Situasi dan kondisi Distrik III semakin mencekam. Puluhan penduduk telah menjadi korban akibat amukan komplotan penjahat bersenjata yang menamakan diri Kelompok Genekis. Sementara yang tersisa berusaha berlari menyelamatkan diri. Mereka berlari tak tentu arah akibat kepanikan yang luar biasa
Puluhan polisi diturunkan untuk mengendalikan keadaan. Sebagian dari mereka mengungsikan penduduk keluar dari Distrik III agak jumlah korban tak bertambah. Sementara sebagian lain berusaha membendung dan memadamkan amukan Kelompok Genekis.
“Apa yang sebenarnya mereka inginkan?” tanya seorang polisi berbintang dua kepada anak buahnya.
“Sampai saat ini belum diketahui, Pak!” jawab sang anak buah. “Mereka datang ke Distrik III, menududukinya, menembaki para penduduk, dan menghancurkan bangunan. Sementara informasi itu yang baru didapat.”
“Persiapkan semua anggota dan panggil bala bantuan dari pusat! Kita diperintahkan untuk menghabiskan mereka semua.”
“Siap laksanakan!”
Sesaat kemudian, seluruh pasukan mulai bergerak memasuki Distrik III untuk menghabisi seluruh anggota Kelompok Genekis. Dalam sekejap, Distrik III yang semula aman dan damai, berubah menjadi medan perang antara Kelompok Genekis dengan polisi.
Sementara itu, sebuah pertemuan sedang berlangung di sebuah ruang yang berada di kantai tertinggi sebuah gedung yang berjarak beberapa kilometer dari Distrik III.
“Aku yakin, pasukanku akan dengan mudah mengalahkan anak buahmu, Gene!” ucap seorang lelaki berseragam polisi dengan empat buah bintang di pundaknya.
Lelaki yang dipanggil dengan sebutan Gene hanya tertawa lebar.
“Kau jangan sombong dulu, Jenderal! Kau dan pasukanmu belum tahu siapa yang sebenarnya mereka hadapi. Aku malah khawatir, jangan-jangan pasukanmu yang keok menghadapi anak buahku.”
Gene kembali tertawa lebar. Sementara wajah lelaki yang disapa dengan sebutan jenderal langsung berubah merah menahan amarah.
“Hei, kalian berdua! Hentikan debat kusir kalian!” ucap lelaki perlente yang berdiri di antara Gene dan Jenderal. “Kalian jangan ikut-ikutan berperang di sini. Cukup anak buah kalian saja di luar sana. Lagi pula, siapa yang menang, tak akan menjadi masalah bagi kita, kan?”
Gene dan sang Jenderal terdiam. Lalu keduanya tertawa bersama-sama.
“Aku berterima kasih kepada kaliant berdua,” ucap sang lelaki perlente. “Dengan bantuan kalian, Distrik III akan segera hancur dan rata dengan tanah. Selanjutnya, proyek pembangunan kembali akan menjadi milikku. Mari bersulang untuk kesuksesan rencana kita bertiga!”
Ketiganya bersulang sambil menghadap ke arah jendela di mana ketiganya bisa melihat kilatan cahaya dan ledakan besar yang terjadi di Distrik III.
–o0o—
Untuk memeriahkan Prompt#80 – Oligarki
Baca Juga Monday Flash Fiction Lainnya :
- [Prompt#135] Pacar Sesaat
- [Prompt#121] Kutu-Kutu Hendak Menjadi Kupu-kupu
- [Prompt#120] Hanya Sejengkal
- [Prompt#119] Perbedaan
- [Prompt#118] Perjumpaan Kembali
- [Prompt#117] Senyum Ibu
- [Prompt#116] Lidah Perempuan
- [Prompt#115] Sayap yang Patah, Hati yang Terbelah, dan Jaring Laba-laba yang Lemah
- [Prompt#114] Ada Apa Dengan Cintana?
- [Prompt#113] Adin dan Sani
Yang kasihan dan paling menderita adalah selalu orang-orang terbawah, orang-orang yang ada di baris terdepan, sementara para elit itu asyik minum anggur di dalam ruangan mereka yang berkarpet beludru. Menyebalkan! Saya mencegah diri berdoa jelek, jadi semoga Tuhan menyiapkan kejutan untuk para penyabung seperti mereka :hehe.
setiap perbuatan akan ada balasan. begitulah ketentuannya 😀
Setuju :)).
semoga balasan kita adalah kebaikan-kebaikan saja…. *artinya ya harus banyak berbuat baik :D*
Yap, setuju :hihi.
Berbuat baik mencakup mencegah kerusakan. 🙂
Setuju :)).
kaidahnya :
mendahulukan mencegah kerusakan dibanding melakukan perbaikan. begitu kan yah?
Hmm.. jadi parno dengan konflik2 yang berlangsung di berbagai belahan dunia. Jangan-jangan …
😀
butuh penelitian lebih mendalam lagi, mbak
Bagian cerita seperti ini yang kalau kita baca atau nonton serupa film.. bikin gemas dan emosi ya..
iya, mbak 😦
Seperti kisah nyata *nyata dalam…. Entahlah*
ya….. … entahlah 😀
Cakep ceritanya. Coba bisa dibikin analogi dengan realitas kondisi yg terjadi ya
terima kasih. bukannya di atas itu bisa jadiiin semacam analogi juga?
Keren bang, aku kelewat prompt ini ga ada ide blas hahahahaha
terima kasih, teh 😀
aku pikir itu bukan rencana mereka bertiga malah, soalnya ada ekspresi kesal dr si jenderal :”Sementara wajah lelaki yang disapa dengan sebutan jenderal langsung berubah merah menahan amarah” seolah-olah dia bukan bagian dr rencana hehe
anw, banyak yg typo mas! 🙂
masing2 dari mereka punya ego untuk menjadi yang terhebat 😀
iya… hobi saya itu ngetik pake typo. terima kasih