Dekap dan Titip Rindu Pada Kopi Dunia

dekap dan titip rindu pada kopi dunia

..:: Dekap Rindu ::..

mendekap
rindu yang tiarap
di relung hati beratap

takkan lenyap
meski rasa itu terserap
oleh detik yang merayap

ada harap
yang tak kan menguap
sejauh mata menatap

..:: Titip Rindu ::..

duhai awan berarak
titip rindu dua hati yang sedang terpisah jarak
ketika kuungkap rindu dalam aksara
kuharap dia pun merasa

duhai angin perlahan
bawalah salamku yang penuh kehangatan
ketika kupandang wajahnya yang lucu
kuharap dia sedang memimpikan diriku

duhai kicau burung merdu
dendangkanlah untuknya lagu syahdu
ketika kucoba menghibur diri
kuharap dia tak merasakan sebuah sepi

..:: Kopi Dunia ::..

hanya sejenak di dunia ini
ibarat menikmati secangkir kopi
bibirmu tak bisa mencumbunya saat hawa panasnya masih penyengat
ia hanya bisa dinikmati seteguk demi seteguk kala hangat agar terasa nikmat
namun saat sesapan-sesapan penuh kenikmatan itu berakhir
kamu hanya mendapati ampas pahit di dasar cangkir


Baca Puisi Lainnya :

24 respons untuk ‘Dekap dan Titip Rindu Pada Kopi Dunia’

  1. lazione budy Juni 11, 2015 / 15:26

    puisi…
    Dari dulu selalu jadi momok menakutkan bagiku.
    Ga bisa bikin…

    • jampang Juni 11, 2015 / 16:46

      tapi suka baca dan jago kritik puisi, kan? 😀

  2. Mas Djie Juni 11, 2015 / 15:32

    Saya juga titip rindu, tapi tidak untuk kopi. Untuk wedang jahu saja 😀

    • jampang Juni 11, 2015 / 20:24

      wedang jahe…. hangat juga 😀

      • Mas Djie Juni 12, 2015 / 08:37

        Asyeeeeeeek 😀

      • jampang Juni 12, 2015 / 10:47

        😀

  3. New Rule Juni 11, 2015 / 18:59

    gak bisa dah…mellow begini …

    • jampang Juni 11, 2015 / 20:22

      tapi yang lain bisa kan? 😀

  4. Gara Juni 11, 2015 / 21:59

    Buat si kopi, berarti kalau sudah bertubi-tubi merasakan nikmat, sekali waktu mesti merasakan pahit juga ya Mas supaya nikmat yang ada disyukuri. Waa terima kasih sudah mengingatkan, ini keren banget soalnya pelajaran hidup di dalam puisinya implisit tapi bermakna banget. Terima kasih :)).

    • jampang Juni 12, 2015 / 07:42

      intinya seh… tidak ada yang abadi di dunia ini, gar

      • Gara Juni 12, 2015 / 19:25

        Setuju!!

      • jampang Juni 12, 2015 / 19:44

        terima kasih 😀

      • Gara Juni 13, 2015 / 14:48

        Sama-sama :)).

  5. shiq4 Juni 12, 2015 / 06:38

    Wah puisinya sudah bagus. Saya jadi pingin buat puisi juga. Meskipun puisi saya masih belepotan

    • jampang Juni 12, 2015 / 07:38

      terima kasih.
      ditulis aja. kalau nggak ditulis nggak akan jadi 😀

  6. ipah kholipah Juni 12, 2015 / 07:52

    saya juga mau titip rindu mas tapi bukan pada kopi soalnya saya engga suka minum kopi mas 🙂 saya titip rindu untuk ayah saja deh hehe

  7. Ina Juni 13, 2015 / 12:45

    Mmhhh… Rindu ceritanya? Pas jauh jauh an nih mas? *suka gagal mencerna puisi.

    Oya, lihat beranda, lgs keingat kayak kartu ucapan lebaran jaman doeloe…

    Maaf mas, jarang sowan, mangkrak blogku

    • jampang Juni 13, 2015 / 22:04

      puisi lama, mbak. yang baru cuma yang kopi dunia.
      😀 mirip yah?
      gpp, mbak

  8. alrisblog Juni 15, 2015 / 07:36

    Pusinya keren.
    Bikin puisi, satu hal yang saya susah membuatnya. Kudu belajar terus nih, tulis terus…

    • jampang Juni 15, 2015 / 07:51

      terima kasih, mas.
      dicoba aja dulu, mas. pasti bisa

  9. Yutha Prayoga Februari 13, 2016 / 18:05

    Keren banget puisinya om , izin jalan-jalan di blognya ya om ..

    Sekalian saya pengen belajar tatacara penulisan puisi dari om ..

    • jampang Februari 13, 2016 / 18:07

      Terima kasih. Silahkan. Semoga bermanfaat 😀

Tinggalkan jejak anda di sini....

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s