Semula, ketika ingin membuat sebuah tulisan dengan tema “Bahagia itu Sederhana”, saya ingin mempublikasikan ulang tulisan saya yang berjudul “Ingin Bahagia? Jangan Ditunda!” Namun setelah saya melakukan pengecekan ulang, ternyata tulisan tersebut sudah menjadi bagian dari buku “Jejak-jejak yang Terserak” yang terbit beberapa waktu lalu. Karena terikat dengan sebuah kontrak, maka saya tidak diperkenankan untuk mempublikasikannya di blog ini. Karenanya, untuk meramaikan “Giveaway – Bahagia Itu Sederhana” saya membuat tulisan berjudul “Membeli Kebahagiaan”.
be.li
[v] mem.be.li v (1) memperoleh sesuatu melalui penukaran (pembayaran) dng uang (2) memperoleh sesuatu dng pengorbanan (usaha dsb) yg berat;
ba.ha.gia
[n] keadaan atau perasaan senang dan tenteram (bebas dr segala yg menyusahkan) (2) beruntung; berbahagia
Membeli kebahagiaan? Apakah bisa sebuah kebahagiaan itu dibeli?
Suatu ketika, Syaikhan menginginkan sebuah tas yang sebenarnya belum dirinya perlukan. Saat itu usianya sekitar tiga tahun. Belum masuk sekolah. Pemicu keinginannya mungkin karena saya sering mengajaknya jalan-jalan dan melewati sebuah toko di pinggir jalan yang menjual aneka macam tas. Karenanya, setiap kali melewati toko tersebut, Syaikhan selalu berkomentar, ”Bi, tas!” Sambil wajahnya menengok ke arah toko.
“Bi, tasnya ana?” Tanya Syaikhan di lain hari ketika kami melewati toko tersebut yang masih tutup.
Hingga akhirnya Syaikhan mengucapkan keinginannya untuk memiliki sebuah tas, “Bi, tas… au!”
“Iya, nanti yah, kalau Syaikhan mau sekolah, Abi beliin tas,” janji saya kepada Syaikhan.
Namun meski sudah saya janjikan, keinginan Syaikhan untuk memiliki tas tak pernah surut. Setiap kali kami melintas di depan toko itu, komentar-komentarnya muncul kembali dan saya pun menjanjikan dengan kalimat yang sama seperti waktu-waktu sebelumnya. Syaikhan belum membutuhkan tas tersebut, begitu pikir saya saat itu.
Hingga suatu saat, ketika saya sedang mengaji selepas shalat Maghrib dan Syaikhan saya berikan buku iqra dan memintanya membaca, Syaikhan malas-malasan sambil menempelkan kepalanya di atas meja.
“Beli tas duyu!” Pintanya dengan suara pelan dan memelas.
Saya tak kuasa lagi menolak permintaan Syaikhan. Akhirnya, saya ajak Syaikhan ke toko tersebut meski hari sudah malam. Mungkin sekitar pukul delapan malam lewat.
Tiba di toko, saya langsung bertanya kepada pemiliknya apakah ada tas untuk anak seumur Syaikhan. Pemilik toko langsung menunjukkan tiga buah tas yang berada pada barisan paling bawah. Saya persilahkan Syaikhan memilih tas mana yang dia suka. Pilihannya jatuh kepada tas berwarna biru dengan gambar Bernard. Sebagai tambahan, saya membelikan pula sebuah tempat pensil.
Selanjutnya saya membelikan Syaikhan alat tulis seperti pensil, pengraut, penghapusm dan penggaris di toko yang letaknya tak berjauhan dengan toko tas. Lalu kami kembali pulang ke rumah.
Di rumah, Syaikhan, langsung memperlihatkan tas beserta isinya kepada Nenek, Kakek, Om, dan Tantenya. Sejurus kemudian, Syaikhan langsung asyik dengan dunia coret-coretnya. Wajahnya penuh dengan kegembiraan. Bahagia. Saya yang melihatnya pun ikut merasakan kebahagiaanya.
Cerita Sabiq
Usia Sabiq saat ini delapan bulan. Saya dan Umminya sering mengajaknya jalan-jalan atau sekedar menggendongnya di teras rumah. Karena teras rumah berbatasan langsung dengan jalan yang cukup ramai, Sabiq bisa melihat dan memperhatikan siapa saja yang lewat di depan rumah. Salah satunya adalah ketika ada bayi-bayi yang dibawa oleh ibu atau bapaknya melintas di depan rumah dengan menggunakan stroller atau sepeda. Sabiq akan terus memandangi bayi dengan stroller atau sepeda tersebut meski sudah berjalan jauh.
Mungkin pandangan Sabiq tersebut menyiratkan keinginannya untuk dibelikan stroller atau sepeda. Namun saya dan Minyu tidak berkeinginan untuk membelikan Sabiq sebuah stroller dengan beberapa pertimbangan. Kami berdua berniat akan membelikan Sabiq sepeda ketika dirinya sudah bisa duduk dengan sempurna meski masih tetap harus bersandar.
Akhirnya, berbekal uang THR yang didapat Sabiq hasil dari silaturahim saat hari raya, hari Sabtu kemarin, saya dan Minyu membelikan sebuah sepeda untuk Sabiq. Sepeda roda tiga yang dilengkapi dengan banyak tombol yang jika ditekan akan menimbulkan suara dan alunan musik.
Sabiq tak mengucapkan bahwa dirinya senang dengan kata-kata, sebab dirinya belum bisa bicara selain ocehan bahasa bayi yang tidak bisa saya mengerti. Namun tingkah lakunya menggambarkan bagaimana Sabiq senang dengan sepeda tersebut. Ketika duduk di atas sepeda, Sabiq memainkan benda-benda yang ada di atasnya. Ketika digendong dan melewati sepeda tersebut, Sabiq mengarahkan tangan dan tubuhnya ke arah sepeda tersebut seperti meminta agar dirinya didudukkan di atas sepeda itu. Kiranya, seperti itulah kegembiraan dirinya. Kebahagiaan Sabiq. Dan saya ikut merasakannya.
Apakah dengan membelikan tas untuk Syaikhan dan membelikan sepeda untuk Sabiq sama artinya dengan saya mengeluarkan uang untuk menghadirkan sebuah kebahagiaan agar dapat saya rasakan? Saya tidak tahu apakah hal tersebut bisa disamakan. Yang jelas, saya bahagia ketika melakukannya.
ketika kau berbuat baik
maka kepadamu kebaikan tersebut berbalik
ketika kau berbuat jahat
maka kejahatan itu pula yang kau dapat
bila kau sulit untuk bahagia
karena belum tergapai sebuah cita
tak perlu kau berduka
tengoklah sesama
mungkin mereka lebih nestapa
bahagiakanlah mereka
semampu yang kau bisa
maka niscaya
kau pun ikut merasa
karena bahagia
ada di jiwa
bukan pada benda
bukan pada harta
bukan pada tahta
karena bahagia
ada di hati
bukan hanya milik pribadi
dengan berbagi
semuanya akan lebih berarti
*****
Tulisan Terkait Lainnya :
memang ukuran bahagia setiap orang itu beda-beda ya. Melihat senyum dan wajah ceria anak-anak pun sudah membuat bahagia
Sukses buat GA nya, semoga menang
iya mbak. standarnya beda2
Klo kata kutipan berbahasa Inggris (ya buat lucu2an sih): “Money cant buy happiness. But it can buy you books, shoes, bags, ice cream & donut. And that’s about the same thing….” 🙂 😀
dan benda2 itu bisa bikin bahagia 😀
Yah lumayan lah menghapus duka lara, hehehe.
dukanya hilang terbitlah senang 😀
Uang melayang pun tak apa 😀 #berbalasPantun hahaha
Sukses buat GAnya..
Mengartikan Kebahagian tiap orang berbeda beda..
terima kasih, mbak.
iyah
oh namanya stroller to,
Hermione sedang senang-senangnya main stroller.
stroller kalau di tempat saya nyebutnya dorongan. biar nggak cape bawa bayi ke mana-mana daripada digendong
tapi saya sendiri lebih suka menggendong selama saya kuat 😀
intinya ya bang ada kebahagiaan yg bs dibeli dan ada kebahagiaan yg tidak bs dibeli
kiss kiss buat syaikhan n sabiq. semoga kalian menjadi anak yang sholehah ya nak
iye, mpok
Puisinya mengena sekali, Mas. Menurut saya memang tidak semua kebahagiaan bisa dibeli, tapi membeli sesuatu untuk menciptakan kebahagiaan pun menurut hemat saya tidak salah. Jalan untuk mencapai bahagia itu menurut saya ada banyak, tergantung apa jenis bahagia yang ingin dicapai. Yang penting buat saya adalah bagaimana bisa bahagia, dan bagaimana bisa membuat orang lain ikut bahagia. Kan yang penting dari bahagia adalah kebahagiaan itu sendiri *ngomong apasih saya ini, tapi intinya demikianlah :haha*.
terima kasih, gar
kebahagiaan bisa mudah diraih dan dengan banyak cara ya, gar.
ngomongnya ngomong yang bener koq 😀
Syukurlah kalau bener :hihi. Iya banyak sekali, jadi kita harus berusaha dengan maksimal :hehe.
puisinya akhirnya mengena mas, pinjam kutip ya heheheh
terima kasih, silahkan mbak
BTW dikutip untuk di mana? 😀
di fb, banyak yg suka mas
ooo…. kita belum kontakkan di fb yah?
😀
udah
iya. sekarang udah. 😀
sabiq udah bisa naik sepeda yaaa…. asiikk jalan-jalan kemana kitaa???
anak saya 1o bulan kalau naik sepeda kayak gini pasti nggak bisa diam mas,,,tapi klo sepeda nya kyk gini seprtnya aman ya mas
ada pelindungnya, kalau mau lebih aman lagi ya tubuhnya diikat kain ke senderan biar gerakannya terbatas 😀
Aku sempet mikir juga, kalau dengan ngebeliin tas sama sepeda bikin anak seneng, brati, kebahagiaan bisa dibeli dengan uang dong? eh, iya nggak sih? aku ikutan bingung ._.
ayolah ikutan bingung kalau gitu 😀
Judulnya sama post lama saya mas. Hihi. Tapi isinya totally different. Memang masih agak rancu ya masalah membeli kebahagiaan. Mungkin lbh ke apa yang dituju dg mengeluarkan uang ya
iya kah? belum baca saya. ya mungkin begitu, mas.
BTW kemarin baca postingan di blog mas ryan cuma nggak nemu kolom buat komentar. ternyata belum login…. anehnya, saya sudah login dan sudah bisa komentar di blog WP lain
Kemarin itu smpt rubah (rubah apa ubah ya) setting mas. Jd hrs login alias terdaftar di blog sy. Tapi dah sy edit lagi sih. Balik as usual. Cm kyknya msh hrs login wp dl jdnya. Hehehe.
oooo….. masalahnya pas saya login, eh bilangnya salah password. coba beberapa kali tetep aja salah 😦
Wuaduhhhh. Kenapa ya itu?
Skrg masih gak bs mas?
sekarang udah bisa komen. barusan saya coba di review film MI5
sudah kelas berapa sekarang Syaikhan, Bang? Dulu Syaikhan selalu ada di MP … 😀
kelas satu kang. sekarang ada di WP bersama sabiq 😀
Makasih sudah ikut GA saya, mas Rifki 😀
sama-sama, mbak
Syaikhan umur berapa sekarang? sudah gede ya
sudah 7 tahun, mbak