
Jenderal Yang dan pasukan yang dipimpinnya terdesak. Jumlah pasukan musuh yang jauh lebih besar serta mundurnya pasukan utama yang dipimpin oleh Pan Bao adalah penyebabnya. Bahkan Jenderal Yang sendiri terluka parah akibat terkena anak panah beracun.
Istri Jenderal Yang yang sudah mendapatkan firasat buruk menjelang keberangkatan Jenderal Yang ke medan perang akhirnya menemui Master Guigu untuk menerawang jalannya peperangan serta meminta izin kepada kaisar agar mengizinkan ketujuh putranya untuk berangkat menyelamatkan ayah mereka yang berjuang sendirian.
Kaisar mengizinkan. Sementara Master Guigu memberikan hasil penerawangannya dalam sebuah surat pendek. “tujuh akan berangkat, enam akan kembali”, begitu isi suratnya.
Meski dengan berat hati, Istri Jenderal Yang akhirnya merestui dan melepas ketujuh putranya untuk menyelamatkan ayah mereka.
Akhirnya, ketujuh kakak-beradik itu berhasil bertemu dengan ayah mereka di Bukit Srigala. Di sana, Jenderal Yang dan pasukan yang tersisa sedang berusaha untuk mengatur siasat dan mengumpulkan tenaga kembali. Sayang, tempat persembunyian tersebut diketahui pasukan musuh yang lanngsung datang mennggempur.
Karena kalah dalam segi jumlah, akhirnya pasukan Jenderal Yang berhasil dikalahkan musuh. Sementara Jenderal Yang sendiri berhasil diselamatakan oleh ketujuh putranya. Namun, karena lukanya begitu parah, Jenderal Yang pun tewas.
Ketujuh putra Jenderal Yang bersepakat. Mereka akan membawa jasad Jenderal Yang pulang. Sebab di rumah, Ibu mereka sudah menunggu.
Berhasilkah ketujuh bersaudara itu membawa jasad ayah mereka pulang ke rumah? Lantas apakah hasil penerawangan Master Guigu menjadi kenyataan?
—o0o—
Saya suka dengan film kolosal. Apalagi kolosal mandarin, termasuk “Saving General Yang” ini. Film yang bisa dibilang bukan baru lagi karena dirilis di tahun 2013 lalu sementara saya barus menyaksikannya beberapa waktu yang lalu. Jadi sudah sangat ketinggalan.
Jalan cerita dan aksi laganya cukup lumayan, namun masih di bawah beberapa film serupa yang pernah saya saksikan sebelum-sebelumnya yang sayangnya saya sudah lupa judul-judulnya.
Satu hal dari film ini yang menjadi pemicu saya untuk membuat review alakadarnya di atas adalah salah satu adegan di dalam film ini yang ternyata mirip dengan adegan peperan dalam sebuah cerita yang pernah saya buat beberapa tahun yang lalu, “Zam Minara” judulnya. Adegan di dalam film Saving General Yang yang saya maksud adalah sebagai berikut :
Ketujuh putra Jenderal Yang dan pasukannya dihadang oleh pasukan musuh. Tanpa sedikit pun rasa gentar, mereka memacu kuda untuk menerjang. Kuda-kuda mereka berlari dengan cepat. Ketika kedua pasukan hampir bertemu, beberapa anggota pasukan yang dibawa putra Jenderal Yang melontarkan beberapa benda semacam bungkusan ke arah pasukan musuh.
Tak lama kemudian, ketika benda-benda tersebut berada tepat di atas pasukan musuh, para pemanah dari pasukan putra Jenderal Yang memanah bungkusan tersebut dengan panah api. Ketika anak panah api mengenai benda-benda tersebut, terjadilah ledakan yang menghasilkan kobaran api yang kemudian jatuh menimpa pasukan musuh. Pasukan musuh langusng kocar-kacir dan dengan mudah ditaklukan.
Sementara gambaran adegan yang terjadi di dalam cerita Zam Minara adalah sebagai berikut :
Raja Saghra memandang arah datangnya Pasukan Korkot dengan seksama. Dirinya mencoba memperkirakan berapa jauh jarak yang memisahkan antara Pasukan Korkot dengan tembok benteng kerajaan.
Raja Saghra mengangkat tangan kanannya, sipa untuk memberikan aba-aba.
“Ketapel… Serang!” Teriak Raja Saghra.
Sedetik kemudian, terdengar suara ketapel besar melontarkan sesuatu. Lalu terlihatlah beberapa buah benda berbentuk bulat seperti bola mengarah ke Pasukan Korkot.
“Pasukan pemanah!” Teriak Raja Saghra lagi sambil mengangkat tangan kanannya seperti semula. “Tembak!”
Kelima puluh pemanah langsung melepaskan anak panah mereka yang sebelumnya telah dibakar ujungnya. Lima puluh anak panah meluncur deras menuju bola-bola yang terlontar sebelumnya. Ketika panah berapi itu mengenai bola-bola tersebut terjadilah ledakan cukup keras. Yang kemudian memunculkan asap tebal berwarna kuning. Asap itu kemudian turun di tengah-tengah pasukan Korkot.
Tiba-tiba, satu per satu prajurit pasukan korkot berjatuhan. Mereka pingsan. Dalam waktu tidak lama, hampir separuh pasukan Korkot jatuh terkapar. Melihat kejadian tersebut, anggota pasukan lainnya langsung meninggalkan posisi masing-masing untuk menyelamatkan diri.
“Panglima Syuja, kerahkan pasukanmu untuk menyerang. Ingat, jangan membunuh pasukan yang sudah menyerah dan tidak berdaya.” Perintah Raja Saghra.
Cerita selengkapnya bisa dibaca di sini.
Adegan yang rada mirip bukan? 😀
Tulisan Terkait Lainnya :
- [Resensi] : Tentang Kita
- 5 Aplikasi yang Memudahkan Administrasi Perpajakan Anda
- Plus Minus My COD
- Review Aplikasi My JNE
- I and My JNE
- Jajanan Kaki Lima : Dari Mie Ayam Hingga Hotang
- Ini Tentang Buku Cerita Anak
- Berbekal Sakinah, Bangun Mawaddah, Tuk Menggapai Rahmah
- Kambing Soon : Best Lamb in Town
- I am Hope : Antara Kanker dan Harapan
Film 2013. Tapi baru denger saya mas. 😱
mungkin kurang terkenal atau kurang booming, mas
Wah bisa nih masuk list tontonan.
bisa, mbak 😀
Baru tahu akan film ini 😀 . Kalau film-film Mandarin yang seru sepertinya memang yang berhubungan dengan peperangan begini ya 🙂
iya mas. seru perangnya dan taktiknya. kalau aksinya seh yg paling seru adalah ketika ratusan panah dilepas sekaligus
Pengen nonton jadinya. Iya Bang adegannya mirip dan saya kurang percaya kebetulan. Hebat Bang Rifki. Hehehe
🙂
silahkan, mas. kalau versi saya, film kolosal mandarin yang paling keren adalah red cliff
ternyata enam itu bukan enam orang tapi anak keenam … qiqiqii … 😀
hmmm…. jadinya salah menterjemahkan substitlenya ya, kang?
semua anaknya mati, kecuali anak keenam saja yang pulang bawa jasad jendral Yang … he he he …
iya… ceritanya memang begitu endingnya. jadi si master yang salah nulis di surat itu…. atau si penterjemah yang salah mengartikan kalimat di surat itu, kang?
atau memang dibuat seperti itu sehingga penonton bisa menemukan maksudnya di akhir film?
Memang begitu ucapan si Master, yakni menyebut, “Enam.” Bisa jadi itu yang tergapai oleh si dukun dari setan pembisiknya. Semua -termasuk si dukun- tak tahu maknanya, bisa jadi enam orang, bisa jadi anak keenam … qiqiqiqi …:D
oooo…. faham saya…. 😀