“Berkumpullah kalian ketika makan dan sebutlah Nama Allah Subhanahu wa Ta’ala padanya, maka makanan kalian akan diberkahi.”
Kalimat di atas adalah sebuah hadir Dari Rasulullah yang mengatur tentang salah satu adab makan bagi umatnya. Ketika beberapa orang makan bersama-sama di satu tempat, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memberikan keberkahan kepada makanan yang dinsantap dan orang-orang di sekelilingnya.
Bulan Ramadhan adalah bulan penuh keberkahan. Bila di bulan-bulan biasa, banyak di antara kita yang bekerja di kantor dengan jarak yang cukup jauh dengan rumah tidak sempat untuk makan bersama baik waktu sarapan atau makan malam. Tidak sempat sarapan di rumah karena harus berangkat pagi-pagi sekali dan tidak sempat makan malam bersama di rumah karena ketika tiba, malam sudah larut.
Ketika Ramadhan, ada kebiasaan yang berubah. Sahur dapat dilakukan bersama-sama di rumah. Jam pulang kantor berubah sehingga masih memungkinkan untuk berbuka bersama dengan kerluarga di rumah. Alhamdulillah.
Ada kebiasaan baru pula yang hanya terjadi di Bulan Ramadhan, yaitu buka bersama dengan di luar rumah semisal bersama rekan kerja sekantor atau teman-teman semasa sekolah. Lokasi yang dipilih biasanya food court atau restoran yang berada di sebuah mall atau pusat perbelanjaan. Pendapat saya mengenai kegiatan buka bersama seperti ini pernah saya tulis dalam bentuk sebuah flash fiction berjudul “Berbaju Tanpa Bercelana”. Baru saja saya membuka email dan melihat salah satu email yang isinya berupa pemberitahuan bahwa flash fiction tersebut menjadi karya terpilih Prompt#82.
Saya sendiri, kurang berminat untuk mengikuti buka bersama jika dilakukan di food court atau restoran. Bagi saya pribadi, lebih banyak susahnya daripada enaknya.
Berdasarkan pengalaman saya, sebagaimana saya utarakan secara tersirat pada flash fiction “Berbaju Tanpa Bercelana”, untuk mencari tempat duduk saja harus adu cepat dengan orang lain. Selanjutnya, untuk memesan makanan harus mengantri terlebih dahulu. Karena pemesannya banyak, otomatis pesanan tidak bisa tersaji dengan cepat.
Tidak sampai di situ saja. Setelah selesai menyantap makanan, saya harus turun atau naik lantai untuk menuju mushalla atau masjid untuk shalat maghrib. Karena harus berwudhu, saya harus mengantri panjang bersama orang-orang yang juga ingin melaksanakan shalat maghrib. Selepas antrian wudhu, saya masuk ke dalam antrian shalat. Alhamdulillah, saya masih bisa shalat maghrib tepat waktu. Sementara masih ada antrian yang tersisa yang masih menunggu giliran untuk shalat sementara waktu isya hampir tiba.
Berdasarkan pengalaman tersebut, saya kapok untuk ikutan berbuka puasa di food court atau restoran. Jika buka puasa dilakukan di rumah, masjid, atau mushalla, mungkin masih akan saya pertimbangkan. Sebab seperti kalimat pembuka tulisan ini, ketika makan bersama, termasuk berbuka buasa bersama, maka keberkahan akan hadir. Sementara jika Ramadhan ini saya ikut berbuka puasa di tempat lain, sementara di rumah Minyu berbuka sendiri, maka amat disayangkan jika Minyu tidak mendapatkan keberkahan juga.
Karenanya, saya memilih untuk berbuka puasa di rumah saja. Bersama Minyu dan Sabiq.
Baca English Friday Lainnya :
- [EF#25 Weekly Challenge] Iftar Together
- [EF#24 Weekly Challenge] Dates and Juice
- [EF#23 Weekly Challenge] If I Mudik
- [EF#22 Weekly Challenge] Failed Holiday You Wish To Do It
- [EF#21 Weekly Challenge] Ragunan Zoo
- [BEC-GIVEAWAY] What Will You Do If You Were An Administrator Of BEC?
- [EF#20 Weekly Challenge] Sadness and Books
- [EF#19 Weekly Challenge] Traces in the Heart
- [EF#18 Weekly Challenge] The Curve
- [EF#17 Weekly Challenge] From Accounting to Programming
Ngomong soal iftar… aku termasuk orang yang agak kurang suka iftar bareng alias bukber, hehe…
idem kalau gitu, uni
hehe… 🙂
😀
ngacay lihat gambar makanan itu … 😀
ngomong-ngomong, ternyata tampilan blognya baru, ya …
apalagi siang-siang begini lihatnya ya kang…. 😀
udah lama ganti tampilannya, kang.
siang-siang gini, gambar pun jadi kayak makanan asli … 😀
😀
iya yah…. gimana yang asli yah?
Hte more giving thought on the matter, the less I like the idea of iftar together just like you Bang. Hihihi.
i think home is better place for iftar together 😀
Mendekatkan keluarga ya, hehehe 🙂
salah satu keberkahannya, mas
Saya malah suka buka puasa bersama di restoran Mas :hihi. Habisnya makanannya pasti enak-enak terus kita safari restoran dan seringnya malah gratis :hehe. Tapi makan bersama keluarga juga memang tak tergantikan sih Mas, kayaknya kalau makan bersama dengan keluarga itu tenteram sekali, apalagi jika dihiasi dengan banyak senyum dan tawa :)).
ya kalau soal makanan mungkin lain urusan, gar. apalagi di restoran yang super lengkap dengan fasilitas masjid dan tempat wudhu yang oke yang bisa menampung banyak jama’ah sekaligus. pasti lebih tenang bukbernya
Nah itu dia :)).
😀
lha sama… saya juga jarang ikut bukber di mall/food court soalnya ribet solat magribnya..
nah sama kalau begitu dengan saya
the food you EAT will be blessed -> incomplete sentence
salah bentuk verbnya ya, mas? harusnya bentuk pasif yah?
ternyata kurang kata “EAT” yah…. baru sadar 😀
terima kasih, mas