Apa yang akan Anda lakukan jika melihat seorang balita merokok di hadapan Anda?
Sabtu pagi, 12 September 2015
Saya dan Minyu dalam perjalanan pulang setelah membeli beberapa barang kebutuhan sehari-hari di sebuah mini market sekaligus mengajak Sabiq jalan-jalan pagi dengan sepedanya.
Di sebuah jalan yang menurun, saya melihat dua balita, mungkin berusia sekitar tiga tahunan, sedang bermain di pinggur jalan. Dari kejauhan, mata saya menangkap ada sesuatu yang aneh dengan salah satu balita tersebut. Posisi berdirinya membelakangi saya dan Minyu. Saya melihat sebuah korek api gas berwarna biru yang dipegang tangan kirinya. Lalu saya melihat seperti ada kepulan asap. Tak lama kemudian, balita tersebut meletakkan korek api berwarna biru itu di atas pagar.
Ketika saya dan Minyu berada tepat di hadapan kedua balita itu, kami melihat salah satu di antara keduanya sedang memegang sebatang rokok yang menyala. Sementara yang lainnya sedang menikmati sebungkus.makanan ringan.
“Kok ngerokok?” tanya saya.
Balita itu tak menjawab. Sebatang rokok yang menyala masih terselip di jari tanganya.
“Bapaknya mana?” tanya saya lagi.
Balita tersebut lagi-lagi tak menjawab. Sementara temannya memberikan jawaban sambil mengarahkan telunjuknya. Saya ikuti arah yang ditunjukkan, namun saya tidak melihat sosok yang saya maksud. Memang ada seseorang yang berada di lokasi yang ditunjukkan oleh si balita, tetapi saya tidak yakin jika itu adalah bapak atau ibunyan.
“Matiin!” saya perintahkah balita itu untuk mematikan rokoknya.
Balita itu pun mengikuti perintah saya. Tanganya kemudian menekan bagian rokok yang menyala seperti gayanya orang dewasa. Bara di batang rokok itu kemudian mati. Sementara batang rokok di tangannya tidak rusak.
Saya jadi menduga-duga, jangan-jangan si balita itu sudah terbiasa dengan rokok dan korek api. Sebab dari caranya memegang batang rokok dan mematikannya, menyerupai gaya orang dewasa. Ah, mungkin itu hanya dugaan saya saja.
Karena khawatir rokok tersebut nantinya akan dinyalakan lagi, saya meminta balita tersebut menyerahkannya ke saya. Dia menuruti. Setelah rokok berada di tangan, saya pun segera meninggalkan balita tersebut.
“Coba tadi koreknya dibawa juga!” ucap Minyu setelah kami cukup jauh meninggalkan kedua balita tersebut. “Supaya nggak dipakai lagi!”
Duh, kok ada ya orang tua yang mebiarkan balitanya bermain-main dengan rokok dan korek api atau membiarkan balita mereka merokok?
Tulisan Terkait Lainnya :
kasihan balita tp udh kenal rokok
iya, mbak
Prihatin dengan kelakuan balita itu. Apa orang tuanya gak tau?
kemarin itu juga pengen nanya di mana ortunya. tapi nggak lihat orang dewasa di sekitar balita itu, mas
Prihatin banget. Padahal masih balita ya…
iya, mas 😦
Sudah gila dunia ini *_____*
😦
miris…ikut sedih liat fenomena2 ky gini mas..tapi ga bisa sepenuhnya menyalahkan mereka kalo setiap hari yg mereka lihat memang contoh2 buruk dari sekelilingnya.. 😦
iya mbak. balita itu kan masa niru apa aja yang dilihat di sekelilingnya
sedih bacanya 😦
mudah2an dugaan saya salah
astaghfirulloh.
😦
Parah banget nih, bayi2 udah pada jago ngerokok. Mungkin karena kurangnya pengawasan dari orang tua. Prihatin bacanya.
kurang pengawasan dan adanya perokok yang kemudian ditiru sama balita itu
Sedihhh!!! Ortunyaaa mana? Ngapain? Hikssss :(((
enggak tahu ortunya kemana, mbak
Saya juga pernah melihat dua anak, yang satu merokok, yang satu tidak. Bedanya, keduanya naik sepeda motor. Jelas ini dua hal yang harus dihindari: anak-anak naik sepeda motor dan merokok. Saya langsung mengiringi laju sepeda motornya dengan sepeda motor saya. Saya tatap wajahnya, terutama yg sedang merokok. Rokoknya disembunyikan di samping pahanya agak ke bawah. Berhenti, saya bilang. Dua anak itu tampak ketakutan. Di mana rumahnya, siapa nama bapaknya? Demikian tanya saya. Akhirnya, rokok itu dimatikan.
pas ditanya, si anak berani jawab nggak, pak?
Astaga sedihnyaaaa. Aduduh bahkan ngebayangin aja miris rasanya.
iya, mas 😦
Suka #gagalpaham sama orang dewasa yg ngajarin anak kecil buat merokok…
iya mas…. maksud apa coba
Anak jalanankah? Tak aneh bila kemudian mereka menjadi dewasa sblm waktunya. 😦
bukan, mas. anak rumahan koq