Bukan malas mengajarnya, tetapi malas menggunakan dasi. Mungkin kalau dapat tugas di hari Selasa, Kamis, atau Jum’at, saya akan lebih senang karena saya bisa mengenakan kemeja batik dan tak perlu mengenakan dasi.
Sering kali ktika akan mengenakan dasi, saya mengalami kesulitan. Saya tidak bisa memasukkan kancing teratas dari kemeja yang saya kenakan. Menurut Minyu yang pagi itu membantu saya mengenakan dasi, bentuk leher saya agak berbeda 😀
Ketika mengajar, saya juga merasa kurang pede jika mengenakan dasi. Khawatir ketika saya bergerak, dasi saya berubah posisinya sehingga miring ke kiri atau ke kanan. Untuk itu, saya mengenakan lagi jaket untuk memunculkan rasa percaya diri saya saat menyampakan materi di depan kelas.
Kaget
Perubahan akan selalu terjadi. Termasuk dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan kali ini, terutama di awal dan akhir kegiatan belajar di ruang kelas.
Ketika para peserta sudah masuk di dalam kelas dan saya sudah duduk di kursi pengajar, tiba-tiba salah seorang peserta yang ternyata adalah ketua kelas berdiri di depan kelas. Lalu dia berteriak mempersiapkan seluruh rekan-rekannya untuk menerim pelajaran. Dia memberi komando seperti seorang pemimpin upacara.
Tak hanya sampai di situ, ketua kelas tersebut melangkah bak komandan upacara yang akan melapor kepada pemimpin upacara ke hadapan saya yang sedang duduk. Dia lalu memberi hormat. Mau nggak mau saya berdiri dan memberi hormat pula. Setelah saya menurunkan tangan, dia juga menurunkan tangan lalu mengucapkan kalimat yang intinya melaporkan jumlah peserta secara keseluruhan, jumlah peserta yang sudah masuk kelas, jumlah peserta yang belum masuk kelas, serta menyampaikan kondisi mereka yang sudah siap menerima materi yanng akan saya sampaikan.
Kejadian serupa pun terulang ketika kegiatan belajar dan mengajar selesai di sore hari.
Bodoh
Setelah menyiapkan file presentasi, saya mulai menyampaikan materi. Saya menyampaikan materi dengan posisi berdiri dan kadang berjalan ke tengah-tengah kelas. Jarang sekali saya menyampaikan materi dalam posisi duduk. Karena saya mengajar sendiri, saya harus bolak-balik ke depan komputer untuk mengganti halaman slide. Saya melakukan hal itu selama menyampaikan materi.
Di akhir-akhir jam pelajaran, ketika saya melihat-lihat beberapa dokumen dan modul yang ada di meja pengajar, saya melihat sebuah kotak yang ternyata isinya adalah pointer yang juga berfungsi sebagai alat pengendali jarak jauh untuk mengganti halaman slide yang ditampilkan. Hiks!
Hal yang sama juga saya rasakan ketika jam makan siang. Tanpa bertanya terlebih dahulu, saya langsung makan siang di ruang makan para peserta. Saya menjadi satu-satunya pengajar yang makan siang di tempat tersebut. Setelah saya menghabiskan makan siang, saya baru tahu bahwa ternyata, untuk para pengajar disediakan ruang makan tersendiri. Weks!
Senang
Saya senang dengan cerita yang happy ending. Karenanya, saya tutup cerita campur aduk ini dengan beberapa hal yang menyenangkan.
Pertama, kegiatan belajar dan mengajar berjalan dengan lancar. Antusias para peserta cukup baik. Komunikasi dua arah sering terjadi sehingga kondisi kelas lebih hidup dan tidak monoton.
Kedua, naskah modul yang saya update dan perbaiki yang saya kirim beberapa hari sebelumnya sudah dicetak oleh penyelenggara dan digunakan sebagai modul kegiatan penidikan dan pelatihan. Kondisi ini memungkinkan bagi saya untuk mengajukan modul tersebut sebagai salah satu poin penilaian angka kredit semester kedua tahun ini. Mudah-mudahan saya bisa diakui.
Ketiga, sebelum materi selesai, pihak penyelenggara memberikan saya amplop berisi honor kepada saya sebagai tenaga pengajar.
Alhamdulillah 😀
Tulisan Terkait Lainnya :
Selalu ada hasil dr apa yang telah kita usahakan.
insya Allah begitu, mas
Alhamdulilah sukses ya mas, tapi keren loe dasi ngak rapi saat mengajar jadi kelihan cool..
tp ya bukan acak acakan hehe.
😀
masa seh… ?
Hehehe, yang penting sukses lah ya. Masalah pointer itu nggak masalah kan, namanya baru pertama kali mengajar disana jadi masih kagok, hahaha 😛
iya. alhamdulillah.
bukan pertama kali sih, mas. tapi kali ini agak beda aja dan fasilitasnya lebih lengkap
Mulai ngajar lagi yaa?
cuma sehari aja mbak. sebab ada kegiatan diklat yang materinya memang biasanya disampaikan orang kantor
Bukannya ada penjepit dasi, ya, mas, biar ga miring-miring. Seru juga ya ngajar, semacam jd widyaiswara, kah?
ada, tapi karena saya jarang banget pake dasi jadi belum beli 😀
hanya tugas sehari aja, mas. nanti kalau ditugaskan lagi ya ngajar lagi
Pesertanya ada yg nanya, Mas?
alhamdulillah, lumayan banyak, pak.
Keren Bang. Membayangkan Bang Rifki menyampaikan materi pake dasi. Hihihi.
sayangnya nggak ada yang ngambil gambar saya waktu beraksi 😀
Alhamdulillah happy ending… 😀 dan yg ga kalah penting semoga ilmunya bermanfaat ya mas buat peserta didiknya…
iya mbak. alhamdulillah. aamiin. mudah2an bisa jadi tabungan buat akhirat saya kelak,
Lha, kok militerisasi gitu sih?
Kaget karena dulu saya sempat nyiyir dengan budaya yang menurut saya “feodal” gini.
Alhamdulillah dengan happy endingnya Bang, semoga angka kreditnya nambah dengan lancar.
sekarang diklat ada semacam militernya sedikit gitu, mbak 😀
aamiin. yang jelas harus ada perbaikan modulnya sebab hanya berupa update dari modul sebelumnya. komposisi uupdatenya harus cukup banyak gitu lah agar bisa diakui
Lha emang lehernya mas Jampang kayak gimana, ampe beda gitu? *dibahas* wkakaka..
kalo ga terbiasa ngajar emang kagok ya mas padahal materi sudah disiapkan 🙂
sepertinya nggak ada lekukannya gitu sehingga kancing atas kemeja saya nggak bisa dikancing 😀
saya sudah terbiasa mengajar seh mbak… cuma nggak terbiasa pakai dasi
Diklat deket rumah ya mas? *kepo*
Gugup gak mas? Hehehe
mungkin kurang lebih 5 km dari rumah.
alhamdulillah, sudah biasa menyampaikan materinya, jadi udah nggak gugup. kalau materinya baru, mungkin gugup 😀
Yang belokan ya.
Mantap mas.
yup
terima kasih 😀
Apakah wajib pakai dasi waktu mengajar itu?
Mengajar dengan peserta yang aktif bertanya bikin senang ya.
tergantung harinya, mas. senin dan rabu ada ketentuan seragam dan berdasi untuk pegawai tertentu dan penyelenggara menganjurkan untuk memakai dasi saat mengajar, sementara hari lain biasanya batik.