Coretan ini bukan bercerita tentang proses yang terjadi di dalam kehidupan, hanya tentang pengisian ulang pulsa 😀
Kemarin sore, sepulang kerja saya menyempatkan mampir ke salah satu mini market untuk membelikan Minyu pulsa sekaligus melihat-lihat barang lain yang barangkali lagi ada diskon atau promo –sekarang saya jadi senang mencari diskon dan promo 😀 . Akhirnya saya membeli tiga bungkus wafer. Kebetulan ada promo beli dua dapat hadiah teh dan satu lagi sedang turun harga. Selanjutnya saya membeli dua kotak jamu tolak angin untuk persediaan di rumah.
“Sekalian pulsanya, Pak?” tanya salah seorang pegawai mini market. Sebut saja Pegawai A.
Karena memang tujuan semula saya adalah membeli pulsa, saya mengiyakan.
Pegawai A kemudian bergerak ke mesin antrian pembelian pulsa lalu memilih nama provider, mengetik nomo handphone, dan memilih jumlah pulsa sebanyak 50.000, sesuai dengan informasi yang saya berikan. Tak lama kemudian, Pegawai A kembali ke meja kasir dan menghitung nilai belanjaan saya. Saya bayar.
“Pulsanya sedang diproses ya, Pak!” ucapnya sebelum melangkah mencari barang yang menjadi hak saya karena sudah membeli dua bungkus wafer.
Saya menunggu Pegawai A dan proses pembelian pulsa.
Ketika semua barang belanjaan dan bonusnya sudah komplit, Pegawai A melihat pemberitahuan di layar komputernya bahwa transaksi pembelian pulsa saya gagal.
Setelah meminta saya menunggu, Pegawai A meminta bantuan ke pegawai B untuk mengecek transaksi pulsa tersebut. Selanjutnya Pegawai B mengucapkan rangkaian angka dan Pegawai A mengetiknya.
“Sedang lambat!” ucap Pegawai B seraya menyebutkan nama provider yang nomornya digunakan oleh Minyu.
Saya kembali menunggu proses selama beberapa saat.
Transaksi tidak dapat diproses. Gagal!
Pegawai A meminta bantuan Pegawai C untuk mengecek transaksi yang barus saja dilakukan. Sementara saya kembali menunggu dan harus bergeser sedikit karena ada pembeli lain yang kan melakukan transaksi dengan kasir.
“Bu, ini ada dua kode, memangnya tadi ada dua transaksi yah?” tanya Pegawai C.
Saya mendengar pertanyaan tersebut namun saya tidak mendengar jawaban dari pegawai lain.
“Prosesnya sedang lambat, tapi sedang saya proses ulang,” Pegawai C menyambung kalimatnya.
Saya menunggu lagi prosesnya. Dan … transaksi tidak dapat diproses. Gagal!
Akhirnya Pegawai B yang mungkin paling senior memutuskan untuk melakukan retur saja, mengembalikan uang saya dan membatalkan transaksi, karena merasa kasihan kepada saya yang sudah menunggu terlalu lama.
Pegawai A mengembalikan uang saya sambil mengucapkan permintaan maaf karena transaksi saya tidak bisa diproses.
Beberapa jam kemudian, mungkin sekitar pukul delapan kurang atau lebih, ketika saya memasukkan wafer ke dalam kulkas, saya bercerita kepada Minyu bahwa tadi sore saya bermaksud membelikan pulsa sebesar 50.000 beli pulsa tapi transaksaksinya gagal terus dan akhirnya dibatalkan. Nggak jadi. Eh, Minyu langsung memberitahu bahwa ada pulsa masuk ke nomornya dan bermaksud menanyakannya kepada saya tentang hal tersebut.
Minyu langsung memperlihatkan SMS yang berisi ucapan terima kasih sudah melakukan pembelian pulsa sebesar Rp. 50.000. Tidak hanya satu SMS, tetapi ada tiga kali SMS yang serupa. Setelah dicek, jumlah saldo pulsa Minyu bertambah 150.000. Ternyata transaksi yang semula dianggap gagal dan telah dicoba sebanyak tiga kali, sukses masuk ke nomor Minyu.
Kalau dikaitkan dengan transaksi, bisa jadi proses masuknya pulsa ke nomor Minyu itu digolongkan ke dalam transaksi yang tidak sah. Sebab nilai pulsa yang sebutkan ketika melakukan akad dengan kasir berbeda dengan nilai pulsa yang saya terima, dalam hal ini yang masuk ke nomor Minyu. Akad dan realisasinya harus sejalan agar transaksinya menjadi sah dan tidak batil. Akad nikah saja harus diulang kalau terjadi ketidaksamaan antara ucapan atau kalimat ijab dengan ucapan atau kalimat qabul 😀
Transaksi tersebut juga bisa dinggap tidak sah sebab ketika pertemuan terjadi sudah ada “kesepakatan” bahwa transaksi tidak dilanjutkan alias dibatalkan. Jadi, setelah penjual dan pembeli berpisah tempat, maka transaksi juga batal. Dalam kaidah fiqih muamalah ada istilah “khiyar” sebagai salah satu proses dalam jual-beli.
Dalam jual-beli, ada unsur saling rela atau sama-sama ridha antara penjual dan pembeli. Jika tidak ada, mungkin akan muncul ketidakberkahan sebagai akibat dari transaksi tersebut. Kalau mau tegas dan saklek, saya merasa tidak rela jika harus membayar 150.000 untuk pulsa yang sebenarnya tidak saya inginkan.
Tetapi …..
Ada kondisi lain yang mungkin perlu diperhatikan dalam transaksi yang saya lakukan. Misalnya, kesalahan tersebut bukan dilakukan oleh pegawai, melainkan oleh sistem pembelian pulsa yang error yang berada di luar kendali pegawai.
Lalu di akhir bulan atau akhir jam operasi, akan ada hitung-hitungan transaksi. Jika jumlah uang yang ada ternyata kurang dari transaksi yang terjadi di hari itu, bisa jadi pemilik akan meminta pertanggung jawaban para karyawan yang bertugas berupa penggantian uang yang kurang. Hal tersebut akan dilakukan dengan cara pemotongan gaji, misalnya. Artinya, penghasilan pegawai tersebut akan berkurang sebagai akibat kesalahan sistem pembelian pulsa, bukan kesalahan mereka.
Jika dianalogikan, pulsa yang masuk ke nomor Minyu bisa dianggap seperti menemukan sebuah barang. Ada kewajiban bagi si penemu untuk mengembalikannya jika memang mengetahui siapa pemiliknya. Jika setelah berusaha semaksimal mungkin namun tidak menemukan juga pemiliknya, maka bisa jadi benda itu digunakan oleh penemunya dengan penuh tanggung jawab. Sementara pulsa itu dengan mudah saya ketahui dari mana sumbernya, yaitu dari transaksi pembelian pulsa di mini market yang letaknya tak begitu jauh dari tempat saya tinggal.
Mungkin dengan melihat transaksi tersebut dari sudut pandang lain, maka membayar sejumlah harga pulsa adalah yang terbaik yang bisa saya lakukan. Terbaik untuk semua pihak. Mungkin langkah dan solusi yang berbeda akan saya ambil jika jumlahnya sangat besar dan barangnya tidak bisa saya manfaatkan sama sekali.
Apakah ada yang pernah mengalami peristiwa yang sama seperti di atas?
Tulisan Terkait Lainnya :
- Tentang Iklan Sebuah Smartphone
- Isi Pulsa 50.000 Masuk 150.000
- Kegagalan Adalah Kesuksesan yang Tertunda
- #FFRabu – Sibuk
- Handphone Pertama, Beginilah Kisah dan Riwayatnya
- Diversion 2 : Makanya Jangan Macam-macam!
- Diversion
- Bolehkah Shalat Sambil Memegang Mushaf atau Handphone?
- Ruang Inbox vs Ruang Hati
- [Panik #2] Handphoneku Di Mana?
Kurang lebih pernah. Aku pernah menemukan uang €10 tergeletak di tengah jalan ketika sedang jalan di sebuah koridor. 😛 Berhubung tidak tahu siapa pemiliknya dan tidak ada orang disana waktu itu, ya sudah deh uangnya aku gunakan, hehe 😛 .
hampir serupa Bang, bayar belanjaan pake kartu debit ternyata diangap gagal, trus disuruh bayar tunai, tapi ternyata saldo sudah terdebet. Ngurus pengembaliannya agak ribet dan sampe sekarang (sudah lebih dari seminggu) belum kembali..hiks.
itu urusan pengembaliannya ke bank atau di tempat belanja, mbak?
semoga cepat kembali uangnya
ke tempat belanjanya, tapi saya juga lapor ke bank. Iya Bang, lumayan buat tanggal nanggung gini,hehe
pastinya. semoga cepat kelar urusannya, mbak
Kesalahan bukan ada pada pembeli, lumayan rezeki. 😀
😀
kalau di sisi itu seh iya banget, mas
Jadi intinya tetep bayar gak tuh?
saya tetep bayar, insya Allah 😀
Kalau dianalogikan kaya barang temuan, itu pulsa kalau mau dipake pun harus disimpen dulu setahun baru bisa dipake secara halal.
Tapi emang sebaiknya mah laporan tuh, moga aja digratisin nantinya. 😀
kalau setahun jelas pulsanya udah nggak bisa dipakai lagi alias hangus 😀
Bagusnya tetap bayar. Kalo digunakan hal yang kayak begini banyak mudharotnya.
iya mas. memang sebaiknya begitu
kupikir tentang motivasi lho mas hahaha
makanya di awal sudah saya kasih tahu, mas 😀
Pernah dulu nemu dompet di jalan mas. Tahun 1990an. Masih SD. Uangnya itu kl gak salah sekitar 500rb. Banyak kan ya utk jaman itu. Lgs cari KTP dan nomor aja. Cuma ribet sih. Jaman ntu kan blm ada handphone kayak skrg.
Akhirnya sayanya kasih ke warung yang deket sy nemuin dompetnya. Salah gak ya mas?
ya kalau saat itu belum tahu apa yang dilakukan salah atau nggak ya dilupakan aja, mas.
dalam pikiran seorang anak, jika itu yang terbaik ya mudah2an itu yang terbaik dan nggak salah
Mudah2an mas. Gak tahu juga nasibnya sih abis itu.
yang lalu biarkan berlalu 😀