Demi Masa. Demi fajar. Demi dhuha. Demi malam. Demi siang. Demi shubuh.
Kalimat-kalimat di atas termaktub di dalam Al-quran. Kalimat sumpah dengan menggunakan nama-nama waktu. Kalimat sumpah yang diucapkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang menciptakan alam beserta isinya. Termasuk menciptakan makhluk-Nya yang bernama waktu.
Ketika Allah bersumpah dengan nama-nama waktu, itu menandakan bahwa waktu adalah sesuatu yang penting. Penting untuk diperhatikan dan ditandai. Terlebih lagi bagi makhluk lainnya yang bernama manusia. Termasuk saya di dalamnya.
Untuk apa saya menandai waktu? Jawaban saya adalah untuk tiga hal. Mengenang, menjalani, dan mengharap. Mengenang waktu-waktu yang telah berlalu, menjalani detik-detik saat ini, dan menanamkan harapan-harapan di masa mendatang.
Sedetik yang baru saja saya lewati dan detik-detik sebelumnya adalah waktu yang sudah berlalu. Karena waktu terus berjalan, saya tidak akan pernah bisa kembali hidup dan mengulang apa yang sudah terjadi. Saya hanya bisa mengenangnya.
Mengenang waktu yang berlalu bukan berarti terjebak di dalamnya. Bukan untuk bersedih karena pengalaman-pengalaman pahit yang sudah terjadi. Bukan pula bersenang-senang atas kebahagiaan yang sudah pernah dicapai. Sebab kedua hal tersebut hanya akan membekukan hati, pikiran, dan jiwa. Melainkan untuk mengambil pembelajaran atas apa yang sudah terjadi sebagai bekal di dua waktu berikutnya. Kini dan yang akan datang. Agar kesalahan diri tak terulang. Agar kebaikan diri terus bertambah.
Detik ini, jam ini, hari ini, adalah waktu yang harus saya maksimalkan. Karena saya hidup di waktu ini. Apa yang saya lakukan saat ini memang tidak akan mengubah apa yang sudah terjadi, namun menjadi pijakan apa yang akan terjadi esok, lusa, dan waktu-waktu yang akan datang ketika saya diberikan umur panjang.
Waktu yang akan datang, meskipun belum pasti, menjadi tempat saya menanamkan harapan. Harapan yang akan membuat pikiran, hati, dan jiwa saya lebih hidup dan bersemangat. Harapan untuk meraih sesuatu yang lebih baik daripada yang sudah pernah diraih.
Orang bijak mengatakan, “Waktu laksana pedang. Jika engkau tidak menggunakannya, maka ia yang malah akan menebasmu. Dan jika dirimu tidak tersibukkan dalam kebaikan, pasti akan disibukkan dalam hal yang sia-sia.”
Orang bijak yang lain mengungkapkan, “yesterday is history tomorrow a mystery but today is a gift thats why its called the present”.
*****
untuk diikutsertakan dalam :
#Give Away: Untuk Apa Kau Menandai Waktu?
Tulisan Terkait Lainnya :
kita adalah kumpulan waktu, semoga bisa mengambil hikmah 🙂 tulisan yang menarik mas
aamiin. semoga demikian.
terima kasih, mas
Setuju, kita harus menghargai waktu yang kita miliki ya 🙂
iya. mas. kurang lebih begitulah
suka deeh,,,noted dengan hal ini “Sebab kedua hal tersebut hanya akan memebekukan hati, pikiran, dan jiwa.”,, 😀
terima kasih, mbak 😀
Saya merenung betulan lho membaca ini. Hwaaah, terima kasih sudah berpartisipasi! Link-nya sudah saya sebarkan ke dua teman saya yang lain :)).
Sekali lagi terima kasih banyak!
abis baca postingan ini gimana mas, apa saya masih bisa ikutan? 😀
Tentu saja masih bisa :hehe.
sama-sama, gar
Aaak. Nyontek ya Bang. Hahaha. Belom dapet inspirasi euy buat giveawaynya Gara. 😛
Bagus Bang tulisamnya.
masih ada waktu, mas. siapa tahu dapat inspirasi yang lebih baik 😀
terima kasih
Bagusan tulisannya Bang Jampang ini mah. Sarat pelajaran yang bisa dipetik 🙂
😀 bisa aja mbak bikin saya GR
Jadikan masa lalu untuk ke depan yg lebih baik, manfaatkan waktu yg akan datang sebaik mungkin. Al-waqtu ka al-saifi.
setuju dan sepakat
Yang disebutin di atas itu memang core-nya. Trus saya nulis apa yak bingung aaaaa bagus tulisannya, Mas 😀
mungkin dari sisi atau sudut pandang lain, mbak.
terima kasih 😀
siip jawabannya….
saya intip giveawaynya ah.. 😀
terima kasih, mbak.
silahkan ke TKP aja kalau gitu 😀
memebekukan apa membekukan Bang? 😀
mantab…
itu bonus karakternya 😀
*typo*
terima kasih
akhir2 ini ngrasa waktu larinya kenceng, susah ditandai hiks 😦
Berarti harus lari lbh kenceng dari waktu yah…. Cape 😦