“Aku akan serahkan diriku sepenuhnya sebagai balasan atas kebaikanmu!” ucap perempuan di hadapan Angga.
Bagi Angga, ini adalah pucuk dicinta ulampun tiba. Laila, perempuan cantik yang sudah lama diincarnya namun terus menolak, kini di hadapan Angga untuk datang menyerahkan diri kepada Angga. Tanpa dibujuk tanpa dipaksa.
“Jadi, jika aku mengabulkan permintaanmu berupa uang sejumlah lima puluh juta itu, aku bisa melakukan apa saja terhadap dirimu?” tanya Angga untuk memastikan.
“Iya,” Laila menjawab pelan sambil menundukkan wajah cantiknya. “Aku memerlukan uang itu untuk biaya pengobatan ayahku di rumah sakit.”
“Mengapa kamu datang kepadaku?” tanya Angga lagi.
“Kupikir, mendatangimu adalah pilihan yang tepat. Bukankah selama ini kau menginginkan diriku namun terus kutolak? Kuyakin kamu pasti akan mengabulkan permintaanku.”
“Baiklah, aku bersedia. Ikuti aku!” Angga mengajak Laila memasuki kamarnya. “Aku akan menyiapkan uang yang kauminta.”
Di dalam kamar, Angga membuka brankas uangnya. Dia mengeluarkan lima puluh juta, tidak kurang tidak lebih, lalu menyerahkannya kepada Laila yang sedang duduk di salah satu sisi tempat tidurnya.
Laila menerima uang tersebut. Kemudian dia merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Sambil memejamkan kedua matanya, laila berkata, “Angga, lakukanlah apa yang ingin kau lakukan!”
Angga merasakan degup jantungnya semakin cepat. Begitu juga aliran darah di seluruh tubuhnya. Dia mendekati Laila yang sudah berbaring pasrah. Gemetar, kedua tangannya bergerak untuk melepaskan kancing baju yang dikenakan Laila.
Tiba-tiba, Angga melihat wajah Laila berubah menjadi wajah Anggi, saudara kembarnya, yang ketakutan. Anggi yang meronta dan berteriak, “Jangan! Lepaskan! Tolong!”
*****
“Jangan! Lepaskan! Tolong!” Anggi berteriak sekuat tenaga, sementara kedua tangannya berusaha menghalangi sepasang tangan yang ingin melucuti pakaiannya.
Lelaki bertampang sangar yang ingin memperkosa Anggi tak menggubris teriakan Anggi. Ia yang sudah dikuasai setan, terus berusaha menuntaskan nafsu bejatnya.
*****
“Mengapa kau berhenti?” tanya Laila ketika melihat Angga tak melanjutkan perbuatannya.
“Aku teringat Anggi, adikku. Aku tak ingin apa yang akan kulakukan terhadapmu akan menimpa dirinya,” jawab Angga sambil menutupi wajah dengan kedua tangannya.
Laila terdiam.
“Pergilah, Laila! Tinggalkan aku!” pinta Angga.
“Tapi…”
“Pergilah dan bawa uang itu! Kamu tak perlu menebusnya dengan tubuhmu!”
Meski tak mengerti, Laila langsung berlari keluar kamar meninggalkan Angga. Samar-samar didengarnya Angga berkali-kali mengucap istighfar.
*****
Brakkk!
Tiba-tiba terdengar suara pintu dijebol. Lalu masuklah sekelompok orang ke dalam rumah dan langsung meringkus lelaki sangar yang akan memperkosa Anggi. Lelaki itu tak bisa lagi berkutik.
“Terima kasih, ya Allah! Kau telah menyelamatku!” ucap Anggi dalam tangisnya.
Baca Juga Monday Flash Fiction Lainnya :
- [Prompt#135] Pacar Sesaat
- [Prompt#121] Kutu-Kutu Hendak Menjadi Kupu-kupu
- [Prompt#120] Hanya Sejengkal
- [Prompt#119] Perbedaan
- [Prompt#118] Perjumpaan Kembali
- [Prompt#117] Senyum Ibu
- [Prompt#116] Lidah Perempuan
- [Prompt#115] Sayap yang Patah, Hati yang Terbelah, dan Jaring Laba-laba yang Lemah
- [Prompt#114] Ada Apa Dengan Cintana?
- [Prompt#113] Adin dan Sani
2 kejadian di tempat yg berbeda?
iya mbak…. beda lokasi
sebuah kisah lain dari saudara kembar yang membuat saya berpikir.
berpikir tentang apa?
berutnung juga si anggi ya
iya mbak. kebaikan kakaknya berimbas kepadanya
Andaikan semua lelaki mengingat Ibu dan saudara perempuan mereka seperti di cerita ini ya Bang..
iya, mas. nggak akan ada yang namanya prostitusi. tapi ya… prostitusi akan tetap ada ketika menjelang akhir zaman
Alhmdlh.. ketika kebaikan itu msh ada tentulah ada balasan dari-Nya.
iya, mas. kurang lebih pesannya begitu