lebih suka main layar sentuh. lagipula sekarang setiap rumah udah ada tv masing-masing.
    serunyaa hidup jaman dulu…

    • jampang April 29, 2015 / 05:09

      iyah. layar tancap pamornya udah jauh berkurang. buat nonton film udah banyak alternatif lain yang lebih mudah

      • Firman April 29, 2015 / 20:30

        tapi kebanyakan ilegal 😀

      • jampang April 29, 2015 / 21:34

        kalau soal itu saya kurang paham, mas

  5. Taqorrub April 29, 2015 / 01:48

    Kl ane sih nonton bioskop bs dhitung jari gan. Ane nonton bioskop sm pcr ane hhhh 😀

    • jampang April 29, 2015 / 05:07

      nggak terlalu sering juga yah. kalau ane nonton nggak sama pacar 😀

  6. Idrus April 29, 2015 / 05:54

    Nostalgia ya mas hehe seru banget kan ya dulu bareng temen”nya. Wah bikin saya rindu nobar waktu masa kecil. Berisiknya itu hahah 😀

    • jampang April 29, 2015 / 07:25

      kalau jagoannya datang, pasti tepuk tangan, mas 😀

  7. Tita Bunda Aisykha April 29, 2015 / 07:53

    He he,,film jaman dulu di tmpt saya nntnnya pake layar tancep bang,,ngumpulin orang sekampung,,iuran cm bwt nntn tutur tinular atau film2nya bang Roma,,

    • jampang April 29, 2015 / 08:34

      filmnya hampir sama ya, mbak 😀
      plus warkop and india

  8. ira nuraini April 29, 2015 / 10:40

    berasa nostalgia kalo ngomongin misbar alias gerimis bubar.. 😀
    urusan bioskop udah lama ga masuk gedung bioskop apalagi sejak punya anak, ga up to date urusan perfilm-an. Ujung2nya paling nonton dr DVD hahaha…

    • jampang April 29, 2015 / 11:23

      kalau saya modal file dari temen yang download mbak 😀

  9. alrisblog April 29, 2015 / 10:44

    Saya nonton film di bioskop terakhir tahun 2008 film Laskar Pelangi. Sejak itu gak pernah lagi nonton di bioskop.

    Nonton laya tancep justru lebih seru, hehe…

    • jampang April 29, 2015 / 11:23

      yang nonton lebih banyak dan bisa sambil makan apa aja dan mau posisi gimana aja. dan satu lagi kelebihan layar tancap… penontonnya bisa lihat film dari belakang atau depan 😀

  10. mellyfeb0805 April 29, 2015 / 10:58

    Ya ampun itu film dulu mau nonton aja sya sama ortu sampe ngantri di bioskop kecil deket rumah bang, hehe… Salam kenal bang 🙂

    • jampang April 29, 2015 / 11:22

      ya film lama memang 😀
      salam kenal juga, mbak

  11. zaki19482 April 29, 2015 / 11:57

    Kreatif juga itu Bang Musa. hehehehe..!!! Nggak berpikiran sejauh itu kalau saya. Kalau urusan nonton film masih jalan, di komputer, hahahaha…!!!! Ke Bioskop? udah bisa dikatakan tidak pernah . Sejak punya anak. hehehehe..!!!

    • jampang April 29, 2015 / 15:38

      idem lah. cukup di komputer atau di tv 😀

Tinggalkan jejak anda di sini....

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s